13 13. Neona dan Alrcia

Beratus-ratus tahun yang lalu, saat Eropa belum berjaya seperti sekarang, Ratu Thafana melahirkan anak ke-empatnya. Seorang bayi laki-laki yang begitu mempesona, bayi ini mirip sekali dengan wajah Raja Revian.

Hal ini yang membuat para tabib tercengang tak berdaya. Raja Revian merupakan raja dari kerajaan tetangga. Ini juga menguak fakta yang sesungguhnya; Ratu Thafana berselingkuh.

Namun, tidak ada yang berani membuka mulut. Apalagi mengingat suami sang ratu yang sangat menyayangi bayi lelaki tersebut. Dia memberi nama anak itu, Vasilio Heraksel.

Ini bukan anak pertama Raja Janus Heraksel dan Ratu Thafana. Vasilio merupakan anak ke-empat mereka, tetapi yang lainnya adalah perempuan. Maka dari itu, keluarga kerajaan amat antusias dengan kehadiran pangeran kecil tersebut.

Vasilio tumbuh dalam kasih sayang yang berlimpah. Apapun keinginannya akan dituruti, tetapi hal itu mengubah cara pandang sang pangeran akan hidup. Bahwa, tidak ada yang tak mungkin untuk dia gapai di dunia ini.

Saat itu, Vasilio masih berusia sembilan tahun. Pangeran kecil itu suka sekali bermain di luar istana, menampakkan dirinya pada rakyat-rakyat kecil. Namun, hari itu adalah hari tersial bagi Vasilio. Karena, ketika dia menyatu dengan keadaan pasar, seseorang tidak sengaja tersenggol dan menjatuhkan makanan babi tepat pada tubuh Vasilio.

Vasilio marah, dia langsung mengambil pedang sang pengawal dan menebas kepala pelaku. Darah terciprat ke mana-mana, kebanyakan dari orang di sana menahan napas mereka. Tentu saja tidak terpikirkan di benak mereka, bahwa anak berumur sembilan tahun tega membunuh.

Berbeda dengan Vasilio. Ada rasa kepuasaan saat melihat wajah sakit dan memelas dari orang tersebut. Kejadian ini pun tak luput dari telinga Raja Janus, tetapi sang raja malah mengapresiasi keberanian anaknya.

Dimulai dari situlah, membunuh menjadi hobi Vasilio.

"Raja tiran! Mati saja kau!" Seorang gadis mengumpati Vasilio habis-habisan. Antara bingung harus menjawab apa dan tidak percaya dengan kejadian ini. Raja Vasilio datang untuk melamarnya, menjadikan dirinya ratu di istana. "Berhenti menggangguku, Yang Mulia!" Gadis tersebut kembali membentak, dia merasa tidak pantas.

Dia hanya setengah dewa dan dia merupakan gadis miskin. Perbedaan kasta mereka sangat jauh, apakah lelaki tersebut berniat mempermalukannya? "Kau bukan dewa yang bisa membungkam mulut semua orang, Yang Mulia! Aku tidak ingin menjadi bahan olok-olokan sepanjang hidupku."

Rambut merah Vasilio mengayun tertiup angin, tidak pernah dia bayangkan sebelumnya akan ditolak seperti ini. Hanya karena dia miskin dan Vasilio kaya raya. Pikiran lelaki itu menjadi semakin rumit, saat mendengar sang gadis berkata bahwa dia bukanlah dewa. Padahal, Vasilio telah menaruh hati pada gadis itu sejak lama.

"Aku akan menjadi dewa untuk membungkam mulut semua orang. Nantikanlah hari itu. Ku harap, kau tidak lupa, dan jika kau mati, kembalilah untukku, Neona." Vasilio berbalik dan berjalan menjauh dari gubuk Neona.

Pantas saja Ibunya berkata bahwa cinta itu rumit. Memang ternyata serumit ini perasaan cinta itu. Namun, bukan Vasilio namanya jika dia menyerah, lelaki itu menemui beberapa penyihir, dan menanyakan bagaimana cara menjadi dewa.

Penyihir putih—wizard, berkata bahwa itu adalah hal yang melanggar, dan tidak bisa dibenarkan. Sementara penyihir hitam—witcher, berkata bahwa mereka akan membantu dengan mencari dibeberapa kitab. Dengan syarat, Vasilio harus bergabung pada kegelapan.

Dunia Vasilio mulai berubah saat itu, dia menjadi lebih pendiam, lebih suka membaca buku di kamar, atau sekedar berlatih saja. Bahkan, tugas kerajaannya lebih banyak dikerjakan oleh ketiga kakaknya. Tidak ada yang tahu kisah sebenarnya, hanya ada satu orang yaitu pengawal setia Vasilio—Philip namanya.

"Pengorbanan pertama harus benar-benar yang Anda cintai, Yang Mulia." Vasilio mengtetatkan rahangnya mendengar itu. "Ibunda Ratu?" Witcher itu menggeleng, dia pun membalas, "Ibunda Ratu hanyalah manusia biasa. Ramuan ini untuk para setengah dewa atau biasa dikenal dengan sebutan demigod."

