1 BAGIAN 1: TAKDIR YANG ADA DI TANGANKU

Sakura mengayunkan pedangnya. Ia selalu berlatih dengan keras selama berjam jam ketika ada waktu luang. Bukan tanpa alasan. Jarang sekali ada putri bangsawan yang senang bermain dengan pedang ataupun anak masalah.

Sakura lebih baik menghabiskan waktunya di tempat latihan berpedangnya daripada berada di rumahnya yang besar dan luas. Tak ada ketenangan sama sekali di rumah itu. Selama ayahnya tidak ada di rumah, ia tak bisa bernapas dengan lega di rumah itu.

Haruno tayuya ibu tirinya dan haruno karin kakak tirinya yang selalu saja menghancurkan hari harinya. Entah dengan sikap mereka yang kejam pada gadis berusia 18 tahun itu, atau perkataan mereka yang selalu menyakiti hatinya.

Sakura sangat senang karena ayahnya tak pernah melarang dirinya untuk menjadi kesatria kerajaan. Setidaknya sampai sakura menikah dengan seseorang. Tapi sakura belum ingin menikah. Setidaknya sampai pangeran sasori menjadi raja.

Sakura sangat menghormati pangeran sasori dan loyal kepadanya. Mereka berdua dulunya adalah teman kecil. Sakura selalu ingin berada di samping pangeran sasori dan membantunya.

"Kau selalu saja berlatih dengan giat" ujar sasori yang baru saja tiba.

Sakura membungkukkan tubuhnya pelan kepada sasori untuk memberi rasa hormat.

"Maafkan saya mengganggumu di malam hari seperti ini putra mahkota"

Sasori menyentuh wajah sakura dengan tangannya. Ia memberikan senyuman yang lembut pada gadis itu seperti biasanya.

"Wajahmu memerah karena kedinginan sakura. Kembalilah ke rumahmu"

Sakura menggelengkan kepalanya.

"Maafkan hamba pangeran. Tapi saya akan tinggal di base pelatihan saja malam ini. Ta...tapi saya janji akan memberishkan kandang kuda dan base setelah bangun pagi hari"

"Astaga jangan sakura. Kau harus pulang, kau akan membeku di base jika tidur di musim salju seperti ini. Kenapa kau tidak ingin pulang? Apa karena saudara dan ibu tirimu?"

Aku menggeleng gelengkan kepalaku dengan kuat.

"Bu...bukan pangeran. Hanya saja..."

Sasori menggenggam tanganku kuat.

"Aku tahu sakura. Aku selalu tahu apapun tentang dirimu. Karena aku.."

Sasori merasa mulutnya tercekal. Ia tak dapat melanjutkan kalimatnya. Sudah lama ia ingin jujur pada gadis bersurai merah muda itu bahwa pangeran ini sudah lama jatuh cinta pada sakura. Sejak mereka masih kecil.

Sakura selalu dapat memukau siapapun. Semua pria di negri suna selalu terpesona pada kecantikan sakura. Kalau saja gadis itu tidak berstatus sebagai kesatria kepercayaan putra mahkota, mungkin banyak pria yang sudah melamarnya. Semua orang di suna seakan paham kalau sakura adalah gadis yang paling cocok untuk pangeran sasori.

Sasori ingin sekali melamar sakura sebagai permaisurinya. Akan tetapi sasori tidak bisa melakukannya. Tidak sampai umur sakura 19 tahun. Peraturan di suna mengatakan bahwa gadis bangsawan dan keluarga kerajaan hanya bisa dinikahi ketika mereka berusia 19 tahun.

Sakura putri bangsawan yang cantik, mandiri, kuat dan pintar. Tak hanya jago dalam urusan kekuatan dan stategi peperangan, sakura juga pintar dalam hal medis. Setelah peperangan usai sakura selalu bisa membantu tim medis mengobati korban peperangan. Tak hanya itu dia juga ahli dalam membuat racun dan obat obatan.

Tak salah jika sasori sangat menyukai sakura. Mata emeraldnya yang indah dan rambut panjang indah yang selalu ia ikat.

"Karena apa pangeran?"

