3 CHAPTER 2 KENANGAN

Ketukan terdengar kecil dari pintu, membuat anak perempuan dengan rambut terikat dua berlari cepat membuka pintu dengan langkah ringan. Senyumnya melebar melihat Chan Hyang telah berdiri di depan pintu dengan dua batang es krim di tangannya, mereka pun berlari keluar cepat menaiki satu persatu anak tangga menuju ruang atap sambil tertawa bahagia, menikmati es krim bersama, dan bermain bersama. Aku membuka buku gambarku lalu meraih pensil warna cepat mulai menggerakkan tanganku dengan senyum manis menghiasi bibirku. Aku melirik kecil ke arah Chan Hyang yang berbaring santai fokus membaca bukunya, senyumku melebar kecil melihat setiap lekukan wajah Chan Hyang, aku pun kembali memutar mataku melanjutkan gambar yang belum ku selesaikan. Menyadari tatapan kecilku, senyum miring tersungging di ujung bibir Chan Hyang

"kenapa kamu selalu menggambarku?" tanyanya santai.

Aku menghentikan gerakan tangannya berfikir sejenak, senyum manisku pun melebar "entahlah, aku suka menggambarmu" jawabku cepat lalu kembali melanjutkan gambarku. Senyum Chan Hyang semakin melebar mendengar jawaban sederhanaku barusan, ia berusaha menyembunyikan senyumnya itu sambil terus menatap bukunya lurus.

000

LIBUR MUSIM PANAS 2009

Kepalaku tertunduk kecil berusaha menahan kantuk yang terus menyerangku. Dalam hitungan detik aku kehilangan kesadaranku sampai sentilan keras mendarat di dahiku tiba - tiba, aku mengangkat kepalaku kesal menoleh cepat menatap siapa yang berani - benarinya meyentil dsahiku sekeras itu

"AARGGHH SI-.." teriakku terhenti menatap pelakunya.

Mataku pun berputar kecil dan aku berdeham cepat "ow.. aku tidak tidur.. sungguh.. aku hanya berfikir" tepisku cepat berusaha melindungi diri melihat ekspresi datar Chan Hyang yang menakutkan. Setelah menghabiskan banyak waktu bersamanya, aku memahami segala yang ada dalam dirinya, termasuk membaca ekspresinya. Jika ia sudah menunjukkan wajah datar, dengan alis sebelah kanan terangkat kecil, dan tatapan tajam, itu artinya tamatlah riwayatku. Aku pun menunduk dalam berpuar - pura tidak melihat ekspresi itu sambil sesekali melirik Chan Hyang yang menarik kursi di sebelahku santai, ia duduk sambil melipat tangannya di depan dada tegas lalu diam menungguku menghentikan trik lamaku yang sudah ia pahami. Hembusan nafas besar pun akhirnya terdengar dari mulut Chan Hyang, ia menggerakkan tangannya mengetuk meja di depan kami

"apa kau sudah selesai menulis puisimu, Ji Hyo Mi -ssi?" tanyanya menekan tegas.

Aku pun menoleh kecil menatapnya sambil melemparkan tawa canggungku "sedikit lagi.." jawabku cepat. Chan Hyang pun menggerakkan tangannya merampas kertas kosong di hadapanku dan aku pun reflek menahan kertas itu meskipun usahaku sia-sia, aku pun langsung membalikkan badanku mengutuk betapa bodohnya diriku ini dalam hati. Dalam hitungan detik hembusan nafas kesal terdengar keluar dari mulut Chan Hyang, mendengar itu aku pun memejamkan mataku rapat semakin mengutuk diriku dalam hati. Chan Hyang melirikku kecil lalu membuka mulut pedasnya

"Ji Hyo Mi" panggilnya,

aku yang tidak siap mendengar amukannya pun memutuskan untuk diam berpura-pura tidak mendengarnya. Chan Hyang pun mengetuk keras meja di hadapan kami cepat

"hey, sebaiknya kau menoleh sekarang, ini peringatan!" timpalnya tegas membuatku langsung bergerak menoleh ke arahnya cepat.

Chan Hyang menghembuskan nafas kecil sambil menggelang heran lalu membenarkan posisi duduknya menghadap ke arahku, melihatnya mengangkat tangannya membuatku reflek mengangkat tanganku cepat menutupi dahiku sambil memejamkan mataku erat, sebelum sentilan kerasnya kembali mendarat di dahiku. Melihat gerakanku itu gerakan Chan Hyang terhenti, tawa kecil pun keluar dari mulutnya, ia mencubit kecil pipiku membuatku membuka mata lebar menatap lurus ke arahnya

"aku tidak akan seperti ini jika kau tidak membuat kekacauan konyol itu, berfikirlah baik-baik sebelum kamu bertindak lain kali, jangan menyusahkanku seperti ini" timpalnya menekan kesal.

Aku pun mencibirkan bibirku dengan perasaan kesal bercampur rasa bersalah, dalam hitungan detik kejadian yang di maksud Chan Hyang pun kembali bermain di kepalaku.

000

Masa sekolahku selalu penuh dengan gangguan, bukan karena diriku dan latar belakangku, tetapi karena dia yang selalu ada di sisiku, yaitu Chan Hyang. Saat itu aku belum mengerti kenapa semua siswa begitu mengaguminya, aku juga tidak mengerti kenapa para siswi begitu menyukainya.

