9 Rumah Baru Impian

Finland buru-buru menelepon kontak yang tertera di listing kamar yang too good too be true (terlalu bagus untuk jadi kenyataan) tadi. Ia tahu bahwa banyak kasus scam (penipuan) di Singapura yang mengincar para pendatang lugu yang sedang mencari tempat tinggal murah, karena itu ia tidak akan mentransfer uang sama sekali dan akan langsung datang ke lokasi listing untuk memastikan ia tidak ditipu.

Seorang perempuan setengah baya menjawab teleponnya dan memberikan alamat agar Finland bisa datang berkunjung untuk memeriksa kamar kontrakannya. Lokasinya di pusat kota, dekat dengan Fort Canning Park.

Tanpa membuang waktu Finland segera berangkat. Ia harus memastikan bahwa kamar itu memang ada dan tidak diambil orang lain. Jaraknya ke kantor mungkin sedikit jauh, tetapi ia bisa naik bus.

Finland diturunkan oleh supir Grab di depan gerbang sebuah rumah indah. Ia sampai terpana dan tidak mampu bergerak selama beberapa menit saat menyadari bahwa rumah di depannya adalah sebuah rumah sungguhan, sebuah landed house (rumah sendiri yang dibangun di atas tanah), bukan HDB (rumah susun) atau apartemen.

Harga rumah susun saja di Singapura sudah demikian tinggi, tetapi di hadapannya kini ada sebuah landed house besar dan indah dengan halaman yang luas bila dilihat dari balik gerbangnya. Tembok pagarnya dipenuhi tanaman menjalar dan ia bisa melihat bunga-bunga mawar muncul dari balik pagar.

"Pasti rumahnya berhantu..." pikir Finland cemas. Kamar paling jelek di rumah seperti ini, tetap tidak mungkin disewakan seharga hanya 500 dolar per bulan, kecuali bila ada sesuatu yang sangat salah di dalamnya.

Ia menarik nafas panjang dan memberanikan diri untuk memencet bel. Ia tidak takut hantu. Ia lebih takut miskin dan tidak punya tempat tinggal.

Pintu gerbang dibuka oleh seorang perempuan separuh baya yang berwajah ramah.

"Miss Finland? Silakan masuk."

Finland mengikuti wanita itu ke dalam dan berkali-kali berusaha menahan desahan kagumnya. Taman di rumah itu jauh lebih indah dari bayangannya. Rumah itu sendiri dibangun dengan desain kolonial serba berwarna putih, langit-langit yang tinggi dan berbagai pilar besar yang menyokongnya.

Jendela-jendela dan pintunya berukuran serba besar dan memberi kesan megah dan lapang. Seandainya Finland tiba-tiba menang lotre besok, ini adalah rumah impian yang akan dibelinya untuk tinggal. Sungguh rumah idaman yang sempurna!

"Rumah ini besar dan terlalu sepi. Saya, tukang kebun, dan juru masak saja yang tinggal di sini. Tuan sering bepergian dan karena kami semua sudah mulai tua, akhirnya Tuan minta saya untuk mencari tenant untuk menemani kami tinggal di rumah ini." Wanita itu tiba-tiba menepuk dadanya sendiri sambil tersenyum malu, "Ah, ya.. perkenalkan, nama saya Ms. Law. Mau minum apa?"

"Oh, terima kasih, Ms. Law, air putih saja."

Ms. Law mengajak Finland menyusuri ruang tamu yang megah dan luas menuju ke dapur klasik yang indah di bagian belakang lalu menuangkan segelas air untuk Finland. Seorang wanita tua muncul dari balik kulkas dan tersenyum ke arah mereka.

"Ini Ms. Katrin, dia adalah juru masak di sini dan John suaminya adalah tukang kebun. Kami sudah 40 tahun bekerja untuk Tuan di sini. Kami sangat bahagia tinggal di rumah ini. Kau juga pasti akan suka."

Ms Katrin mengangguk sambil tersenyum membenarkan perkataan Ms. Law.

"Oh... Apakah Tuan pemilik rumah sering keluar negeri? Keluarganya di luar negeri?" tanya Finland mulai ingin tahu.

"Kerabat beliau banyak di Eropa, tepatnya di Jerman. Tapi Tuan sendiri tidak punya keluarga."

"Jangan lupakan Miss Katia," kata Ms. Katrin tiba-tiba. "Miss Katia pernah hampir menikah dengan tuan."

Ms. Law mengangguk. "Oh iya... sebelum kami bekerja di sini, Tuan pernah bertunangan dengan Miss Katia, tetapi mereka tidak jadi menikah. Miss Katia pergi."

Seketika Finland merasa kasihan pada tuan pemilik rumah yang malang ini. Berarti di masa mudanya dulu, sekitar 40 tahun yang lalu ia jatuh cinta kepada seorang perempuan dan hampir menikah dengannya, tetapi perempuan itu pergi. Sekarang ia sendiri di masa tua, hanya ditemani oleh tiga pembantu.