"Karena aku selalu berada disisimu sakura"

Sakura bergerak mundur beberapa langkah. Ia membungkukkan tubuhnya.

"Anda tidak pantas mengatakan itu pangeran. Saya yang seharusnya berkata seperti itu"

Sasori memegang kedua bahu sakura, ia menegakkan bahu sakura dan membuatnya berdiri tegak menghadapnya.

"Aku berhak sakura. Aku sudah bilang berulang kepada mu sakura. Jangan bersikap terlalu formal kepadaku. Kau adalah sahabatku. Kita sudah berteman sejak kecil bukan? Kita adalah sahabat dan sahabat selalu berada di sisi sahabatnya dalam keadaan apapun bukan?"

Sakura mengangguk pelan.

"Kalau begitu, ayo kita ke rumahmu sakura. Aku akan mengantarmu. Mereka tak akan berani macam macam"

"Aku bisa pulang sendiri pangeran. Jangan mengkhawatirkan aku. Bagaimanapun juga mereka adalah orang yang disayangi ayahku. Aku tak mau menyakiti mereka"

Sasori tertegun mendengar ucapan sakura. Ia selalu kagum pada gadis yang ada di hadapannya ini. Sasori tak mengerti kenapa dewa menciptakan gadis secantik sakura.

********************************

Sakura berbaring dikamarnya yang besar. Pundaknya sangat pegal karena setelah kembali dari rumah tadi karin menyuruhnya untuk memijat tubuhnya yang sakit.

Ia sudah lelah karena berlatih, memijat karin selama 3 jam membuat  tubuh sakura semakin lelah saja.

Sakura mengoles balsem ke beberapa bagian di tubuhnya yang pegal kemudian merebahkan tubuhnya diatas kasur.

"Ah...tuhan lelahnya. Ku harap sebelum peperangan besok lusa, ayah sudah kembali ke rumah."

Sakura sangat berharap ayahnya bisa kembali besok. Peperangan yang akan ia hadapi besok lusa bukanlah sembarang perang. Itu adalah peperangan yang besar antara sunagakure dan konohagakure. Kerajaan konoha yang besar tetapi terkenal dengan putra mahkotanya yang kejam. Ia menahan adik angkat sasori yaitu gaara.

Sakura tahu sasori sangat bersedih setelah kehilangan adik angkatnya. Maka dari itu sakura sudah berjanji pada sasori bahwa ia akan membantunya dalam perang ini semaksimal mungkin untuk menyelamatkan gaara.

Tok tok tok

"Masuk" ujar sakura pelan

"Nona kau belum tidur?"

Sakura tertegun melihat bibi akane yang tengah masuk ke dalam kamar tidurnya.

"Ada apa bibi?"

"Nona aku membawa teh herbal yang akan membuat tubuh nona lebih baik. Aku juga membawa air bunga dan lulur teh hijau. Biar aku memanjakan tubuh nona sebelum tidur" ujar akane

"Terimakasih bibi atas kebaikan hatimu. Kau tidak perlu repot repot."

"Tidak nona. Ini keinginanku. Nona kan seorang putri bangsawan. Nona pantas mendapatkan perawatan seperti ini"

Akane mengambil baskom dan merendam kaki ku dengan air bunga.

"Aku sudah menyiapkan air hangat nona. Mandilah sebelum tidur. Aku akan menggosok tubuh nona dengan lulur teh hijau ini. Ini lulur terbaik nona, ayah nona yang memberi ini kepada saya supaya saya bisa memakaikan ini kepada nona"

"Ayah?"

Bibi akane mengangguk. Sakura tak menyangka ayahnya akan memberikan sesuatu seperti ini untuknya. Bukan karena ayahnya tidak mencintai sakura, tapi karena sakura tak pernah meminta hal hal yang berupa perawatan wanita. Biasanya sakura lebih meminta buku tentang tanaman herbal atau buku buku yang lain.

"Apa ada kabar dari ayahanda? Apa dia akan pulang besok?"

"Saya belum tahu nona. Anda pasti sangat merindukan tuan haruno"

"Ya pertempuran esok lusa sungguh mendebarkan."

