19 19. Keturunan Evander

Sesuai keputusan kemarin, hari ini mereka semua berkumpul di Hutan Nordik—kawasan Gunung Nordik. Hutan ini memenuhi kawasan gunung, begitu terawat dan lebat. Para pecinta hiking jarang sekali mendaki di gunung indah ini, dikarenakan medan yang berbahaya dan wilayah ini belum terlalu terjamah oleh manusia.

Sebenarnya, bisa saja Cia langsung membawa mereka masuk ke dalam area bangsa lycan. Namun, ini sudah bukan lagi keputusannya. Jika kemarin dia menerobos masuk barrier, itu karena ada kuasa Zeno dalam tubuh Cia. Apalagi hingga saat ini, Cia dan Zeno belum membeberkan hubungan mereka pada kawanan lycan dan juga bangsa langit. Di langit sendiri, hanya beberapa saja yang tahu dan di kawanan lycan hanya Noya yang tau hal ini.

Dari kejauhan, tampak lima orang lelaki gagah berjalan menuju kumpulan Cia. Salah satunya adalah Zeno yang berada di posisi tengah. Setelah sampai, Zeno segera menghampiri istrinya dan mengecup kening Cia. Itu membuat mata para lycan membeliak, respons mereka berbeda dengan kumpulan Cia yang begitu senang melihat adegan romantis.

"Mari," ajak Zeno.

Gerombolan Arlcia menahan emosi, antara kesal dan ingin menendang ketua mereka dari belakang. Jarak antara titik menunggu mereka dengan titik kawasan lycan hanya seratus meter. Sedekat itu dan dari tadi Cia hanya meminta mereka menunggu. Luar biasa.

Ketika pihak lycan berhenti, mereka tidak melihat apapun selain rawa-rawa. Aneh juga melihat rawa-rawa di kaki gunung, tetapi itulah yang dilihat mata mereka. Kemudian, Zeno menggerakkan tangan seakan menghempas udara dan tersibaklah barrier pelindung.

Mereka semua masuk, anggota Cia yang merupakan demigod mendadak semringah. Walaupun perkampungan ini terlihat seperti baru saja dibangun, tapi tak menutup keunikan mereka. Kawanan lycan tampak ramah menyambut kedatangan orang asing, itu karena Zeno telah mewanti-wanti mereka agar membuat tamu merasa nyaman.

Tidak ada istana megah atau singgasana, bahkan aula untuk menyambut tamu. Para lycan menyediakan satu tenda besar yang di dalamnya terdapat meja panjang serta kursi kayu. Zeno menarik satu kursi kayu dan mempersilakan Cia duduk, setelahnya dia mengambil posisi tepat di sisi Cia. Setelah yang lain mengisi kursi hingga tak ada yang tersisa, mereka memulai perbincangan.

"Hari ini, lycan kedatangan tamu. Mereka adalah demigod dan dua di antara mereka adalah seorang dewi. Terima kasih atas kehadiran kalian," cetus Zeno. "Hari ini kita akan membahas tentang kekacauan yang terjadi di sini beberapa waktu lalu. Ternyata, orang itu berkaitan dengan misi para demigod."

Lycan yang memang belum tahu hal ini langsung berkasak-kusuk. Mereka saling berbicara satu sama lain, itu membuat suasana agak sedikit ricuh. Zeno berdeham sembari mengetuk meja hingga keadaan kembali hening. Zeno melanjutkan penjelasan siapa saja pengikut pihak lain. Bagaimana pengaruh Vasilio di Latveria dan juga memperkirakan apa tujuan Vasilio.

Sembari menjelaskan, matanya tetap awas dengan keadaan Cia. Dia berdiri dari kursinya dan berlalu entah ke mana, tetapi saat Zeno kembali, dia menenteng bantal kecil. Lelaki tampan itu menaruh bantal di belakang punggung sang istri, agar istri dan anak-anaknya nyaman. Tentu saja perlakuan itu tak luput dari pandangan seluruh orang yang hadir.

"Ke mana Noya?" tanya Zeno pada yang lain.

"Sebentar lagi dia datang, Zen," jawab Eros.

Eros yang menjabat sebagai bawahan kepercayaan Zeno saja tidak tahu-menahu dengan keadaan pemimpinnya. Terlebih saat ini, melihat Zeno tadi menggandeng wanita itu, menggenggam tangannya, sesekali mengusap bahu, dan kemudian mengambilkan bantal untuk wanita cantik tersebut. Perlakuan Zeno melebihi perlakuan tuan rumah untuk tamunya dan Eros rasa wajah wanita itu tidak asing.

Tirai tenda tersibak, Noya berjalan santai dengan senyumnya yang menawan. Dia menghampiri Arlcia, membungkuk sekilas, dan memberi salam, "Yang Mulia Ratu."

Sapaan itu membuat semuanya pucat pasi. Apa maksud dari sapaan Noya tadi? Sedangkan dapat dilihat jika wanita tersebut tidak keberatan dipanggil seperti itu. Melihat hal itu menjadi keingintahuan bagi para lycan, Zeno menepuk punggung tangan Cia. Mata Zeno juga melirik sinis Noya. Lelaki tua itu pasti sengaja tidak menjaga mulutnya.

"Pasti kalian bingung dengan ucapan Noya tadi, 'kan?" Semuanya mengangguk pelan, "Wanita di sisiku ini bernama Alrcia, dia adalah mate-ku, dan saat ini dia sedang mengandung anak kami ... keturunan Evander."

Sontak para lycan berlutut di lantai dan membungkuk menghadap Cia. Wanita berpakaian panjang tersebut sangat sungkan hingga dia berdiri dari kursi dan membungkukkan badan kepada para lycan. "Tolong bersikap biasa saja padaku."

"Bagaimana kami bisa bersikap biasa saja, Ratu? Kami telah menunggu kehadiran Anda sekian lama," sahut salah satu lycan.

Sementara para demigod dan Ive juga tak kalah terkejut. Mereka pikir Zeno hanya pemimpin pasukan biasa, tetapi ternyata status Zeno lebih dari itu. Entah hal ini merupakan keberuntungan atau musibah untuk Cia. Yang jelas, takdir ini membuat Cia merasa bahagia. Setelah saling menghormati, mereka semua kembali melanjutkan perbincangan. Merancang rencana untuk mengetahui lebih dalam keinginan pihak lain.

Sementara di sisi lain, Vasilio sedang berbicara dengan Viona. Lelaki itu menatap foto Cia yang memenuhi layar ponselnya. Viona menjelaskan bahwa Cia tinggal di area blueway—wilayah yang cukup jauh dari kota. Tidak ada yang mencurigakan dari penjelasan Viona, bahkan dia mengatakan jika mendapatkan data Cia sebagai siswi terbaik di Latveria.

"Kau yakin ini sudah benar?" tuntut Vasilio.

Viona benar-benar tak mengerti jalan pikiran tuannya. "Benar, Tuan. Mr. Leon sendiri yang memberi informasi ini."

"Tapi, kenapa dia sangat mirip dengan Neona? Tidak terlalu mirip, sih, hanya warna rambutnya saja yang beda." Vasilio bergumam pelan, tetapi Viona masih bisa mendengar kalimat keputusasaan tersebut.

Tak kehabisan ide, Vasilio yang semula berdiri membelakangi Viona, kini berbalik. "Buatlah jadwal pertemuanku sekali lagi dengannya."

avataravatar
Next chapter