4 Zombie Horde

Arrghhh!

Ah!

Suara-suara teriakan zombie dan manusia terus bergema di seluruh sudut kota.

"Kita harus pergi!" Teriak orang berambut pirang kepada kelompoknya.

"Kemana, mereka semua monster!" Kenapa bencana mengerikan ini terjadi. Kupikir pemerintah melakukan penelitian yang gagal. Gumanya.

Kelompok orang itu terdiri dari empat laki-laki. Terlihat seperti mahasiswa. Mengenakan pakaian klub baseball dan bat, mencoba memukul zombie yang berdatangan di asrama mereka. Jika Jeff disana dia akan mengenali orang-orang ini.

"Persetan! Handphone tidak berfungsi sama sekali!" Mike mencoba menghidupkan handphonenya untuk menghubungi polisi atau petugas keamanan, namun tidak bisa booting.

"Semua alat elektronik mati kau tahu! Jam tangan Apple milikku juga tidak berguna." Kata Elan.

"Aku sering melihat film seperti ini dan tidak pernah membayangkan akan menjadi kenyataan seperti sekarang! Jalang sialan!" Geof memegang batnya dengan kedua tangan sambil memukuli satu zombie yang tidak mati-mati meskipun dia memukulinya dengan semua kekuatanya. "Bisakah kalian membantu dan berhenti mencaci sebuah telepon, bajingan!"

"Lihat! itu polisi, akhirnya mereka datang!" Mike melihat ke luar jendela.

Mereka berempat berteriak meminta tolong. Polisi memperhatikan mereka kemudian mobilnya berhenti di bawah asrama. Suara tembakan terdengar di lorong. Zombie di lorong semuanya mati. Kemudian polisi membuka pintu.

"Kalian terluka?, cepat ikut aku!"

_._._._._._._._._._._._._._._

Malam hari di lantai tiga sebuah rumah.

Semuanya kacau! Monster itu dimana-mana. Jembatan sudah diblokir polisi. Banyak suara tembakan pistol.

"Mereka belum mengetahui pendengaran zombie, dengan suara keras itu. Zombie yang datang akan terus bertambah banyak." Guman jeff.

"Tolong! Siapapun!"

Suara itu dekat. Jeff mengambil pedang lalu melihat ke sumber suara. Seorang wanita terlihat berteriak di lantai dua rumahnya. Banyak zombie dibawah. Sepertinya daerah rumahnya sendiri sudah mulai ada zombie.

Jeff mengeluarkan pistol dan menyalakan laser sight berwarna hijau lalu mengarahkan di depan wanita itu.

Melihat titik hijau di lantai, wanita itu melihat ke arah sumber cahaya dan ingin berteriak. Namun jeff membuat isyarat dengan jari telunjuknya agar wanita itu diam. Jeff turun kebawah dan keluar melalui pintu belakan rumahnya. Pintu ini aman, karena terletak di gang sempit yang sepi. Lebih aman dari membuka gerbang.

Berjalan dengan pelan-pelang menghindari suara. Jeff memperhatikan wanita itu sedang melihatnya dengan mata berkabut. Dia tetap diam dan menutup mulutya. Sampai di depan rumah wanita itu. Dia mengayunkan pedangnya ke salah satu zombie terdekat. Kepala zombie berpisah dari tubuhnya.

Zombie lain memperhatikan keberadaanku. Tidak masalah terus menebas!

Dalam sepuluh menit, semua zombie di bawah di bunuh. Menggunakan kain yang dipakai salah satu mayat, dia mengusap pedangnya. Darah zombie berwarna hitam kehijauan. Bau dan menjijikan.

"Kamu bisa turun." Kata jeff sambil memandang keatas.

"eh.., oke"

Pintu rumah terbuka. Wanita itu keluar melihat jeff yang penuh noda darah.

"Terimakasih!"

"Tidak masalah, zombie sensitif terhadap suara. Hindari berteriak lain kali." Mengatakan itu, jeff berbalik untuk kembali.

"Tunggu!" Wanita itu berjalan mendekatiku. "Bawa aku bersamamu! aku takut dirumah sendirian."

Jeff sedikit ragu pertanyaan ini. Dia belum mengenal dan tidak tahu apakah dia baik atau buruk. Sekarang, penghianatan lebih mengerikan daripada pasukan monster. Seperti kata pepatah 'Musuh terkuat adalah orang kepercayaan'. Setelah beberapa pertimbangan sulit, jeff membiarkan wanita itu mengikutinya.

avataravatar