"Anda harus berhati hati dengan pangeran sasuke nona. Dia orang yang berbahaya. Dia selalu bisa membunuh musuh yang berani berhadapan dengannya. Dia sangat bengis."

Mata sakura membulat mendengar perkataan bibi akane. Darimana wanita tua itu tahu tentang pangeran konohagakure?

"Maaf saya lancang nona. Bukan artinya saya meremehkan kemampuan nona. Hanya saja... Saya mengkhawatirkan nona"

Sakura memeluk tubuh bibi akane dan mencoba menenangkan wanita tua itu.

"Aku tahu bibi terimakasih sudah menjagaku selama ini. Hanya bibi dan para pelayan lainnya lah yang selalu menyayangi diriku"

"Tentu nona. Kami akan selalu setia pada nona. Satu hal lagi nona. Pangeran uchiha itu bernama sasuke. Dia terkenal suka mempermainkan wanita bangsawan"

***************************

Aku berendam di dalam kolam air hangat setelah bibi menggosok tubuhku dengan lulur teh hijau.

Perkataan bibi akane masih terngiang ngiang di kepalaku. Semengerikan apa memangnya pangeran kerajaan konoha itu. Seberapa hebatnya dia sehingga ditakuti teman temannya.

Tidak sakura. Kau tidak boleh takut. Ini bukan saatnya kau takut pada musuh yang bahkan belum kau temui. Aku tak boleh menyerah apapun yang akan terjadi. Aku sudah berjanji pada pangeran sasori.

****************************

Keesokan harinya aku bangun pagi pagi dan meracak obat dan racun yang akan kugunakan untuk berperang besok.

"Gadis berotot, kau sebaiknya pergi dan benarkan keran kamar mandi. Setelah itu jangan lupa untuk belikan aku mochi di tempat biasa" ujar karin dengan angkuhnya

"Baik. Tapi bisakah membeli mochi madunya minta pak yato saja? Jaraknya sangat jauh di luar negara suna dan aku harus segera meracik obat obatan ini" ujarku memohon.

Wanita berambut merah muda itu melipat tangannya di dada dan memandangku kesal.

"Aku mau kau yang membelikannya. Kau selalu mendapat diskon dari penjual mochi itu. Aku mau hari ini sakura! Jangan membantahku"

Aku menghirup napas panjang dan kembali menatapnya.

"Baik, tapi biarkan aku selesaikan ini dahulu. Aku janji akan menyelesaikannya dengan cepat"

"Terserah. Selesaikan dengan cepat dan belikan aku mochi itu. Aku tak mau dengar alasan murahanmu itu"

Andai sekali saja aku bisa bernapas dengan tenang. Andai sekali saja dirumah aku bisa merasa tenang dan nyaman.

Bagaimanapun juga ibu tayuya dan karin adalah keluarga baruku. Mereka orang yang sangat berarti untuk ayah. Itu artinya mereka juga berarti untukku.

******************************

Sebelum hari menjelang sore aku melaju bersama shiro kuda putih kesayangannya menuju desa kawagakure. Desa itu terletak di sebelah barat desa suna. Kawagakure hidup sebagai desa yang tenang tanpa peperangan. Jarang sekali desa ini terlibat dengan desa lainnya.

Sakura tiba setelah 2 jam lebih mengendarai shiro, sakura menuntun kudanya menuju kedai mochi kesukaan kakak tirinya itu.

"Ah kau kembali sakura. Apa kakak tirimu itu menyuruhmu membeli mochi ku di sore hari seperti ini?" Ujar paman teuchi

"Begitulah. Aku tidak pernah bisa mengatakan tidak padanya. Aku terlalu sayang padanya"

Aku memang akrab dengan beberapa rakyat di kawagakure. Karena kerjasama suna dan negara ini sangat dekat sehingga dulu aku sering mampir ke kawagakure untuk beberapa urusan kerajaan.

"Baik baik untuk nona sakura yang merupakan teman baikku aku akan beri harga special"

"Tidak usah paman. Sungguh. Aku tidak enak"

"Ayolah nona jangan menolak. Biarkan aku memberimu harga khusus. Kau selalu memberikanku bantuan yang banyak nona sakura"

"Tidak paman...aku menolongmu dengan ikhlas. Jadi..."

