webnovel

[01]. Levante's Fourth Princess

"Ken hari ini aja ya?."

"No, i said no, ya no."

Semuanya menghela nafas lelah

Canondra Levante, putri yang tidak bisa disebut sebagai putri. Hari ini kedatangan keluarga paman mereka, Jackson Braille. Dan seperti biasa ia akan menolak menggunakan makeup tebal dan dress

"Ken pakai atau-."

"Atau apa?. Aku tak peduli kak, toh dia bukan paman kandung kita." Cuek Canon

"Canon!."

Canon memutar matanya dan berlalu begitu saja dari ruang ganti tersebut. Esther memijat pelipisnya frustasi dan yang lain hanya sanggup diam

Tiba-tiba terdengar suara kereta kuda dari arah luar

"Siapa itu?." Tanya Kyle

Salah seorang pelayan menengok ke jendela

"Oh keluarga Braille sudah datang nona!."

"Oke, cepat bersiap dan kita turun." Tutur Esther

Semuanya mengangguk. Setelah semua siap mereka pun lekas turun

"Selamat datang paman bibi Braille." Ujar Esther dengan senyum manisnya

"Wahh kalian sudah besar ternyata. Tapi, seingatku kau punya 5 putri Vince." Tutur Amora, ratu Braille

"Ya, dimana satunya lagi?." Tanya Jackson

"Yahh..."

"Here!."

Semuanya menengok kepada seorang perempuan yang turun dengan berseluncur di pagar tangga lalu mendarat di depan mereka dengan mulus. Emelie melotot marah, sementara Vince menghela nafas lelah

"Halo paman bibi dan semuanya!. Kuharap kalian tak melupakanku."

"Canon, tentu saja kami mengingatmu. Kau satu-satunya yang berani menghancurkan acara ulangtahun putri kami, Yumna, 4 tahun yang lalu." Ujar Jackson membuat seluruh orang terbelalak, sementara Canon menyeringai

"Benar, seharusnya kau mengajari putrimu sopan santun Emelie." Ketus Amora

"A-..."

"Sopan santun?. Pfftt, apa yang anda tau tentang sopan santun?. Saya masih menghormati anda sebagai yang tertua toh." Canon mendekati telinga Amora

"Jangan berpikir kalau aku takut karena kau adik ayahku. Kau kan, yang mencoba memberikan racun kepada kakek?." Bisik Canon. Amora menegang dan terbata

"Ma?." Yumna mencoba menyadarkan mamanya

Canon menyeringai lalu berlalu menuju dapur

"A-ahh ayo kita makan siang terlebih dahulu!." Ajak Vince

Mereka semua menuju dapur dan menyantap makanan

       (Malam Harinya...)

"Kak, mama memanggilmu di kebun kaca." Ujar Ophelia dingin

"Erkk... seharusnya kau berhenti membaca buku fisika itu." Tutur Canon membuat Ophelia mendengus dan berlalu pergi

Canon mengangkat pundaknya dan mengambil jaket. Ia keluar lalu menuju taman namun ia berpapasan dengan Yumna

"Hee aku penasaran kau memakai pewarna rambut apa." Sarkas Canon

"Rambutku alami blonde!." Sentak Yumna

Canon terkekeh sinis lalu maju. Melihat Yumna yang mundur takut, Canon menyeringai lalu melewati Yumna yang membeku. Sesaat kemudian ia sampai di kebun kaca dan ada seorang wanita yang sangat seksi dan dipenuhi barang berlian itu disana

"Ada apa?." Tanya Canon to the poin

"Duduk dulu sayang."

Canon menurut, ia mencomot satu cupcake di meja sementara seorang maid menuangkannya teh

"Aku tak suka teh, bawakan aku coklat panas." Maid itu mengangguk lalu membawa gelas teh Canon pergi

"So, what's the problem?."

"Mama mau nanya sama Canon, pertanyaannya mudahhh banget. Tapi mama mau kamu jujur, gak bertele-tele bisa?." Ujar Emelie

Canon mengangkat pundaknya sambil terus mengunyah cupcake. Maid tadi pun kembali dengan segelas coklat panas pesanan Canon

"Tergantung pertanyaannya. Mama gak bisa maksa aku buat jujur." Tutur Canon. Emelie tersenyum

"Oke, cuman satu kok. Sebenarnya apa alasan Canon mempermalukan mama dan papa terus-menerus?." Tanya Emelie, masih dengan senyum hangatnya walau ia menyindir tadi

Canon berpikir sebentar

"Aku malu-maluin?. Gak kerasa tuh. Karena semua perlakuanku yang bikin kalian malu ... adalah diriku yang asli."

