10 Rumor di Kantor

Keesokan harinya Finland mengucap selamat tinggal pada apartemen Jean dengan haru. Ia mencium tirai apartemen dan mengelus-elus sofa ruang tamu dengan penuh rasa terima kasih. Tempat ini telah menjadi rumahnya selama dua bulan dan memberinya perlindungan. Ia tahu seumur hidup tak akan dapat membalas kebaikan hati sahabatnya itu.

[Tapi serius lho, kalau rumah itu banyak hantunya dan kau tidak nyaman tinggal di sana, kau bisa kembali kapan pun, lho...] kata Jean lewat SMS.

[Aku tahu. Terima kasih!]

Finland membawa kedua kopernya ke tempat baru dengan hati yang sangat gembira. Rumah besar itu disebut Rose Mansion karena tamannya yang dipenuhi pohon mawar. Ada juga beberapa pohon besar yang rindang membuat suasana menjadi sangat teduh.

Walaupun suhu di Singapura mencapai 35 derajat celcius pada siang hari, begitu Finland memasuki gerbang rumah ia merasa seperti berada di tempat berbeda karena suhunya yang terasa sejuk.

Sampai kini ia masih tak dapat mempercayai keberuntungannya. John membantu membawakan koper-kopernya ke dalam paviliun, dan Ms Law membantunya menata barang-barangnya. Walaupun Finland menolak, mereka memaksa untuk membantunya. Untuk pertama kalinya Finland merasa benar-benar dimanjakan.

Setelah selesai membereskan paviliunnya, ia diundang untuk minum teh bersama Ms. Law di halaman belakang. John dan Katrin ikut bergabung. Mereka semua bersikap hangat dan tidak banyak bertanya-tanya hal yang tidak penting. Finland merasa sangat nyaman bersama mereka. Ia seperti tinggal dengan nenek dan kakeknya sendiri.

[Jadi kapan traktir aku minum teh? Sudah gajian kan?]

Tiba-tiba ada SMS masuk dari Caspar. Finland hampir lupa bahwa ia menjanjikan mentraktir pemuda itu sesudah ia menerima gaji, sebagai balasan atas bantuannya di rumah sakit saat medical check up waktu itu.

Sesaaat Finland merasa dadanya berdebar-debar. Ia tidak terlalu curiga lagi bahwa Caspar adalah seorang scammer, karena selama beberapa minggu ini ia sama sekali tidak mengganggu Finland. Seorang scammer pasti akan terus berusaha memikat korbannya dan tidak akan berhenti sesudah acara makan malam waktu itu.

Baiklah. Finland merasa siap untuk bertemu kembali dengan Caspar dan mentraktirnya minum teh di suatu tempat.

[Mau kutraktir bubble tea? Besok hari Minggu aku bisa seharian. Kalau senin berarti sepulang jam kerja]

Finland membalas SMS Caspar.

[Bubble tea sounds good. Besok aku ada jadwal operasi seharian. Senin saja. Kujemput di kantor?]

[OK. Semoga berhasil dengan operasi besok.]

[Tidak apa-apa. Tidak susah kok. Aku sudah puluhan tahun jadi dokter bedah. Bisa operasi sambil tutup mata]

[Oh, OK.]

Finland menutup teleponnya sambil geleng-geleng. Caspar kadang-kadang terdengar agak arogan dalam pandangannya. Umurnya baru 35 tahun, kan. Kalaupun dia menjadi dokter sejak umur 25 tahun, ia baru menjadi dokter selama 10 tahun. Tidak usahlah bilang sudah menjadi dokter bedah puluhan tahun. Sama seperti beberapa minggu lalu dia bilang akan membeli Hotel Continental.

"Ah, aku tahu!" seru Finland tiba-tiba.

"Kau tahu apa?" tanya Ms Law tertarik. Finland seketika sadar bahwa ia sedang tidak sendirian. Gadis itu memang kadang-kadang bicara pada diri sendiri kalau ia sedang berpikir, dan membuat orang di sekitarnya mengira ia bicara dengan mereka.