"Kalau kau tidak menerima harga khusus mungkin aku akan menggratiskan ini"

"Ja...jangan. baik baik harga special oke setuju"

Paman teuchi tertawa kecil melihat tingkahku yang pasrah dengan paksaannya.

Tak lama kemudian kulihat salju mulai turun lebih banyak daripada biasanya.

"Aku pesan mochinya 1 bungkus."

Aku menatap heran pada seorang pria berjubah hitam dengan kupluk yang ia pakai untuk menutupi wajahnya tengah memesan mochi.

"Maaf sudah habis tuan. Oh ya nona sakura ini dua bungkus mochi yang anda minta"

Aku menatap pria itu dengan kasihan. Aku punya dua bungkus mochi di tanganku. Aku bisa berikan satu pada karin. Tadinya aku beli dua untuk ayah. Tapi...aku masih belum tahu apa ayah jadi pulang hari ini atau tidak.

"Ah tuan, kau boleh ambil satu punyaku. Ambilah. Aku tidak enak karena aku kau tidak dapat memakan mochi terenak ini"

Pria itu menatapku dalam dengan mata onyx nya. Aku tak dapat memperhatikan keseluruhan wajahnya karena jubah yang ia pakai menutupi sebagian wajahnya.

"Kau tidak perlu. Aku tak butuh kasihan darimu" ujarnya dingin.

"Maaf aku bukan lancang ingin merendahkanmu. Aku hanya ingin berbagi keenakan dari mochi paman teuchi yang lezat. Aku letakkan disini. Maaf aku buru buru karena hari mulai gelap dan aku harus segera kembali ke desa suna"

Sakura membungkuk sedikit pada pria itu dan kemudian naik ke atas shiro.

"Ayo shiro!"

******************************

Aku kembali ke rumah pada pukul 8 malam. Salju yang turun lebat membuat jalanan menjadi licin. Untunglah shiro sangat pintar memilih jalan sehingga kami pulang dengan selamat.

"Sakura kau baru kembali sayang?" Ujar seorang pria paruh baya dengan rambut merah mudanya.

"A....A...Ayah!!"

Aku berlari memeluk ayah dengan sangat erat.

Oh tuhan terimakasih. Aku pikir aku tak dapat melihat ayah sebelum peperangan dimulai.

"Aku rindu..." Lirihku dalam pelukan

ayah

"Ya ampun coba lihat kesatria istana yang pemberani ini. Kenapa menjadi manja ketika ayahnya ada huh sayang?" Ujar ayah sembari mengelus rambutku.

"Karena... Aku punya firasat buruk tentang perang ini saja ayah. Ini perang terbesar yang pernah ku alami. Aku takut tidak bisa kembali dan bertemu dengan ayah saja"

Ayah mengeratkan pelukannya padaku.

"Kau bisa berhenti dari semua ini sayang. Ayah akan bilang pada raja dan pange..."

"Tidak ayah. Aku akan tetap berada di barisan perang menemani putra mahkota. Aku sudah berjanji"

"Ayah paham. Maka berjanjilah juga pada ayah bahwa kau akan baik baik saja"

"Aku janji"

Setidaknya hanya itu yang bisa ku katakan pada ayah bahwa aku akan baik baik saja walaupun sejujurnya aku tidak yakin dengan diriku.

****************************

Aku bergegas memakai peralatan berperangku termaksud baju zirah, pedang dan lain lain.

"Sakura...pangeran ingin menyampaikan sesuatu yang penting" ujar kankuro tiba tiba

"Benarkah? Baiklah aku akan segera menemui pangeran sasori"

Setelah memasang sabuk di tubuh shiro aku segera pergi menemui pangeran sasori yang sudah rapih dengan baju zirahnya.

"Anda memanggil saya pangeran?" Ujarku dengan pelan

"Benar. Ada hal penting yang harus kukatakan padamu sakura"

"Apa itu pangeran sasori?"

Pangeran Sasori mengalungkan tangannya di leherku. Kemudian tangannya bergerak ke belakang melakukan sesuatu pada rambut merah mudaku yang panjang.

