3 the Beauty of Destiny •2•

Langit kembali menjadi cerah menunjukkan kepada para manusia bahwa pagi telah datang kembali di temani oleh pancaran matahari. Semesta saat ini sedang bersahabat karena cuaca pada hari ini sangat cerah dan udara segar.

Bulan pernah berpikir, apakah ia bisa menemukan seseorang yang mampu menghilangkan rasa kesepiannya saat ini? Kalaupun bisa ia ingin sekali menemukan seseorang itu.

Bulan berharap beberapa hari kedepannya ia akan segera mendapatkan seseorang itu. Apakah seseorang itu bisa jadi orang dekatnya seperti Awan? Apa cowok itu bisa menghilangkan rasa sepi ini?

Walaupun Bulan mempunyai Cyra, sahabat yang mempunyai seribu cara untuk menghibur sahabatnya, Bulan masih merasa kesepian.

Bulan yang sudah merasa bosan dengan situasi saat ini, ia beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari perpustakaan. Ntah kenapa hari ini ia tidak mood untuk membaca buku.

Bulan melirik jam yang melekat pada pergelangan tangannya itu sudah menunjukkan pukul sepuluh kurang lima belas menit, yang berarti akan masuk kelas lagi.

Bulan berjalan dengan santai di setiap koridor, tanpa ia duga seorang cewek yang sedang berlari menabraknya karena cewek itu tidak menatap lurus ke depan dan membuat Bulan terjatuh.

Cewek itu menunduk dan mengulurkan tangannya untuk membantu Bulan, Bulan menerima bantuan tersebut. Ia membersihkan roknya yang berdebu akibat terjatuh tadi.

"Maaf." Hanya satu kata yang keluar dari mulut cewek tersebut, setelah itu ia melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Bulan menatap punggung cewek itu hingga mengecil dan tertelan pada belokan koridor.

Bulan melanjutkan langkahnya, ia menganggap kejadian tadi hanya angin lalu.

Sesampainya di kelas, Bulan mendapatkan pelototan dari Cyra. Bulan menelan salivanya dengan susah payah. Apakah ia mempunyai masalah pada Cyra yang mengakibatkan cewek itu memelototinya? Tapi apa?

Bulan berjalan santai ke tempat duduknya. Sesampainya di tempat duduknya, Cyra mulai memberi pertanyaan yang sedaritadi ia tahan.

"Lo kemana aja sih? Gue cariin asal lo tau ya. Gue capek nyariin lo yang tak kunjung datang. Gue kira lo sakit atau apa gitu, terus lo ke UKS."

Bulan mengabaikan ocehan dari sahabat sampingnya itu, ia lebih memilih membuka buku Fisika dan mulai mencoret coret di kertas.

Cyra merasa kesal, bagaimana tidak, ia sudah mengoceh panjang panjang, sementara lawan bicaranya sedang sibuk dengan dunianya sendiri.

"Lo dengar nggak Lan? Lo itu nggak boleh seperti ini. Saat orang ngomong, lo harus respon." Cyra menarik buku Fisika milik Bulan.

Bulan menghela napas berat, bisa tidak ketika ia sudah asyik dengan dunianya. Jangan di ganggu. Ia hanya butuh refresh terhadap dirinya. Bulan mengerjakan soal soal itu ada tujuannya dan itu cuman satu yaitu, agar ia tidak kesepian.

"Bulan!! Please dengar ucapan gue!! Gue kesal karena lo kacangi gue mulu! Kacang tuh murah tau."

Bulan menutup kedua telinganya. Ia jadi tidak konsentrasi untuk belajar. Semua niatnya lenyap mendengar ocehan teman sebangkunya ini.

Brak

Seseorang menggebrak meja mereka. Bulan sontak kaget. Kedua tangannya ia turunkan.

"Eh buset. Bikin kaget aja lo Kak," kesal Cyra saat tau orang yang di depannya ini muncul tiba tiba bagaikan makhlus halus tanpa bisa di lihat dengan kasat mata. Awan hanya cengengesan mendengarnya. Ia duduk di hadapan mereka.

Awan menopang pipinya. "Kok nggak ke kantin? Nggak lapar?"

Bulan tak menghiraukan pertanyaan orang yang ada di hadapannya ini, ia menganggap orang yang berada di hadapannya hanya makhlus halus.

Bulan menyibukkan diri dengan buku Fisikanya yang sempat terambil oleh Cyra.

Cyra yang gemas dengan tingkah Bulan, menutup buku Fisika dan menarik lagi buku Bulan. "Lo nggak boleh protes!"

Bulan menghela napas berat. Apa sih kemuan Cyra? Kenapa ia melarangnya untuk belajar? Bukannya belajar itu sangat perlu?

"Lo udah pintar. Mau belajar apa nggak. Lo akan mengerti. Kalau emang dasarnya cerdas, nggak ada yang bisa ngalahin lo."

Awan yang masih setia memperhatikan keduanya hanya tersenyum kecil bahkan sangat kecil.

Keberadaan Awan sangat membuat keadaan kelas menjadi ricuh, apalagi yang siswinya menjerit histeris karena Awan masuk ke kelas mereka, ada yang mengabadikan momen tersebut melalui HP mereka. Ada yang memfoto wajah Awan dan lainnya.