Tangan Emelie yang memegang gelas tehnya berhenti

"Maksud kamu?."

"Aku seorang perempuan, karena aku terlahir di keluarga kerajaan aku harus bertingkah layaknya putri bangsawan. Anggun, ramah, jaim, always smile, beauty, pake baju terbuka kek mama. Tapi sebanyak apapun aku mencoba, aku merasa tak cocok. Dan jujur kadang aku merasa jijik melihat tubuh intim mama yang terekspos." Jujur Canon seraya menyeruput coklatnya

Emelie tersenyum lalu menaruh gelasnya

"Satu pertanyaan lagi boleh?."

Canon mengangguk malas

"Kamu tahu kan kalau mama gak punya anak laki-laki?. Di sejarah bangsawan negri kita, jika tak ada anak laki-laki maka perempuan pun boleh menggantikan takhta raja dan itu tak harus anak perempuan pertama. Bahkan Ophelia yang merupakan bungsu bisa menggantikan papamu." Ujar Emelie

"Lantas?."

"Pertanyaannya, apa kamu menginginkan posisi itu?."

Canon diam, setelah tersadar ia kembali menyeruput coklatnya lalu menaruh gelasnya

"Seriously, mom?. Aku saja membuat kalian malu. Apa kata saudara yang lain?." Sentak Canon

"Mama sudah merundingkan ini dengan papa dan ketiga kakakmu. Bagaimanapun tingkahmu nak, bagi kami kau yang lebih cocok."

"What's?!. Why should I?!." Seru Canon

Emelie tersenyum lalu menggemgam kedua tangan putri keempatnya itu

"Mama menanyakan hal yang sama kepada mereka bertiga. Kau mau tahu jawaban mereka?."

       (Flashback On)

"Aku tak bisa menjadi ratu. Karena jujur aku dulu sama seperti Canon, tapi karena aku anak pertama. Aku memaksa diriku untuk berubah. Namun nanti ketika aku dewasa, aku ingin bebas dan tak terkekang dengan urusan negri ini." Jawab Esther membuat semuanya terkejut

"Kyle?."

"Kalau tak ada Canon waktu itu, aku bisa saja menjadi mangsa harimau. Dia pemberani tidak sepertiku yang ceroboh. Apa negri ini membutuhkan ratu yang bisa saja menjerumuskan mereka ke jalan yang salah?." Tutur Kyle membuat Emelie tertegun

"Lalu Deana?."

"Menjadi ratu itu harus tepat waktu dan bangun pagi, dan itu bukan aku sama sekali." Jawab Deana

         (Flashback Off)

Canon menatap datar mendengar cerita Emelie

"Ma, aku pun punya kecacatan yang bahkan lebih besar dari mereka. Kurasa Ophelia lebih cocok." Ujar Canon

Emelie diam

"Aku benar kan?. Dia pintar, nilainya selalu di peringkat atas. Bahkan pernah membantu papa membuat strategi melawan negri sebelah kan?. Padahal umurnya masih 12 tahun waktu itu." Lanjut Canon

"Ya kamu benar. Tapi seperti kalian, sesempurna apapun kalian sebagai putri kalian pasti memiliki kecacatan. Ophelia tak bisa menjadi ratu dengan kondisinya yang sekarang." Ujar Emelie dengan raut serius

"What do you mean?."

"Ia egois. Dia bahkan sungkar untuk mengajak kalian berbicara dan mengetahui dunia luar lebih dalam. Yang lain sudah mencoba untuk masuk ke ruang lingkup dunia Ophelia, tapi mereka selalu gagal. Terlebih dia sangat-sangat berambisi untuk menang dari kalian di takhta. Mama tak menyalahkan semangatnya, hanya saja dia tidak tahu cerita asli keluarga kita. Bagaimana perjuangan papa dan Esther dulu melawan keluarga kita demi mendapat takhta itu. Ophelia bisa menyalahkan semaunya karena ketidaktahuannya." Sentak Emelie membuat Canon terdiam

"Mama mohon Canon. Kalian hanya berbeda 2 tahun, paling tidak kau bisa lebih dekat dengannya." Tutur Emelie

Canon menghela nafas dan mengangguk

"But how?. Bukannya besok ia akan kembali bersekolah?." Ujar Canon seraya kembali menyeruput coklatnya

Emelie tersenyum misterius

"Apalagi kalau kau ikut dengannya?."

Canon menyemburkan minumannya

"WHAT'S?!!."

Next chapter