Pangeran sasori rupanya menyanggul rambutku dengan kencang.

"Pa..pangeran saya bisa melakukan ini sendiri. Pangeran tidak perlu..."

"Untuk kali ini jangan kuncir kuda rambutmu karena berbahaya. Kita akan menghadapi seorang pangeran uchiha sasuke. Dia.. selalu memainkan gadis bangsawan seperti ya...menjadikannya selir untuk beberapa hari saja."

"Apa maksud anda pangeran sasori?"

Tangan pangeran sasori bergerak menyentuhku.

"Aku takut ia melakukan sesuatu yang buruk kepadamu seperti yang ia lakukan pada gadis bangsawan yang lainnya. Tapi... Aku tak akan membiarkan hal itu terjadi. Aku akan melindungimu"

"Tidak pangeran, saya yang harus melindungi anda dengan nyawa anda. Saya adalah kesatria kerajaan dan anda adalah putra mahkota "

"Aku tahu... Tapi aku juga ingin melindungimu sakura. Jangan biarkan dia mengetahui kalau kau adalah seorang gadis. Pakai selalu helm besi ini di kepalamu sakura. Kau mengerti. Bisa bahaya jika dia tahu. Itu juga mungkin akan membuatnya semakin marah"

Aku mengangguk pelan. Pangeran sasori benar. Aku tak boleh berbuat sesuatu yang gegabah dan membuat sunagakure kalah dalam pertempuran ini. Meskipun aku sangat yakin bahwa pangeran liar seperti uchiha sasuke itu tak mungkin tertarik pada gadis petarung seperti diriku. Aku bahkan tidak seksi. Jangankan pangeran seperti sasuke, pria lain mungkin tak sudi menyukai gadis seperti diriku.

"Aku akan memanggil pasukan untuk segera berkumpul pangeran"

Sakura selaku jendral dalam peperangan ini segera bergegas mengumpulkan pasukannya untuk memulai peperangan mereka.

*****************************

"Rakyatku dan bala prajuritku ! Aku akan mengandalkan kalian dalam pertempuran ini! Musuh sudah di sebrang! Ini kesempatan kita menunjukkan kepada pasukan konoha bahwa kita tak bisa terkalahkan! Mari kita percaya satu sama lain dan tetap membara seperti api! Pasukan....serang!!" Ujar sasori dan memberi perintah kepada pasukannya untuk menyerang.

Aku segera melajukan pasukanku untuk menyerang di blok tengah menemani pangeran sasori. Aku akaj memastikan tak ada yang bisa melukainya. Aku akan mengorbankan nyawaku meskipun aku tahu bawa kekuatan milik sasori mungkin lebih hebat daripada aku.

Cling!

Cling!

Satu persatu pasukan lawan berhasil kukalahkan dengan cepat. Ini masih mudah. Bahkan kurasa aku tak perlu mengeluarkan senjata pamungkasku.

"Mati kau pangeran suna!"

Aku terkejut melihat sosok pria dengan baju zirah berlambangkan kekuarga uchiha yang sedang melambungkan pedangnya menuju sasori dari belakang. Tak salah lagi dia pasti pangeran itu.

"Tak akan kubiarkan!!"

Aku menahan pedang pangeran sasuke dan kami berduel dengan hebat. Cukup lama dan sangat mendebarkan. Dia sangat hebat dengan kecepatan tangannya yang begitu lincah.

Tapi aku tak mungkin menyerah. Aku akan mengalahkan pangeran ini. Tak peduli siapa dirinya, jika ia berani menyakiti pangeran sasori maka tak bisa kubiarkan.

"Heh hebat juga kau...tapi ini tak kan bertahan lama pecundang!" Ujarnya menatapku sinis.

Aku tak mau mengeluarkan suara. Takut dicurigai kalau aku adalah seorang gadis.

Aku terus menerus melayangkan pedangku pada pangeran bungsu dari keluarga kerajaan uchiha itu.

Cling!

Aku bertindak cepat dengan memotong kearah kiri. Aku sudah mulai bisa membaca gerakan pangeran bungsu ini.

Prang!