Aku selalu menjadi target kebencian seluruh siswa perepuan di sekolah karena Chan Hyang, ia hanya berbicara dengan satu-satunya siswa perempuan yang tak lain dan tak bukan adalah aku. Hari itu adalah pengumuman tema pesta kelulusan dan kami harus membawa pasangan untuk datang ke pesta kelulusan itu, suasana sekolah saat itu sangat ramai, seluruh siswa kelas 3 mulai mengajak satu sama lain untuk pergi ke pesta kelulusan bersama. Aku adalah satu-satunya orang yang duduk dengan tenang menikmati keributan di kelasku hari itu

"senang sekali menjadi kalian.. aku iri.." sahut siswi berambut cokelat panjang dengan poni tipis di hadapanku lesu

"kenapa kamu tidak mengajak Kim Joon? Aku dengar dia belum mendapatkan pasangan, kau juga bisa menyatakan perasaanmu padanya" timpal siswi lain dengan rambut pendek sebahu sambil memainkan ponselnya santai di sampingku.

Aku pun menoleh cepat "ooo... benar yang kau katakan.. aku setuju" timpalku cepat sambil mengangkat jempolku.

Suasana kelasku semakin ramai menyamabut kedatangan seorang siswi tinggi dengan rambut hitam kebiruan, mata bulat dengan hidung mancung dan bibir tipisnya yang kemerahan mengisi wajah mungil yang sangat menarik perhatian para siswa laki - laki di sekolah saat itu. Seluruh siswa di sekolah memanggilnya malaikat, tapi bagiku dia penyihir yang paling kejam dan menyebalkan. Wanita itu berhenti di depan mejaku, dan melipat tangannya sombong di depan dada

"aku akan pergi ke pesta kelulusan bersama Chan Hyang oppa, jangan berani - berani mengajaknya, kau mengerti?" timpalnya menekan dengan nada memperingatkan,

aku memutar mataku muak sambil menghembuskan nafas kecil dari mulutku tidak menghiraukan ancaman kecil itu. Teman-temanku yang telah memahami hubungan kami pun tersenyum kecil melihat kejadian barusan, karena kejadian seperti itu sudah menjadi kejadian sehari-hari bagi mereka setelah berteman denganku bahkan kejadian ini masih termasuk kejadian kecil yang akan membesar sesaat lagi. Melihat sikapku yang menyebalkan, wanita yang mendatangiku itu semakin kesal dan menggerakkan kakinya menendang mejaku keras

"hey! Apa kau tuli?" timpalnya meluapkan emosinya.

Mata hitam memutar kecil di balik kaca mata dengan frame tipis "oh, ternyata Seo Dam ada disini, maaf apa kau sedang berbicara? Aku tidak mendengarmu tadi" timpal suara lembut di samping ku menusuk tenang. Tawa kecil terengar samar dari siswa di sekeliling kami yang sedang menyaksikan 'pertunjukan' ini, suara lembut yang sama pun kembali terdengar kali ini lebih tajam dari sebelumnya

"Woo Gyeol -ah, kau mendengrnya tadi?" tanyanya tenang pada siswi berambut pirang di hadapannya,

Woo Gyeol membenarkan poninya santai sambil menggeleng kecil "ani Seung Hee -yah, aku pikir dia sedang bicara dengan orang lain" timpalnya cepat lalu menoleh melemparkan senyum lebar pada Seo Dam yang sedang menahan emosinya menatap kami. Senyumku melebar melihat sifat teman-temanku yang sudah berubah, rasa bangga langsung memenuhi hatiku melihat perlawanan itu 'sudah ku duga' pujiku dalam hati. Aku pun menghela nafas dalam lalu menoleh menatap Seo Dam yang terus menatapku sinis

"kamu disini rupanya, ada apa?" tanyaku santai,

Seo Dam menatapku lurus sambil menghela nafas menahan emosinya yang telihat akan meledak, melihat eksprersi itu pun membuatku merasa menang. Ia pun menendang kaki mejaku keras meluapkan emosinya

"HEY!" teriaknya,

aku pun mengangkat tanganku memukul keras meja di hadapanku berdiri angkuh menatap mata Seo Dam lurus "wae?" jawabku datar.

Seo Dam pun menyunggingkan senyum miringnya licik lalu maju selangkah mendekatkan bibirnya ke telingaku. Aku hanya diam meliriknya sinis menunggu apa yang akan ia katakan kali ini, Seo Dam pun membuka mulutnya

"kalian tidak pacaran bukan, aku tahu Chan Hyang oppa hanya memanfaatkanmu agar para siswi tidak mengganggunya, ia menjadikanmu tameng bukan? Aku juga tahu kalau Chan Hyang oppa sudah menolak perasaanmu" bisiknya bangga.

Tanganku mengepal kuat mendengar semua itu, emosiku langsung meledak begitu saja dan aku mulai kehilangan kendali atas diriku. Tanganku langsung bergerak cepat menarik kuat rambut panjangnya dan mulutku mulai menghujani wanita itu dengan makian kasar. Tangan Seo Dam pun mulai bergerak cepat ikut menarik rambutku kuat, dari kejadian ganas itu akhirnya membuat kami berkahir di ruang guru.

***

avataravatar