"Ah... ahahaha... Bukan apa-apa. Maafkan aku, Ms. Law, tadi aku sedang memikirkan tentang seorang laki-laki yang aneh."

"Wahhh....tell us about this strange guy." kata Katrin dan Ms. Law berbarengan sambil tersenyum lebar. Finland menggeleng-geleng sambil tertawa.

"Waduh.... bukan apa-apa. Jadi, aku kenal dengan seorang pria yang kelihatannya sempurna. Temanku bilang, if something seems too good to be true, then it probably is (kalau sesuatu kelihatannya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, bisa jadi memang itu tidak nyata). Naaahhh.... aku akhirnya menemukan kekurangan orang tersebut. Jadi dia tidak sesempurna yang aku bayangkan. Aku tahu kekurangannya!"

"Memang, tidak ada orang yang sempurna, Nona." Katrin mengangguk-angguk. "Lalu, apa kekurangan orang yang kau maksud itu?"

"Kekurangannya adalah, dia agak sombong dan terlalu percaya diri," jawab Finland.

Kedua wanita separuh baya itu saling pandang.

"Wah... sombong itu adalah kekurangan yang cukup fatal. Kau yakin mau melanjutkan hubungan dengan orang seperti itu?" tanya Ms. Law prihatin.

"Ahahha... Ms. Law berlebihan, ah. Kami tidak ada hubungan apa-apa. Dia beberapa kali membantuku. Aku hanya akan bertemu dia sekali untuk mentraktirnya minum bubble tea. Itu saja. Aku juga tidak suka orang yang arogan."

Karena Caspar sibuk di rumah sakit pada hari Minggu, Finland jadi punya waktu untuk menikmati rumah barunya tanpa harus memikirkan mentraktir pemuda itu. Mereka sepakat untuk bertemu di hari Senin sepulang kerja.

Akhirnya Finland menghabiskan hari Minggunya dengan membaca. Ia sangat menyukai beranda paviliunnya yang memiliki kursi baca yang sangat nyaman dan menghadap ke taman mawar. Ia merasa seperti seorang putri di istana pribadinya.

Finland tak henti-hentinya mencium udara di sekelilingnya yang berbau manis sambil membalik halaman demi halaman bukunya. Ia tak ingat kapan ia pernah merasa sebahagia ini.

***

Pekerjaan di LTX mulai menumpuk dan Finland senang karena ia bisa menyibukkan diri. Hingga saat ini ia masih belum punya teman di kantor. Meilin ternyata mempengaruhi teman-teman satu departemen dengan mengatakan hal-hal buruk tentang Finland, dan ia bisa melihat pandangan mereka terhadapnya tidak begitu ramah.

Saat di toilet ia tidak sengaja mendengar Meilin mengatakan kepada Tran dan Lilly dari Departemen Marketing bahwa Finland adalah simpanan Om-Om kaya dan pekerjaannya di LTX hanya sebagai kedok.

"Waktu itu aku dan teman-temanku diusir keluar dari hotel Continental gara-gara dia." kata Meilin dengan suara kesal. "Mungkin sugar daddy-nya punya kedudukan di hotel itu."

"Finland memang cantik sih, tapi sayang sekali kecantikannya dipakai untuk mencari uang tidak halal," ujar Tran.

"Tadinya aku kasihan sama dia. Dia itu kan teman SMA-ku. Dia anak yatim piatu. Tapi kalau kelakuannya seperti ini, aku pun malu menyebut dia sebagai teman."

Finland yang sedang di bilik toilet menggigit bibirnya dengan sedih. Ia sudah biasa dicurigai dan diperlakukan dengan tidak adil seperti ini. Apalah dayanya melawan gadis dari keluarga kaya yang suka menindas orang lain? Ia tak punya siapa-siapa yang bisa membelanya.

Ia baru keluar dari toilet ketika gadis-gadis itu sudah pergi.

Sehabis makan siang ada meeting antar departemen untuk acara peluncuran produk jam tangan mewah baru dari Prancis. Finland bertugas untuk mengurus para klien dari Indonesia yang akan diundang ke acara tersebut. Ia sudah menyiapkan daftar undangan selama seminggu terakhir dan manajernya puas dengan hasil kerjanya.

