10 KEDATANGAN ALEX KE BENGKEL

Sinar matahari pagi menembak wajahku melalui sela-sela jendela yang tertutup tirai. Badanku terasa sakit dan capek. Aku membuka mataku, dan menutupi cahaya yang mengenai mata dengan tanganku. Setelah penglihatanku jelas, aku merenggangkan semua tulang-tulangku. Aku membuka selimut dan tersadar, aku dalam keadaan telanjang.

Aku mengingat apa yang terjadi semalam. Kepalaku masih terasa berat. Aku tak melihat Angel, lalu aku melihat sebuah kertas di atas kasur tempat Angel tidur.

"Selamat Pagi sayang...., maaf ya gua pergi tanpa pamit. Karna lu masih tidur dengan pulas. Gua pergi kerja dulu ya. Sampai jumpa lagi. Muuuaaaccchhh..... Love you"

Aku tersenyum membaca surat yang di letakkan Angel di atas kasur. Ya, Angel bekerja Freelance untuk saat ini. Saat ada panggilan kerja dia akan segera datang. Apapun pekerjaannya pasti dia ambil. Tapi lebih banyaknya dia Freelance di restoran sebagai waiter.

Aku beranjak ke kamar mandi. Mungkin dengan mandi air panas badanku bisa segar kembali. Aku menghidupkan keran air panas mengisi bathup yang kosong. Sambil menunggu bathup nya penuh aku pun bercermin. Aku memandangi wajah ku yang sangat kucel. Tanganku langsung merapikan rambutku. Aku memandangi tubuhku yang kekar sambil memperagakan otot lenganku bak binaragawan.

Saat melihat wajahku di cermin, tiba-tiba aku melihat bayangan Rain di cermin. Aku terkejut mundur sambil mengucek-ngucek mataku. Perlahan aku membuka mata melihat ke cermin, wajahku akhirnya kembali.

Bayangan Rain selalu menghantuiku. Aku menjadi khawatir dengan Rain. Semalam saat aku mau menggoyang Angel, tiba-tiba wajahnya berubah jadi Rain. Sekarang aku melihat diriku di cermin malah Rain yang ku lihat.

Aku keluar dari kamar mandi mengambil HP ku dan menghidupkannya. Ternyata banyak panggilan tak terjawab dari Rain di WA. Aku jadi kepikiran, apakah dia baik-baik saja. Tidak, aku harus kuat. Dia sudah dewasa dan harus belajar mandiri. Dia pun punya pegangan uang.

Bathup pun penuh terisi air hangat, aku pun langsung merendamkan tubuhku.

"Ahhhhh segarnya....! Seruku sambil mengusap-ngusap semua badanku.

HP ku kembali berbunyi, aku langsung keluar dari bathup dan mengambil HP ku di samping wastafel. Rain kembali menghubungiku, dan aku langsung merijek panggilannya.

"Maafkan Gua Rain, ini juga untuk dirimu. Lu harus bisa hidup mandiri tanpa gua. Gua yakin lu bisa." Gumamku.

Aku segera membilas tubuhku dengan air bersih. Selesai mandi aku berpakaian bersiap untuk ke bengkel. Rain tidak akan pergi ke bengkel kalau tidak bersamaku. Kunci bengkel pun aku yang pegang. Tapi bagaimana kalau Rain mencariku dan datang ke bengkel.

"Ahhh..., kalau aku tidak buka bengkel, aku nanti makan apa. Kalau Rain datang biarin aja, aku akan berusaha untuk cuek padanya." Seruku merapikan rambut.

Aku pun chek out dan meninggalkan hotel. Aku segera menuju parkiran mengambil mobil. Jam sudah menunjukkan pukul 11.14. Sudah kesiangan ternyata aku bangun. Para pelangganku pasti sudah pergi karena lama menunggu.

Sesampai di bengkel, aku melihat Alex yang tengah berdiri di depan bengkel.

"Akhirnya lu datang juga." Seru Alex menghampiriku.

"Kenapa Lex, tumben lu ke sini.?" Tanyaku sambil membuka pintu roling bengkel.

"Lu berantem lagi sama adik lu?" Tanya Alex balik. Aku hanya diam tak menjawab.

"Semalam sampai siang ini dia terus menelpon gua, dia nanyain lu. Dia terus-terusan nangis nanyain lu." Seru Alex bercerita.

"Masuklah, lu udah sarapan?" Tanyaku.

"Sarapan apa namanya jam segini, yang ada makan siang. Gua udah makan tadi di kampus." Jawab Alex.

Aku merapikan alat-alat bengkel yang berserakan dimana-mana.

"Lu gak jawab pertanyaan gua?"

"Huuufffttt, gua pusing Lex."

"Pusing kenapa lu?" Tanya Alex seraya duduk memperhatikanku.