"Neona," lirih Vasilio. "Apa yang harus aku lakukan padanya?"

"Bawa dia kemari, dan isap intisari miliknya, dan jantungnya akan kau makan, Yang Mulia."

"J-jantung, kau bilang?! Kau main-main denganku?!" Vasilio menarik rambut witcher tersebut. "Kau tahu aku mencintainya sampai mati, bagaimana bisa aku memakan jantungnya, sialan!"

Witcher tersebut menabrak dinding sebab sang raja melemparnya dengan kasar. Makhluk atau manusia sekalipun, jika sudah berurusan dengan perasaan, pastilah menjadi sensitif. Termasuk Raja Vasilio Heraksel.

Setelah kejadian itu, Vasilio melamun satu harian. Di dalam kepala, dia menimang-nimang keadaan. Jika Neona mati, kepada siapa hatinya akan berlabuh? Namun, demi menjadi dewa seutuhnya, dia harus melakukan ritual ini. Vasilio memutuskan untuk membunuh gadisnya.

Dia menyuruh beberapa pengawal untuk menculik Neona. Tak lama, gadis itu datang dengan rambut yang berantakan, serta mata dan mulut yang tertutup. Vasilio iba, tetapi rasa iba itu kalah dengan keinginannya yang kuat.

Dengan lembut dan hati-hati, Vasilio membuka penutup mata dan mulut Neona. Mata gadis itu membelalak, menatap lelaki yang beberapa waktu lalu datang melamarnya. Namun, tidak ada kata yang dikeluarkan gadis itu, dia hanya menatap Vasilio yang bersila di hadapannya.

Para witcher mengelilingi mereka, mengucap sebuah kalimat "O Tártare, o gios sou, Vasíleios Iráksel, tha archísei na se latrévei. Evlogísé ton, dóse tou óti thélei, dóse tou ti dynamí sou. Gia to skotádi pou synodévei ton."

Tubuh Neona langsung menegang saat huruf terkahir jatuh, seluruh otot syarafnya kaku, dan mendadak ada yang menyeruak keluar melalui pori-pori tubuhnya. Itu adalah kekuatannya, berwarna merah darah karena Neona adalah anak dari Hades.

"Raja Vasilio," lirih Neona.

"Maafkan aku, Neona," jawab Vasilio.

Setelah itu, kulit Neona mengering, daging-daging di tubuhnya menyusut, dan mulutnya menganga lebar. Salah satu witcher segera memberi sang raja sebuah pisau kecil. Tanpa perintah lebih lanjut, Vasilio langsung membelah dada Neona dan menarik jantung yang masih berdetak lemah itu. Melahapnya dengan air mata yang berlinang.

***

Dari kejauhan, nampak seorang wanita dan pria sedang duduk bersila. Mereka saling berhadapan, dengan telapak tangan lelaki itu terbuka dan diletakkan pada paha si wanita. Sementara, telapak tangan si wanita diletakkan tepat di atas telapak tangan pihak lain.

Arlcia dan Morgan.

Kedua dewa itu sedang menyerap energi dari naitura, tentunya dengan ijin pohon tersebut. Embusan angin menerbangkan rambut mereka, sepoi-sepoi, dan membuat pernapasan Cia lebih lega.

"Terima kasih, Naitura," ujar Arlcia saat dia membuka mata. Morgan juga membuka mata dan tersenyum menatap wanita di hadapannya. "Bayiku pasti akan kenyang setelah ini."

Morgan menatap perut Cia yang masih rata, "Berapa lama dia akan lahir?"

"Tidak tahu, kalau manusia butuh sembilan bulan. Tapi, ini ...."

"Mungkinkah lebih cepat? Mengingat pasanganmu adalah seorang lycan?" Arlcia mengangguk, kemungkinan seperti itu, dan Cia harus segera bertemu Zeno jika begitu.

"Arlcia!" Mata wanita itu melebar, pun dengan Morgan. Akhirnya, wanita itu menoleh, menatap Selena yang tengah memandangnya dengan terharu. Dewi bulan itu berlari pelan dan langsung memeluk Arlcia, "Sejak kapan kau pulang?"

Selena memang selalu seperti itu terhadap Arlcia. Baginya, Cia adalah sosok Hecate versi lain. "Beberapa hari yang lalu."

"Beberapa hari? Dan kau tak menemuiku?"

"Dia harus memulihkan energinya, Selena," sela Morgan.

Arlcia mengangguk, membenarkan ucapan Morgan. Kemudian, lelaki tersebut memeluk pinggang Cia dengan pelan, membuat dahi Selena mengernyit heran. "Kalian?"

"Kami pergi sebentar, Selena," ujar Morgan.

Pikiran Selena bercabang, menerka-nerka, apakah mereka berhubungan? Mengapa Arlcia tidak memberitahuku? Apakah dewa yang lain tau? Namun, dia segera mengenyahkan pikiran tersebut. Dia akan menanyakan langsung hal ini pada yang bersangkutan, nanti.

avataravatar
Next chapter