"Oh... " katanya pelan. Ia tidak tahu harus berkata apa. Akhirnya ia memutuskan membahas tentang tujuannya datang untuk mencari kamar kontrakan karena tidak enak mendengar tentang kemalangan si tuan pemilik rumah.

"Uhm.... saya sedang mencari tempat tinggal, dan rasanya rumah ini jauh di luar ekspektasi saya. Apakah benar biaya sewanya hanya 500 dolar? Maaf, saya takut salah baca iklannya waktu itu. Kalau ternyata 1500 atau 5000 dolar, saya tidak sanggup."

"Oh, ya... iklannya tidak salah. Silakan ikut saya, kamarnya sebenarnya ada di luar." Ms. Law tersenyum dan memberi tanda kepada Finland untuk mengikutinya. Mereka berjalan melintasi taman cantik di belakang rumah dan tiba di sebuah paviliun cantik yang terlihat seperti paviliun dalam dongeng-dongeng putri Disney. Finland tercengang dan tak mampu bergerak.

"I... ini kamarnya?"

"Iya. Ini kamarnya. Sudah lama sekali kosong, tapi sudah dibersihkan dari debu dan siap untuk dihuni. Menurut tuan, kamar yang tidak dihuni akan cepat rusak dan kehilangan keindahannya. Karena itulah kami menyewakannya kepadamu, tolong dirawat dan diperlakukan seperti rumah sendiri ya..."

Finland berjalan perlahan-lahan memasuki paviliun cantik itu. Ada teras berisi kursi tamu yang anggun, dan di dalamnya ada tempat tidur empat poster dengan perlengkapan tempat tidur lebih mewah dari hotel bintang lima. Lemari, karpet, tirai, dan kamar mandinya semua tampak sangat mahal dan berkelas. Ia mencubit dirinya sendiri beberapa kali, tak percaya atas penglihatannya.

"Si... siapa yang dulu tinggal di sini, Ms Law?" tanyanya terbata-bata.

"Ini dulu hanya digunakan sebagai studio untuk melukis oleh Miss Katia. Setelah beliau pergi, paviliun ini tidak dipakai. Baru minggu lalu Tuan memerintahkan ruangan ini untuk dibersihkan dan didesain menjadi sebuah kamar tidur. Semua barang-barang di sini baru."

"Oh..." Finland hampir meneteskan air mata karena terharu. Ia merasa seperti bermimpi. Kalau ini mimpi, ia tidak mau bangun. "Siapa nama Tuan pemilik rumah ini? Saya ingin berterima kasih kepada beliau."

"Beliau adalah Tuan Van Der Ven. Tidak perlu berterima kasih. Asalkan Miss merawat paviliun ini dengan baik, dia sudah senang. Jadi kapan Miss mau pindah ke mari?"

"Kapan beliau kembali ke Singapura? Saya sangat ingin bertemu dan berterima kasih langsung kepada beliau karena memberi saya kesempatan untuk tinggal di sini. Rumahnya indah sekali."

Finland tak bisa menahan kegembiraannya. Ia akan pindah secepatnya. Berhantu atau tidak, ia sudah tidak peduli. Lagipula, di rumah ini ada 3 orang lagi yang tinggal bersamanya. Ia tidak perlu takut.

"Sebenarnya tuan sekarang sedang di Singapura. Tapi saat ini beliau lebih memilih tinggal di hotel yang baru dibelinya karena lebih dekat dengan galeri yang sedang ia bangun." kata Ms Law. "Jangan kuatir, nanti kami sampaikan kepada Tuan kalau kamar yang disewakan sudah ditempati oleh seorang gadis yang baik."

"Terima kasih banyak, Ms. Law. Aku sangat bahagia karena bertemu kalian dan menemukan rumah ini. Aku berjanji akan menjadi tenant* yang baik dan akan membantu merawat rumah indah ini. Aku orang yang tahu diri dan tahu berterima kasih. Kalian tidak akan menyesal." Finland memeluk Ms. Law dan Ms. Katrin dengan sukacita.

Ia lalu pulang dengan hati berbunga-bunga. Sepanjang jalan ia tak tahan untuk menyenandungkan lagu karena hatinya belum pernah terasa sebahagia ini. Akhirnya ia punya tempat tinggal... tempat tinggal yang indah... dan bukan tumpangan.

Ia mendengar perkataan bijak bahwa hidup manusia itu seperti roda, terkadang kita di bawah, dan terkadang kita di atas. Selama ini ia merasa kehidupannya selalu menderita dan berada di bawah... mungkin sudah saatnya roda kehidupan Finland berputar naik. Ia merasa sangat bersyukur.

.

*tenant = penyewa

avataravatar
Next chapter