webnovel

Part 2 - He Is My Bridegroom?!

Di sebuah mansion berarsistektur eropa ini tampak para pekerja sibuk dengan pekerjaannya, lain dengan sebuah ruangan yang luas dan lenggang itu. Seorang pria dengan usia lebih dari setengah abad itu duduk di meja kerjanya, menerima laporan yang di bawa partner lamanya. Pria yang hanya terlihat punggungnya saja itu menganguk setelah diberi instruksi.

Pemilik dari mansion itu adalah keluarga Huang. Istana luas dengan mahakarya penuh seni dari arsistektur eropa ternama itu hanya dihuni oleh satu keluarga saja.

Yuuji menghela nafas berat, dia menatap keluar jendela. Rupanya dia sudah memasuki wilayah mansion keluarganya. Tiba-tiba rasa jengkel menyerang hatinya. Ingin sekali dia lompat dari mobil dan kembali ke apartement miliknya. Dia tidak menyukai ini, kembali kerumahnya setelah dia tinggal sendiri selama satu tahun terakhir.

"Mulai menyesal tidak datang ke acara rutin? Aku sudah memperingatkanmu. Hal ini pasti akan terjadi." ucapan Hana memperkeruh suasana hatinya.

"Diam saja! lebih baik fokus menyetir." Gumam Yuuji sedikit kesal. Siapa yang menyangka, setelah dia merasa bebas ketika diumurnya yang ke 22 bisa tinggal sendiri dia dipaksa kembali lagi ke rumah hanya karna selama tiga bulan terakhir mencari alasan untuk tidak menginap selama akhir pekan di rumah.

Apalagi sekarang ancamannya tidak main-main. Dia akan di pecat dan bahkan sekarang jadwalnya sudah dibekukan, ini bukan hanya gertakan saja. Dia dipecat dari perusahaannya sendiri!! Aku yakin kakaknya akan senang dengan berita itu.

"Ah!" tiba-tiba Hana berseru membuat Yuuji tersentak.

"Urusai?! (berisik?!)" seru Yuuji kesal.

"Aku sudah mendapatkan profil Murakami Souji. Calon suamimu. Aku merasa aneh karna tiba-tiba bisa membuka datanya. Tapi, ya sudahlah. Itu tidak penting! Kau harus melihatnya, Yuuji! Dia seksi sekali.." ucap Hana heboh.

"Ternyata dia adalah penerus Murakami Enterprise. Memang belum muncul di media tapi dia akan dilantik setelah menikah denganmu. Datanya ada di tablet di dalam dashboard."

"Okay."

Yuuji mengambil tablet milik Hana. Mencari dokumen yang dia cari. Setelah membuka file dari informannya, dia terperanjat saat baru melihat foto itu dan melempar tablet Hana saking kagetnya dan membiarkan tablet itu jatuh dibawah kakinya.

"Ya!" sentak Hana kesal. "Kenapa melemparnya?!"

"Aitsu! (dia!)" teriak Yuuji kaget lalu menatap Hana horror. "Bukannya dia host yang kau sewa semalam?"

"Nani?! (apa?!) Kau bersamanya semalam?"

"Iya!! Kenapa dia? Argh! Kenapa harus sekarang tau siapa yang aku nikahi?! Bodohnya!!" racau Yuuji kesal sambil menjambak rambutnya sendiri.

"Kau memang bodoh."

"Hana no ahooo!! (Hana bodoh !!)" teriak Yuuji kesal.

***

Sesampainya di mansion, Yuuji membuang muka sedangkan Hana tersenyum kaku mencoba sopan menggantikan boss-nya. Di pintu masuk sudah ada Ibu dari bossnya. Huang Yui. Itulah alasan kenapa Yuuji membuang mukanya. Dari semua rangkaian kejadian pagi ini sudah membuatnya badmood. Dari dibekukan jadwal, tau jika pria semalam adalah calonnya dan terakhir harus pulang dan bertemu Ibunya. Ini menyebalkan.

Yui tersenyum saat anaknya kembali kerumah, senyum penuh sendu karna sedari tadi dia sama sekali tidak mau menatapnya. "Okaeri. (selamat datang)"

Yuuji melewati ibunya begitu saja dan menjawab sekenanya. "Hm."

"Kau pasti belum sarapan. Maaf mengundangmu sepagi ini. Ma- Ibu sudah menyiapkan sarapan." Ucapnya dengan senyum. Yuuji meliriknya sekilas namun tidak memberikan tanggapan. Dia kembali berjalan diikut Hana.

"Tolong buatkan aku kopi." seru Hana kepada salah satu pelayan yang ditemuinya.

Gadis itu menemukan ayahnya sudah berada di meja makan. Tak jauh dari sana satu kursi sudah terisi, seorang pria dengan warna rambut yang mirip dengannya. Kakaknya, Huang Shinji. Dia mendecih tidak suka dan mengambil tempat yang tidak membuatnya harus berhadapan dengan pria itu.