"Sekarang kita punya masalah dengan lokasi acara, karena ternyata hotel Starlight tiba-tiba dibooking untuk pernikahan seorang selebriti di tanggal yang kita inginkan." kata Ms. Fang setelah membahas daftar tamu undangan. "Kita tidak bisa menggunakan hotel yang levelnya di bawah Starlight karena prestise acara kita nanti bisa turun. Ada yang bisa merekomendasikan hotel lain yang sama bagusnya atau malah lebih bagus?"

"Bagaimana dengan Hotel Continental?" tanya Tran kemudian.

"Hotel Continental itu hotel termewah di negeri ini, daftar tunggunya jauh lebih panjang daripada Starlight," jawab Ms. Fang sambil menghela nafas. "Ada yang punya koneksi ke hotel lain?"

"Ms. Fang, Finland punya koneksi dengan petinggi Hotel Continental. Aku yakin dia bisa membantu." seru Meilin tiba-tiba.

Seketika semua mata di ruangan itu beralih kepada Finland yang terkesiap.

"Ti...tidak... aku tidak punya koneksi apa-apa." katanya tergagap.

"Jangan merendah. Kau kan kalau makan malam di restoran Continental, tempatnya langsung ditutup untuk umum." kata Meilin dengan nada sedikit mengejek. "Jangan pelit dengan koneksimu. Masa kau tidak mau membantu kepentingan perusahaan kita?"

Ms Fang menatap Finland dengan pandangan sulit ditebak.

"Finland... tidak apa-apa kalau kau tidak bersedia. Kita bisa mencari tempat lain. Kami tidak ingin membuatmu berada di posisi yang sulit. Tapi kalau memang bisa.... klien kita pasti akan sangat terkesan." Ia menyipitkan matanya dan melanjutkan dengan nada serius, "Kalau kau berhasil mendapatkan venue di Hotel Continental, aku pribadi akan memberimu bonus 30% dari gajimu."

Wahh... Finland tidak suka menolak tawaran bonus dan uang. Seumur hidupnya ia harus selalu bekerja keras demi memperoleh sen demi sen untuk mencukupi kebutuhan hidup, dan sekarang setelah menerima gaji untuk pertama kalinya, ia sangat bahagia melihat angka di saldo tabungannya tidak lagi berupa angka puluhan dolar yang miris.

Setelah dikurangi biaya hidup dan sewa kamar kemarin, ia sudah menabung 1500 dolar. Kalau bulan depan ia diberi bonus 30% dari gajinya, maka bulan depan ia akan mendapat tambahan 800 dolar. Itu sungguh uang yang banyak. Kalau menyebar brosur, ia baru akan mengumpulkan uang sebanyak itu selama 8 minggu.

Tapi ia memang tidak punya koneksi di Hotel Continental... akhirnya sambil membayangkan uang 800 dolar yang tidak mungkin bisa diperolehnya, Finland hanya menggigit bibir dan menggeleng.

"Maaf... aku tidak kenal."

Semua mendesah kecewa. Sebagian orang sudah mendengar gosip bahwa Finland adalah simpanan seorang petinggi di Hotel Continental dari Meilin, dan tadinya mereka berharap Finland akan menggunakan koneksinya itu untuk membantu acara mereka, tapi ternyata ia masih berpura-pura tidak kenal dengan petinggi Hotel untuk menyelamatkan mukanya.

Mereka tidak tahu bahwa Finland sangat menginginkan bonus uang itu dan seandainya ia kenal orang yang bisa membantunya mendapatkan venue di Hotel Continental, ia pasti akan berusaha sekuat tenaga. Sayangnya mereka tidak mengenal Finland dengan baik dan lebih mempercayai kebohongan Meilin.

Meeting berakhir dengan pembagian tugas untuk anggota tim marketing untuk mencari venue pengganti.

.

.

* sugar daddy = sebutan untuk laki-laki hidung belang yang punya perempuan peliharaan

avataravatar
Next chapter