"Ya..., gua pusing liat sifat adik gua. Masa dia mau ikut gua pacaran sama Angel. Masa kemana gua pergi dia harus ikut. Kan gua ada waktunya juga sama pacar atau teman-teman. Kalau gua bilangin dia malah merajuk." Jelasku seraya duduk di samping Alex.

"Gua juga gak bisa salahin lu sih, memang adik lu terlalu manja. Coba lu bawa adik lu ke psikiater." Seru Alex.

"Lu pikir adik gua gila." Seruku.

"Tidak semua orang ke psikiater itu gila." Ketus Alex menepuk bahuku.

"Ya..., uang dari mana coba kalau gua bawa dia ke psikiater. Menurut gua, biarkan saja dia sendiri. Lambat laun dia akan terbiasa hidup mandiri." Sahutku.

"Ya terserah lu juga sih, tapi gua jadi kasihan lihat Rain." Seru Alex.

"Kalau lu khawatir, lu temanin gih dia rumah. Mungkin kalau lu di sana, lu bisa merubah sifat Rain." Sahutku.

"Gila aja lu, yang dia butuhkan itu elu bukan gua." Ketus Alez.

Tiba-tiba pelangganku datang minta ganti oli motor. Aku langsung meninggalkan Alex dan mengerjakan motor pelangganku.

"Mana adik abg yang ganteng itu?" Tanya pelangganku genit.

"Owhh hehehe, dia gak datang hari ini. Ada urusan penting katanya." Jawabku tersenyum.

"Duuuhhh padahal aku mau jumpa dia hehehehe." Seru pelangga ku kementelan.

"Banyak juga penggemar Rain, tapi dia terlalu cuek jika cewek-cewek merayunya." Gumamku.

"Apa dia sudah punya pacar bang?" Tanya perempuan itu.

"Hehehe sudah... eh...., be... belum." Jawabku gagap.

Tiba-tiba mulutku spontan menjawab sudah. Ah, Rain ini membuat pikiranku kacau.

"Beneran belum bang? Aku mau lho jadi pacarnya." Seru perempuan itu.

"Eeeh... iya nanti aku sampaikan." Sahutku sambil menuangkan oli baru ke motor pelangganku.

"Namanya siapa dek? Biar aku sampaikan kepada Rain." Seru Alex tiba-tiba datang menghampiri kami. Aku langsung melihat ke arah Alex. Alex mengedipkan matanya memberikan kode.

"Namaku Risa bang. Janji ya bang sampaikan salamku padanya. Mana tau jodohkan....!" Sahut Risa pelangganku.

"Owwhh Risa, baiklah nanti kalau jumpa aku kasih tau dia." Seru Alex.

Jantungku terasa berdetak kencang. Aku bingung kenapa dadaku bisa sesak memikirkan Rain.

Risa terlihat senang sekali saat Alex menjanjikan salamnya untuk di Rain.

Akhirnya motor Risa pelangganku selesai ku kerjakan. Dia membayar lalu pergi dan tak lupa mengingatkan Alex agar tidak lupa dengan janjinya.

"Lu apa-apaan sih ladenin cewek genit tadi." Ketusku.

"Lho kenapa lu marah, bagus dong kalau Rain ada pacar. Jadi hari-harinya tidak berfokus pada lu aja." Sahut Alex menjelaskan.

"Benar juga sih yang lu bilang, tapi tergantung Rain nya. Dia mau atau tidak, soalnya banyak pelanggan yang sering menggodanya. Tapi tak satupun ditanggepin dia." Seruku sambil mengelap keringat.

"Ya kita kan gak tau kalau yang ini. Mana tau Rain suka." Sahut Alex tersenyum.

Aku terdiam mendengar ucapan Alex. Kenapa batinku tidak menerima ya kalau Rain di jodoh-jodohkan dengan perempuan tadi. Apa karena perempuan tadi terlalu mentel dan genit.

Aku merasa Rain tidak cocok dengan Risa tadi. Mudah-mudahan saja Rain mendapatkan pacar seperti Angel, yang baik dan perhatian.

"Kok lu malah bengong sih? Lu gak dengar apa yang gua omongin?" Ketus Alex memukul bahuku.

"Eh..., Gua denger kok. Tapi gak sembarangan juga orang yang jadi pacar Rain." Sahutku.

"Kalau lu yang memilihkan pacar buat Rain yang harus seperti apa, gua gak jamin Rain akan mau." Seru Alex.

"Trus mau gimana lagi coba!" Sahutku.

"Ya... perempuan di dunia ini sifatnya kan beda-beda. Kalau harus cari yang perfek ya susahlah. Seru Alex.

"Kok susah, Angel aja baik dan pengertian." Sahutku.

"Lu yakin di mata orang lain dia baik juga?" Tanya Alex. Aku hanya terdiam seribu bahasa tak dapat menjawab pertanyaan Alex.

avataravatar
Next chapter