3 Teman Sekamar Bagian I

PERINGATAN!

MENGANDUNG BAHASA DAN TINDAKAN YANG MUNGKIN AKAN SEDIKIT MENGGANGGU BAGI BEBERAPA PEMBACA.😊

Ruang Administrasi Khusus

Faksi Pemrograman Konstelasi Emas

"DILARANG MEROKOK DAN PATUHILAH PROTOKOL KESEHATAN SEKOLAH!"

07.00 pm.

Aku duduk saling berhadapan dengan wanita itu.

"Kau yakin tidak ingin pindah kamar?" Ia bertanya dengan hati-hati, seolah tidak ingin sama sekali menyinggung perasaanku. Sesekali tangannya secara natural membenarkan tatanan rambutnya .

"Tentu tidak. Saya bukan orang yang akan menyangkut-pautkan masalah pribadi dengan hal lain. Saya tidak keberatan sama sekali."

"Astaga, Nak Tirta. Maafkan kami, karena dua gedung asrama utama masih sedang dalam renovasi, kami juga tidak tahu kalau teryata semua kamar sudah terisi. Tadinya ada dua kamar yang tersisa, dan ibu berusaha mendaftarkan namamu di kamar 706, tapi ibu tidak mengerti ternyata pagi ini kamar nya terdaftar dengan dua murid lain, mungkin ada kesalahan sistem, jadi ibu bermaksud untuk mendata ulang dan menukar namamu dengan nama murid lain, atau kalau kau masih keberatan ibu bisa menempatkanmu di gedung asrama wilayah utara, dan soal jarak ke sekolah ibu bisa menyuruh mobil khusus untuk antar jemput,"

"Ibu saya tidak.."

"Sebentar.", kata wanita itu bangkit lalu sejurus kemudian menggerak-gerakkan telapak tangannya padaku, memberi isyarat untuk menunggu. Ia berusaha menelepon seseorang. Suara tut tut teleponnya terdengar nyaring.

Aku berdecak kesal. Menjengkelkan sekali. Sudah tiga puluh menit ia menahanku di sini. Aku bahkan belum sempat membawa barang-barangku keluar mobil. Kebetulan sekali hari ini stok kesabaran ku sedikit banyak. Tapi kepalaku sakit hanya dengan melihat wanita yang sedari tadi mondar-mandir ini berlagak akrab denganku.

Aku mengutuk dalam hati. Belum selesai aku dengan ucpanku wanita itu kembali menginterupsiku untuk menunggu beberapa menit lagi.

Ia kira apa yang dikukannya ini dapat membuatku berpikir bahwa ia telah bekerja secara professional.

Aku akui, ia memang pro, dulu.

Aku duduk menyilangkan kedua kakiku. Ujung jariku mengetuki meja, menghitung mundur berapa detik lagi kesabaranku akan habis. Sudut mataku mengamati penampilan wanita yang berdiri di depanku. Usia awal tiga puluhan. Profesi lama sebagai faksi programmer di Kepolisian Bathara. Ia mengudurkan diri dari kepolisian lalu mengganti namanya beberapa tahun lalu, Ia juga menghapus seluruh data pribadi yang menyangkut dirinya di situs pencarian. Kemudian melamar pekerjaan menjadi administrator sekaligus programmer sekolah. Beberapa tahun terakhir, ada kebocoran data di sekolah, sistem anti ransomware tidak hanya hancur, namun juga berhasil dibajak oleh sekelompok orang yang menyebut diri mereka Cyberlicious. Kelompok yang sama dengan peretas situs jaringan presiden, beberapa perusahaan besar bahkan penjara.

"Aku sudah menghubungi kolegaku, masalah ini akan segera di tangani dalam dua puluh empat jam." Katanya bahagia.

Bangsat!

"Kau menyebalkan juga lama-lama ya... Mari hentikan saja sandiwara ini." Aku menghela napas panjang, mengatur nada bicaraku. "Kau tahu kan kalau aku memang menginginkan kamar ini?", Aku menegakkan posisi dudukku, bersendekap. Ada beberapa cara untuk bernegosiasi dengan orang sepertinya, tentu saja tidak bisa dengan hanya mengeluarkan satu kartu biasa.

Wanita itu menarik kembali garis senyumnya, kali ini warna aslinya sudah terlihat. Ia sama sekali tidak senang. Tapi ia tertawa lebar, sambil menutup mulutnya agar terlihat sopan.

"Oops, apa aku ketahuan ya? Astaga apa acting-ku seburuk itu? Haha, tapi apa kau pikir bisa mendapatkan semua yang kau inginkan hanya karena kau 'menginginkannya'?"

Aku diam.

"Aku tidak akan membiarkan orang sepertimu merusak apa yang telah susah payah ku bangun. Kau pikir aku tidak tahu kalau kau sendirilah yang berusaha menuliskan namamu di kamar itu? Membuat pendataan seolah teracak dan aku harus bekerja dua kali, ha? Berani-beraninya kau juga meng-input nama siswa palsu di sini, Tirta. Aku jadi penasaran, apa jadinya kalau kau sampai ketahuan, kau pikir pengaruh keluargamu dapat membantumu?" Ia berkata dengan nada kemenangan.

"Pfffftt." Lucu sekali. " Ibu ini, mana mungkin? Itu kan kriminal. Aku hanya murid biasa di sini. Aku memang menginginkan kamar ini dari awal, dan seperti yang ibu bilang, aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan. Tapi aku memang tidak suka sandiwara, kita kan tidak pernah dekat, kenapa anda sok membicarakan soal keluargaku sekarang dan juga tuduhan aku menyelundupkan orang asing ke sekolah itu apa tidak terlalu berlebihan? Itu sangat tidak sopan, dan aku tersinggung, loh."