Cyra yang malas berdebat dengan Bulan, beralih pada Awan. "Oiya kak, lo kemari ngapain sih? Mau caper?"

Pertanyaan yang di lontarkan Cyra membuat Bulan dan Awan mengedarkan ke sekeliling. Awan memberikan senyuman yang mematikan untuk setiap yang melihatnya. Bulan melihat Awan datar.

"Ck, lo belum sembuh juga kak?" Lebih tepatnya itu adalah sebuah pernyataan. Ya, karena Awan memiliki satu penyakit dan itu muncul sejak SMP.

Merasa pertanyaannya tidak di respon, Cyra menjewer kuat telinga Awan, Bulan meringis melihat perilaku Cyra.

"Aduh.. Aduh.. Ampun teh, sakit." Awan berusaha meraih tangan Cyra. Tapi tidak bisa karena Cyra memperkuat jewerannya.

Seluruh siswi yang melihat perlakuan Cyra pada Awan tidak terima atas apa yang di lakukan Cyra. Mereka mendekat pada Cyra, sementara cewek itu masih menjewer telinga Awan, ia tidak menghiraukan kedatangan para fans Awan. Bodo amat, pikirnya.

Bulan menelan salivanya susah payah, ia tidak menyangka bahwasannya para fans Awan akan melabrak Cyra. Untuk pertama kalinya, Bulan melihat pemandangan yang langka.

Bulan berpikir. Apa gantengnya sih cowok yang ada di depannya ini?

"Eh! Cyra!" Seorang cewek berambut sepinggang itu mendorong bahu Cyra keras, membuat Cyra sempoyongan ke belakang.

Cyra yang tidak terima di perlakukan begitu, akhirnya maju selangkah mendekati cewek itu.

"Hello!! Lo kenapa datang datang langsung marah!!" kesal Cyra. Ya siapa yang nggak marah, jelas jelas Cyra nggak ada masalah dengan cewek ini. Eh, tiba tiba main dorong aja.

"Lo nggak nyadar apa?!"

Bulan yang tidak terima sahabatnya di bentak, ia beralih menatap Awan yang sedang menonton perdebatan antar cewek itu. Bulan melotot, ia menepuk lengan Awan membuat si empunya menoleh.

Awan menaikkan satu alisnya. Bulan memberi kode agar melerai kedua cewek itu dan Awan menangkap sinyal tersebut. Awalnya ia mengedikkan bahu, tapi karena Bulan melotot, ia hanya bisa pasrah. Padahal ia masih ingin menonton gratis.

"Gue daritadi sadar kali! Lo aja yang nggak nyadar, main dorong pula!" Cyra membalas cewek itu dengan dorongan juga.

Awan berdiri. "Halo Elisa Putri Kusuma, cewek yang paling tercantik di SMA Galaksi. Jangan bertengkar di sini. Nggak baik." Awan memberi senyum yang mematikan.

Seperti terhipnotis, Elisa diam tak membuat keributan lagi dengan Cyra. Elisa mengangguk pada Awan.

Cyra dan Bulan yang melihat reaksi yang tak terduga itu, bergidik ngeri.

"Ada apa itu! Kenapa kalian berkumpul seperti arisan! Bubar!"

Semua menoleh pada asal suara dan seorang cowok berompi osis itu memasukkan salah satu tangannya pada saku celana.

Yang awalnya menjerit karena kegantengan Awan, beralih pada cowok itu.

"Gantengnya!! Kya!!"

"Dia ke kelas kita!!"

"Aduh.. Dag dig dug nih!!"

Banyak lagi perkataan yang keluar dari mulut para siswi. Awan menatap cowok itu dengan tatapan tajam, ia sangat benci melihat tingkah cowok itu, sok berkuasa.

Awan keluar dari kelas itu, daripada ia harus melihat wajah sok keren itu. Saat mereka berpapasan, Awan membisikkan sesuatu.

"Lo nggak usah sok keren gitu!! Lo bisa menang untuk sekarang! Tapi nggak untuk lain hari! Dan satu lagi, lo nggak usah sok ngelawak!"

Cowok tersebut menaikkan salah satu alisnya.

Awan pun berlalu dari cowok tersebut, Awan sengaja menabrak bahu cowok itu.

Mata cowok tersebut tak sengaja menatap manik mata Bulan, ntah kenapa saat menatap mata tersebut jantungnya berdetak tak karuan. Cowok tersebut mengenyahkan segala pikiran aneh yang merayap di pikirannya.

"Panggil guru kalian!!" tegas cowok itu. Setelah mengatakan perintah tersebut, cowok itu keluar.

Bulan dan Cyra duduk di tempat semula, Cyra mengumpat segala macam hewan yang ada di kebun binatang, satu pun tidak ada yang absen di buatnya. Tau kenapa? Karena dia masih kesal dengan Awan di tambah lagi cowok yang baru datang itu.

"Oh iya bulan." Bulan menoleh. "Lo rasa ada yang aneh nggak?"

Kening Bulan bergelombang menandakan cewek itu tidak mengerti.

Belum lagi Cyra melanjutkan ucapannya, guru mereka sudah datang.

√•••√

avataravatar