webnovel

12. Tuan Vasilio

"Kau benar-benar tidak waras, Noya!"

Hanya satu kalimat itu yang dikatakan oleh Zeno, semenjak dia menginjakkan kaki di rumah Noya. Namun, kalimat itu terus berulang hingga kini sudah hitungan ke-dua puluh. Noya yang sedari tadi hanya diam, kini memutar bola mata.

Setelah selesai menumbuk beberapa bahan, Noya segera duduk di belakang, Zeno. Dia menatap luka di punggung pihak lain dengan senyum licik. Kemudian, tangannya mengoleskan sebuah minyak dari mangkuk berwarna putih ke luka tersebut. Selanjutnya, Noya mengambil ramuan yang telah dia tumbuk dan menaruhnya langsung pada luka.

Zeno meringis pelan, tetapi kini dia berteriak tertahan. Noya menekan-nekan ramuan itu—sepertinya dia sengaja. "Noya," ucap Zeno dengan pelan. "Kau ingin mati sekarang?"

"Ha-ha-ha." Sang alkemis tertawa dengan patah-patah. "Sudah ku bilang, istrimu tidak ada di bumi."

"Dan kenapa kau menyuruhku ke tempat makhluk buruk itu?"

"Yaaa, itu karena mereka pantas mendapatkannya. Asal kau tau, mereka yang mengepung istrimu di rumahnya."

Kesunyian kembali menyapa. Hingga akhirnya, Noya membalurkan minyak ke atas ramuan yang menutup luka tersebut. Dia segera mengemasi barang-barang dan meninggalkan Zeno selama beberapa menit.

Noya kembali lagi dengan sebuah botol berwarna cokelat, dia memberikannya pada Zeno. Itu adalah ramuan penghilang rasa sakit. Cukup manjur untuk Zeno yang kini jauh dari Cia. Namun, dia tetap harus meminum itu setiap hari—sekali. Tidak ada obat yang manis, kecuali sirup anak-anak atau obat tersebut kau beri gula setoples.

"Aku akan membuatkan persediaan ramuan untukmu, Yang Mulia."

"Ya," balas Zeno.

Zeno segera pergi dari rumah Noya dengan berjalan kaki pelan. Kawasan ini sudah menjadi hak milik bangsa lycan. Namun, bangsa lain boleh melewati atau singgah, jika mereka memiliki niat baik. Tidak ada perlindungan khusus, hanya sebuah selaput tipis yang memanipulasi penglihatan manusia.

Bagi yang tidak melihat, mereka hanya akan melihat rawa-rawa yang kumuh dari bawah hingga ke atas. Namun bagi yang bisa, rawa-rawa itu adalah rumah-rumah kayu yang apik dan mempesona.

***

"Mereka mencari siapa?" Seorang lelaki yang baru saja menjejakkan kakinya ke dalam kekacauan, membuka tudung hitamnya. Dia menatap semua isi kuali yang tidak tersisa. Wajahnya tampan, dengan rahang yang kaku, kemudian hidung lelaki itu amat pas dengan fitur wajahnya.

"Mereka bangsa lycan, Tuan. Seorang dari mereka nampak mencari sesuatu, eum, itu istrinya," jawab pimpinan witcher.

"Apa kita menahannya?" tanya lelaki yang disapa 'Tuan'.

Semuanya menggeleng pelan. Mereka menunduk menatap pada kaki masing-masing, menunggu Tuan mereka berbicara. "Siapa nama bangsa lycan tersebut?"

Diam. Mereka semua saling pandang, mereka lupa, atau mungkin tidak tahu. Namun, salah satu dari mereka tampak mengingat-ingat. "Dia ... memiliki rambut cokelat. Oh Tuan, Anda wajib tau jika di sini—kawanan lycan hanya ada satu."

"Di mana?"

"Gunung Nordik, Tuan Vasilio."