Baju zirah pangeran sasuke terpotong di sebelah kiri membuat rambutnya yang panjang terikat itu ikut terpotong.

Dan tanpa kusadari. Helm besi pelindung kepalaku juga ikut terjatuh karena mengenai pedangnya.

Bahu kanan terluka akibat pedang pangeran uchiha. Kulihat lengan pangeran itu ikut terluka hasil goresan pedangku.

Tapi... Ya tuhan rambutku!

Tidak ada waktu untuk memikirkannya. Aku tak boleh membiarkan pangeran sasuke mendekati pangeran sasori selagi temari menyelundup kedalam istana uchiha untuk menemukan gaara.

"Baik... Aku tak mau berbasa basi denganmu!" Ujarku geram.

Aku berlari menuju sasuke yang juga sudah terjatuh dari kudanya.

Cling.

Sasuke membuat tubuhku jatuh ke tanah. Pria itu berjalan berjongkok disampingku dan menyentuh wajahku.

Sial...pedangku terlempar entah kemana

"Jadi... Ternyata apa yang dibicarakan orang orang itu benar. Kalau jendral dari sunagakure adalah seorang gadis cilik? Menarik"

Seringai pangeran ini membuat bulu kudukku berdiri. Sungguh menyeramkan.

Aku menepis tangan pria itu dan menatapnya tajam.

"Berani nya ka...u.."

Pria itu kini tampak melemah. Suaranya ikut hilang disertai dengan tubuhnya yang tak bisa bergerak.

"Maaf, aku berhasil menusukkan ini. Racun dari bunga darei. Itu akan membuat tubuhmu membeku selama 30 menit. Jadi aku akan memanfaatkan waktu ini untuk..."

Aku meraih pedangku dan hendak ku hunuskan kepada pangeran menyeramkan itu.

"BERHENTI!!!! KAISAR SUDAH BERBICARA. KESEPAKATAN ANTAR DESA SUDAH TERPENUHI. TAK BOLEH LAGI ADA DARAH PERTEMPURAN ANTARA KEDUA DESA"

Seorang pria berambut abu abu dan kankuro datang ditengah tengah pertempuran.

Mataku berkaca kaca begitu melihat gaara yang datang bersama temari.

Kedua pasukan ini segera menghentikan pertempuran yang mereka lakukan.

"Pangeran gaara..."

Aku hendak berjalan menghampiri pangeran gaara yang berdiri di samping pangeran sasori.

Namun sebuah tangan menahanku.

Mataku membulat melihat pangeran bungsu uchiha yang tengah memegang lenganku.

Dia berdiri dan menarik tanganku mendekati tubuhnya dengan kuat dan membuat sanggul rambut yang kugunakan ikut terlepas dari rambutku.

Mataku mendongak menatap onyx nya dengan gugup.

"Si...siapa namamu?! Kau.... Hampir memalukan diriku!"

Aku mencoba menenangkan diriku. Bagaimanapun juga keputusan raja sudah berbicara bahwa pria ini bukan lagi musuhku. Dia adalah pria yang harus ku hormati sebagai pangeran dari sekutu.

Aku membungkukkan tubuhku dan kembali menatapnya dengan senyuman simpul.

"Maaf saya membuat anda kesulitan bergerak. Saya paham bahwa kekuatan pangeran sungguh jauh lebih kuat daripada saya. Saya tak mungkin bisa mengalahkan pangeran sasuke dengan adu pedang saja. Jadi saya mengambil celah untuk menusukkan jarum berisi racun ke tubuh anda. Maafkan saya sekali lagi. Saya permisi"

Aku hendak kembali menyanggul rambutku yang terkibas hembusan angin yang kuat.

Tangan pangeran itu kembali menahan tanganku yang bergerak untuk menyanggul.

"Namamu?"

"Saya..."

"Ayo kita kembali" tiba tiba sebuah lengan melingkari pundakku.

Aku mendongak dan mendapati pangeran sasori yang sudah berdiri di sampingku.

Tatapannya menatap tajam ke arah pangeran uchiha bungsu itu sembari merangkul pundakku erat.

"Ayo kita kembali sakura" bisiknya padaku.