"Selamat pagi, Ayah. Pagi ini aku sudah sangat kesal. Jadi, katakan apa alasannya!" Yuuji duduk dengan tidak santai dan menunggu jawaban dari Ayahnya.

"Kenapa Yuuji? Biasanya kau lebih manis dari ini. Kenapa kau dingin sekali pada Ayahmu, Baobei?" (cara mengatakan 'baby' di China)

"Karna sekarang aku kesal! Kenapa Ayah membekukan jadwalku?!"

"Makan bersama dengan keluargamu tidak akan membuat perusahaan krisis. Kau tidak meluangkan waktu akhir-akhir ini. Lihat! Ayah sudah mulai tua dan kau sebentar lagi menikah. Apa kau tidak ingin meluangkan waktumu untuk kami?" Yuuji menyerah. Dia melemaskan bahunya dan mulai santai. Dia tidak bisa mendebat jika sudah seperti ini.

"Baik, aku akan tinggal sampai aku menikah." putusnya dengan terpaksa.

"Senang mendengarnya." ucap Li Zheng dengan raut gembira. "Oh, Ichijou! Kau ada disini!" sapa Li Zheng saat melihat seorang pria paruh baya yang entah kapan memutuskan untuk melepas masa lajang yang menyedihkan itu menghampiri meja makan.

Pria dengan rambut cokelat tua yang dipotong rapih itu membungkuk memberi salam. "Selamat pagi, Li Zheng-san. Saya berencana untuk menjemput tuan muda. Ada negoisasi lahan baru yang harus kami selesaikan pagi ini atas permintaan klien."

"Oke. Sebelum itu kau bisa sarapan bersama kami. Dan, sebaiknya kau tidak perlu memanggilku seformal itu. Aku sudah bukan boss-mu lagi."

"Baik, akan saya coba. Tapi maaf jika saya harus menolak sarapan kali ini. Boss, kita pergi sekarang."

Shinji mengangguk dan menghabiskan jusnya. "Kami akan sarapan ditempat pertemuan kalau begitu. Ayah, Ibu aku pergi. Yuuji, tetaplah bodoh." Ejeknya pada Yuuji.

Yuuji menyangga pipinya dengan siku, menatap Shinji tidak suka. "Kau yang bodoh. Tukang buat onar!"

Yuuji berdiri setelah Shinji pergi membuat tiga orang lainnya di meja makan menatapnya. "Hana kau sarapan dulu. Aku mau istirahat di kamar."

"Yuuji.."

Gadis itu kembali ke kamarnya di lantai dua. Walau sudah tidak dia huni rupanya rumah itu masih sama seperti yang dulu. Dan sepertinya mereka merawatnya dengan baik. Dia duduk di tepi ranjang sambil mengelus ranjangnya, usapannya berhenti dan tanpa sadar Yuuji memegang pipinya lalu tersenyum kecut,

"Jangan bodoh." Geramnya.

***

Shinji berada di samping kemudi mobil yang dibawa Ichijou. Pria itu tampak menatap sendu tablet yang dipegangnya. Sang asisten sekali-kali melirik dengan tatapan heran.

"Apakah laporannya begitu menyedihkan, Shinji?" ceplosnya begitu saja tanpa mencoba mengetahui bagaimana kondisinya.

"Hm, saking sedihnya aku ingin sekali menghajarmu!" geramnya sambil meletakan tablet itu diatas dashboard mobil.

"He? Kenapa aku?!" Ichijou berseru dengan aneh, membuat Shinji makin kesal. Namun, kemudian pria paruh baya itu tersenyum tipis, "Kalau terganggu kenapa tidak minta maaf saja. Aku pikir kau yang salah." Gumamnya.

"Jangan bodoh!!" teriak Shinji marah. "Sampai kapanpun si bodoh Yuuji itu yang salah. Mana mungkin mami berselingkuh! Aku tidak terima dengan tuduhan itu. Kalau dia tidak bisa membuktikannya, sampai seumur hidup pun aku tidak akan memaafkannya."

"Begitu ya.." gumam Ichijou santai. "Lalu buat apa melakukan penyelidikan latar belakang Murakami Souji, kalau begitu?"

Shiji makin keki dengan Ichijou yang berhasil membalik perkataannya. Dia kesal namun sulit untuk menjawabnya. "Tidak perlu alasan untuk itu! Semua orang pasti akan melakukannya!" seru pria itu dengan sedikit bersemu.

"Hm, semua orang yang siscon pastinya." Timpal pria itu santai.

"Ichijou!!"

Mobil yang mereka tumpangi melaju cepat melintasi jalan raya yang tidak terlalu ramai itu. Tidak mengetahui jika mobil dibelakang terlihat mencurigakan karena tidak berada jauh dan selalu mengikuti mereka.

Next chapter