Dia Vasilio—pemimpin dari seluruh perkumpulan makhluk gelap di bumi ini. Dia memiliki visual yang cukup baik; rambutnya berwarna merah menyala, matanya pun berwarna merah gelap, kulit lelaki itu berwarna madu ringan, dan dia memiliki tubuh tinggi nan gagah.

Pengalaman bertempurnya sudah tinggi dan kemampuan lelaki itu patut diacungi jempol. Vasilio lahir ratusan tahun lalu, dia hanya manusia biasa. Merupakan salah satu anak dari Raja terdahulu. Dengan segala pengetahuan yang dia dapat, dia menemukan cara untuk menjadi abadi, yaitu; menyerap sari-sari makhluk murni dan menyatukan jantung mereka saat gerhana bulan semerah darah.

Hal ini terjadi setiap 200 tahun sekali. Semakin lama, semakin kekuatan Vasilio bertambah. Juga dengan fisiknya yang tak menua, hanya umurnya saja. Keinginan Vasilio hanya satu—menjadi abadi atau dewa seutuhnya.

"Apa kita akan membalas perbuatan mereka, Tuan?" tanya salah satu witcher.

Vasilio menutup kembali tudung kepalanya, "Ya. Dengan cara lain."

Dalam sekedip, lelaki itu telah berpindah tempat. Dia berada di pinggiran hutan dan langsung melepas jubah hitam panjang tersebut. Vasilio menuju mobil hitam mewah miliknya, melesat membelah jalanan menuju kota.

Mobil mewah itu berhenti tepat di depan sebuah gedung yang menjulang tinggi. Vasilio turun dari mobilnya, kemudian seorang security dengan tergesa menghampirinya, membungkuk hormat, dan mengambil alih mobil untuk diparkir di tempat yang seharusnya.

Di sepanjang dia berjalan kaki menuju ruangannya, semua orang yang berpapasan pasti akan membungkukkan badan sekilas. Itu karena, Vasilio adalah pemilik perusahaan retail terbesar di Eropa. Dia sengaja membangun bisnis seperti ini, gunanya untuk mendapatkan dukungan, dan dengan mudah memanipulasi pikiran manusia.

"Selamat pagi, Tuan Vasilio," sapa sekretaris.

Sekretaris Vasilio itu seksi, pakaiannya ketat, dan begitu dia membungkukkan badan; belahan dada serta dadanya sedikit terlihat. Fitur wajah sekretaris itu tentu saja cantik. Namun, dia bukan manusia, dia adalah seekor kadal.

"Viona, apakah perusahaan alat berat itu sudah setuju?" tanya Vasilio.

Viona mengekori sang tuan hingga masuk ke dalam ruangan, "Mereka harus meninjau lokasi terlebih dahulu, Tuan."

"Suruh mereka agar bergerak lebih cepat. Jika tidak, proposal mereka akan aku bakar dan tidak ada kerja sama lagi."

Viona mengangguk, setelah memberitahukan tentang jadwal mereka hari ini, dia harus segera mengabari perusahaan lain. Vasilio memang tidak ingin gegabah, tetapi dia tidak juga suka keterlambatan.

Lelaki berjas hitam itu menatap kota dari kaca ruangannya. Aku akan memporak-porandakan tempat tinggalmu, batinnya. Tentu saja kalimat itu ditujukan untuk Zeno. Pihak lain telah salah sasaran dan Vasilio tidak akan pernah membiarkan hal ini berlalu begitu saja.

Ada harga mahal yang harus dibayar. Cairan-cairan yang ditumpahkan oleh Zeno, bukanlah cairan biasa. Itu membutuhkan waktu lima puluh tiga tahun untuk mendidih sempurna. Kemarin adalah waktu yang pas, maka dari itu Vasilio mengunjungi gua. Namun yang terjadi di luar ekspetasinya, bahan-bahan untuk membuat cairan itu susah didapat dan butuh perjuangan.

Apalagi dengan para tahanannya yang setengah dewa, ditolong oleh lycan-lycan tersebut. Vasilio tidak akan tinggal diam, ini akan menjadi pembalasan dendam yang menarik.

Next chapter