Aku mengangguk pelan. Saat kami hendak melangkahkan kaki, pangeran uchiha itu menghadang langkah kami.

"Apa kau tuli? Aku tanya siapa namamu?"

Aku hendak membuka suara, namun pangeran sasori menggenggam pundakku mengisyaratkan padaku untuk tidak bicara.

"Maaf pangeran uchiha. Tapi kurasa kau tidak perlu mengetahui nama gadis ini. Apapun yang ia lakukan dimedan perang tadi adalah bentuk tugasnya sebagai kesatria di kerajaanku. Karena sekarang kerajaan kita berdamai kurasa itu tidak penting lagi" ujar sasori dengan tatapan dinginnya

"Buka mulutmu atau aku benar benar murka merah muda!!"

Aku menatap pangeran muda sasori mencoba memastikan padanya bahwa aku baik baik saja.

"Sakura" ujarku singkat kemudian pergi meninggalkan pangeran bungsu dari kerajaan konoha itu.

********************************

Sasuke mengacak acak rambutnya frustasi. Wajah gadis muda bersurai merah muda itu menghantui pikirannya. Ia kenal mata emerald itu sebelumnya.

Dia adalah gadis berhati lembut yang memberinya mochi di kerajaan kawagakure.

Gadis dengan tatapan lembut itu kemudian berubah menjadi sosok yang tegas dan berani ketika berhadapan dengan dirinya di medan perang.

Cara gadis itu memainkan pedangnya membuat sasuke berdecak kagum. Serta senyum singkat yang ia berikan setelah kedua kerajaan mengatakan untuk bekerja sama juga sempat membius tubuhnya.

"Dia pasti bukan sembarang orang. Aku harus menemukan informasi tentang gadis itu" ujar sasuke frustasi

Ia berjalan menemui kakashi yang sedang duduk bersama para kesatria lainnya.

"Pangeran sasuke apa anda memerlukan sesuatu?" Tanya kakashi bingung

"Kau masih ingat gadis bernama sakura dari prajurit suna kakashi? Aku ingin kau gali informasi lebih dalam tentang dia"

"Baik yang mulia" ucap kakashi dengan patuh.

"Bagus. Beri kabar aku secepat mungkin"

Sasuke melangkah pergi menuju kamarnya. Pikirannya masih tertuju pada gadis cantik yang terus menerus membekas di benaknya. Ia tak pernah penasaran terhadap seorang gadis seperti ini.

*****************************

Setelah menerima info dari kakashi bahwa sakura adalah anak dari seorang mentri kepercayaan kaisar sabaku, pria itu tak henti hentinya menyunggingkan seringai liciknya. Sasuke selalu mendapat apa yang ia inginkan. Apapun itu termaksud dalam hal wanita.

"Kakashi antar aku bertemu kaisar fugaku." Ujarku pada kakashi dan diikuti oleh anggukan dari orang kepercayaannya itu.

Kakashi dan sasuke berjalan menuju pavilium utara tempat kediaman raja dan ibu permaisurinya.

"Yang mulia kaisar fugaku, putra mahkota sasuke ingin menemui anda" ujar kakashi dengan sopan dan lantang.

"Izinkan dia masuk kakashi" ujar raja fugaku.

Para pelayan segera membukakan pintu untuk pangeran sasuke. Pria berambut raven itu masuk kedalam ruangan sang raja. Ia duduk bersimpuh dihadapan sang raja seraya membungkukkan tubuhnya untuk memberi penghormatan.

"Ada apa anakku?" Ujar fugaku yang ditemani oleh ibunda ratunya yaitu mikoto.

"Apakah benar ayahanda telah membuka pintu kerjasama dengan kerajaan sunagakure?" Tanya sasuke pelan

"Benar anakku. Sikapmu yang telah menculik pangeran sabaku gaara adalah hal yang keterlaluan. Untung saja aku bisa menangani ini dengan baik. Aku tahu pasukanmu sangat hebat. Tapi kita tetap tak bisa mengambil resiko sebesar itu. Sunagakure adalah kerajaan dengan prajurit terbaik seperti kita sasuke. Hilangkan sikap angkuhmu itu, kau harus memikirkan rakyat kita"

Sasuke membungkukkan tubuhnya kembali seraya memohon ampun pada ayahandanya.