Ia tergelak. "Tirta, aku tahu kau orang seperti apa, kau bukanlah tipe orang yang akan melakukan sesuatu tanpa keuntungan."

Aku tertawa. "Itu kasar, Bu. Aku bukan orang yang seperti itu. Kau membuatnya terdengar seperti aku hanyalah seorang materialistis."

Wanita itu kali ini membuat wajah serius. "Atau, tunggu sebentar..... Jangan-jangan ini soal saudara lelakimu yang.."

"Hei!"

Suara kaki meja yang bergeser dengan lantai terdengar melengking.

"Ack!" Ia terbatuk sebentar , lalu tertawa kecil. "Ak-aku tidak tahu kau orang yang temperamental."

Tanpa ku sadari aku sudah bangkit dan mencengkeram leher wanita ini dengan kekuatanku. Sial! Aku terpancing hanya karena mendengar ia menyebut-nyebut soal 'dia'. Aku melonggarkan kedua tanganku tapi masih belum berniat untuk melepaskan wanita licik ini.

Kau pikir bisa mempermainkanku dengan mudah?

Aku tersenyum, berbisik, "Dengarkan aku 'Maya Ash',"

Sudah kuduga, raut Maya seketika berubah saat aku menyebut nama aslinya. Matanya melotot, tubuhnya bergetar halus, dan aku bisa merasakan jari-jarinya mendingin.

"Kau, ba-bagaimana kau, tidak mungkin. Aku kan sudah.."

"Operasi wajahmu tak akan berhasil menipuku. Kau lupa, Maya, aku siapa?"

Maya mulai menitikkan air mata. Ia menggigit bibirnya sampai berdarah.

"Keparat!" Ia menangis lebih keras. "Apa yang kau inginkan, Bangsat?! Kenapa semua orang

tidak mau membiarkan aku hidup damai?! " Ia mulai meronta.

Ah, tidak kusangka ini sangat menyenangkan. "Ssshhh, jangan menangis." Aku mengusap sisi wajah Maya dengan mimik sedih, memeluknya lembut. "Kau tidak mengenalku Maya, aku bukan tipe orang yang suka mengusik kedamaian orang lain. Apalagi terhadap wanita, aku sangat lembut. Aku tidak peduli kau dulu siapa, dan perbuatan kriminal apa yang kau lakukan hingga membuatmu merubah identitas. Aku hanya tidak suka jika urusanku dicampuri orang lain. Oleh karena itu, tutuplah mulutmu dan jadilah wanita yang manis, okay?"

Maya masih menangis. Ia tidak langsung menjawab hingga beberapa detik, "Baiklah kalau memang itu maumu, tapi kumohon jangan usik wilayahku, atau kau akan tahu sendiri akibatnya!"

" Haha, tak perlu khawatir, Ma'am." Aku mengangkat kedua tanganku ke samping. "Kau hanyalah seekor ular. Seberapa pun mematikan bisamu, tak ada apa-apanya bagi Sang Naga."

Aku melangkah menuju pintu, meninggalkan Maya yang masih berdiri di sudut ruangan. Sebelum aku menarik gagang pintu, aku berkata, "Oh iya, Ibu Angel, terimakasih atas kerjasamanya. Selamat malam!" Aku tersenyum manis, sedikit membungkuk memberi salam sebelum pergi.

Di luar berdiri seorang lelaki mengenakan seragam yang sama denganku, tubuhnya bersandar di dinding, merokok dengan raut bosan.

"Kau lama sekali, Kak."

"Berhenti memanggilku kakak, aku bukan kakakmu, dan buang rokok sialan itu, apa kau buta ada tulisan dilarang merokok di sini?"

"Hah, mana? Wah iya.. Tolol sekali peraturan macam apa ini, aku tidak terima, Kak!"

Aku berjalan meninggalkan lelaki bodoh ini.

"Kak, tunggu, ah, maksudku Bos, aku tidak menyangka dapat masuk ke sekolah ini dengan mudahnya, berkat Kakak, eh Bos. Tapi aku tidak bisa hidup tanpa rokok, Bos?"

Aku menghentikan langkahku, mendekatkan wajahku ke lelaki ini. " Satria, dengarkan aku. Pertama, aku tidak suka dipanggil kakak, atau bos atau apapun panggilan yang keluar dari mulutmu. Kedua, kecilkan suaramu soal bagaimana kau bisa masuk ke sekolah ini kalau kau ingin umurmu panjang. Ketiga, buang rokokmu sekarang atau kuhabisi kau detik ini juga."

Satria menelan ludah. "Baiklah kalau itu permintaanmu, Kak, eh Bos, eh , loh terus bagaimana caraku memanggilmu?"

Ha... Terserah.. Aku mengusap wajahku, lelah.

"Jangan panggil aku."

"Apa? Kau bercanda, kan?"

Astaga, mimpi apa aku membiarkan lelaki ini jadi teman sekamarku..

NAMA :(Satria Batas) Satria Belougi

USIA :(23 Tahun) 16 Tahun

STATUS :(Residivis Narkotika) Siswa Kelas Unggulan Tahun Pertama

ZODIAK :Sagitarius

ORIENTASI SEKS :Queer

KEANGGOTAAN RAHASIA: Anggota Cyberlicious

"Aku bingung dengan diriku sendiri? "

NAMA :(Maya Ash) Angel Surya

USIA :(31 Tahun) 32 Tahun

STATUS : ( - )Anggota 1 Faksi Khusus Pemrograman Konstelasi Emas

ZODIAK : Gemini

ORIENTASI SEKS : -

KEANGGOTAAN RAHASIA: -

"Jangan usik wilayahku!"

avataravatar
Next chapter