"Maaf karena kecorobohan yang aku perbuat ayahanda. Aku hanya ingin bersaing dengan kehebatan mereka. Lagipula pangeran gaara telah mengendap endap masuk ke dalam konoha. Itu adalah bentuk kriminal" rahang sasuke mulai mengeras

"Tapi dia mempunyai alasan sasuke. Dia hanya ingin menangkap penjahat yang telah mencuri berlian miliknya. Penjahat itu berlari menuju konoha, bahkan kau sudah menangkap penhajat itu sebagai buktinya. Lalu kenapa masih menahannya?" Suara raja fugaku mulai meninggi.

"Sudahlah rajaku. Mohon ampun untuk anak bungsu kita. Biar dia memahami pelajaran dari ini semua. Sasuke, ayahmu hanya tak ingin kau membahayakan nyawa rakyat untuk kesombonganmu sesaat"ujar sang ratu mikoto.

"Mohon ampun ayahanda..."

"Untung saja kaisar sabaku sungguh orang yang rendah hati. Ia memaafkan semua kejadian ini dan menyetujui perdamaian yang ayah deklarasikan kepadanya"

Sasuke mengangkat kepalanya menghadap sang ayah dengan tegap kali ini. Ia sudah memiliki sesuatu yang ia tahan dari tadi.

"Kalau begitu sebagai bentuk perdamaian, kenapa kita tidak membuat hubungan persaudaraan dengan kerajaan sunagakure?"

Alis fugaku terangkat satu. Ia mencoba menelaah perkataan sasuke yang begitu rancu.

"Maksudmu?"

"Ya tali persaudaraan yang kuat dengan menyatukan pasangan kerajaan dari kita dan sunagakure"

Sasuke sudah tak sabar ingin menjelaskan rencana licik yang ia susun dengan sangat rapih.

"Sasuke, kerajaan suna hanya memiliki 2 pangeran dan tak memiliki seorang putri raja"

"Maksudku ayah, tak harus keluarga kerjaan, mungkin keluarga bangsawan yang dekat dengan kaisar? Bukan kah itu cukup?"

Fugaku menelaah semua perkataan sasuke. Ia paham dengan apa yang sasuke sampaikan. Menurutnya apa yang disampaikan sasuke bukanlah hal yang salah.

"Itu adalah gagasan yang bagus. Kalau begitu kita pergi menuju desa sunagakure untuk menemui para bangsawan. Aku akan ajak itachi juga agar dia bisa menemukan pendamping setelah kematian putri izumi.  Ah... Apa kau juga mau menikahi salah satu dari mereka sasuke? Baik ayah mengerti kalau kau belum siap untuk menik...."

"Aku mau ayah. Ini sudah saatnya aku serius dalam menemukan pasangan untukku kelak."

Ucapan sasuke hampir membuat sang raja tersedak. Sang ibu bahkan hampir berteriak tak percaya. Hanya saja seorang sasuke selalu menolak untuk menikah ketika ayahnya menawarinya untuk menikahi salah seorang putri raja atau bangsawan. Sasuke selalu menghabiskan waktunya untuk bersenang senang dengan wanita dalam semalam kemudian membuangnya.

Perilaku sasuke yang seperti itulah yang selalu membuat raja dan ratu kebingungan harus bagaimana. Padahal sasuke selalu ia andalkan untuk menangani pasukan perang oleh ayahnya dibandingkan kakaknya itachi. Akan tetapi perilakunya yang buruk membuat sang raja harus bersabar dan mengirim itachi untuk urusan kerajaan.

"Ka...kau...yakin anakku?" Ujar fugaku terharu

Sasuke mengangguk.

"Syukurlah kau sudah menjadi dewasa sasuke.." ujar ratu mikoto bahagia

Sasuke menyembunyikan senyum liciknya. Ia selalu benar. Sasuke akan selalu mendapatkan semua yang ia inginkan.

'Tak lama lagi kau akan menjadi milikku sakura'

★★★★★ TBC ★★★★★

avataravatar