webnovel

Kekasih Baru Jean Pierre Wang

Keesokan harinya cuaca masih dingin dan salju kembali turun. Sangat cocok untuk dihabiskan seharian di museum. Sebelum ke museum Louvre, Jean mengajak Finland mampir ke toko dan membelikan Finland topi wool dan dua pasang sarung tangan agar Finland tidak kedinginan.

Ia menjadikannya hadiah keenam hingga delapan. Finland senang sekali. Ia belum pernah memperoleh hadiah ulang tahun begitu banyak.

Mereka melewati ke sungai Seine dalam perjalanan pulang dan Jean mengajak Finland mampir ke salah satu stand pelukis jalanan yang ada di dekat jembatan. Ia meminta Finland duduk selama setengah jam sementara pelukis membuatkan sketsanya, yang menjadi hadiah ke-9 dari Jean.

Finland sampai terkesima melihat hasilnya. Ia digambarkan begitu cantik dengan butir-butir salju yang turun dari langit dengan latar belakang gereja Notre Dame.

"Ini.... ini bagus sekali..." Ia tak henti-hentinya berdecak kagum. "Oh, Jean... aku suka semua hadiahmu!"

"Aku senang mendengarnya," kata Jean sambil tersenyum dikulum. Ia tahu sebenarnya sangat gampang membuat Finland bahagia, hadiah-hadiah kecil seperti ini sudah membuatnya kegirangan. Ia tak perlu memberikan hadiah mahal, wajah cantik gadis itu tetap akan bersinar-sinar gembira.

"Aku tidak sabar, masih ada 15 hadiah lagi..." Finland menghitung dan wajahnya tampak sumringah karena masih banyak hadiah yang akan diterimanya dari Jean.

"Salah satu hadiah yang paling penting adanya di Colmar." kata Jean dengan nada misterius.

"Wahhh... apa itu?" tanya Finland penasaran.

"Nanti saja tunggu kita ke sana."

Finland tidak sabar ingin segera ke Colmar. Ia sudah mencari informasi tentang kota itu di Google dan terkagum-kagum akan keindahannya. Bangunan-bangunan tuanya dengan jalan berlapis batu serta kanal cantik membuatnya persis seperti lukisan. Indah sekali!

Keesokan harinya mereka menghabiskan waktu seharian mengunjungi istana Versailles di luar Paris. Finland sangat kagum melihat tamannya yang luar biasa luas dan tertata cantik. Ia ingat Ratu Marie Antoinette yang sangat terkenal itu dulu tinggal di istana ini.

Saat masuk ke dalam istana, Finland merasa seolah masuk ke dalam mesin waktu dan melihat keluarga raja Prancis yang hidup bergelimang kemewahan. Marie Antoinette adalah ratu terakhir Prancis, ia mati dipenggal dengan guillotine ketika rakyat memberontak akibat kesenjangan sosial.

Ia dituduh menghabiskan kekayaan negara dengan hidup berfoya-foya dan pesta-pesta mewah sementara rakyat Prancis banyak yang kelaparan. Sejak itu rakyat Prancis memilih mengubah bentuk negara menjadi republik dan menolak adanya raja dan kaum bangsawan.

"Astaga... sungguh mengagumkan. Aku nggak menyangka Prancis sebagus ini..." desah Finland. Ia sungguh menikmati jalan-jalan mereka menjelajahi kota Paris dan Versailles selama tiga hari pertama. Pantas saja Jean betah tinggal di Paris, ia senantiasa dikelilingi keindahan masa lalu, sungguh membuat orang terinspirasi, jauh berbeda dengan Singapura yang terkesan futuristik dan kaku.

Hari keempat Jean membawa Finland ke Disneyland dan mereka bersenang-senang seharian. Cuaca dingin tidak membuat keduanya gentar, malah semakin bersemangat, apalagi setelah beberapa minggu di Eropa, Finland makin terbiasa dengan cuacanya. Jean memberikan sebuah boneka Donald duck kepada Finland sebagai hadiah ke-10 yang membuat Finland senang sekali. Dari dulu tokoh Donald Duck yang cerewet dan selalu sial adalah karakter Disney favoritnya.

"Kau benar-benar membuatku jadi orang yang manja...." kata Finland sambil tersenyum lebar saat menerima boneka itu, "Tahun depan ekspektasiku akan lebih tinggi dari ini..."

"Tahun depan aku bisa kasi bunga lagi, 25 tangkai..." jawab Jean cuek. "Kamu jangan besar kepala dulu. Tahun ini aku lagi baik saja."

Finland tertawa ringan mendengarnya. Ia tahu Jean hanya bercanda.

Mereka menyantap pizza untuk makan malam lalu tidur cepat karena kelelahan. Petualangan mereka keesokan harinya berlanjut di Paris kembali dengan mengunjungi berbagai tempat penting di dalam kota seperti gereja Notre Dame, Museum D'Orsay, dan Trocadero.

"Aku punya 5 hadiah berikutnya," kata Jean saat mereka duduk di kafe menikmati teh dan macaroon setelah puas menjelajahi seluruh sudut Trocadero. Ia mengeluarkan 5 buah kartu kecil berwarna putih dengan hiasan berwarna emas.

"Apa ini?" tanya Finland penasaran. Ia membalik kartu-kartu itu dan melihat tulisan yang sama di atasnya.

AKU AKAN MENGABULKAN SATU PERMINTAANMU

"Seperti tulisannya..." kata Jean menjelaskan. "Kau bisa menukarkan kartu ini dengan satu permintaan, dan selama aku bisa memenuhinya, aku akan mengabulkannya. Apa pun permintaanmu itu."

"Wahh... serius?" tanya Finland dengan penuh semangat. "Berarti kelima kartu ini artinya aku bisa mengajukan lima permintaan?"

"Benar sekali."

"Apa pun itu?"

"Selama aku bisa memenuhinya, aku akan mengabulkannya," jawab Jean tegas.

"Seriuuuss??" Finland tersenyum jahil, Ia menyerahkan satu kartu kepada Jean dan segera menukar hadiahnya. "Aku mau kau pakai kacamatamu."

Jean tampak segera menyesali memberikan hadiahnya kepada Finland. Ia tidak suka memakai kacamatanya, karena membuatnya merasa tua.

"Ugh... kau tidak minta traktir nonton atau dibelanjain apa gitu?" tanyanya cemberut, "Kau tahu aku tidak suka pakai kacamataku."

"Aku mau tes, benarkah kau akan mengabulkan permintaanku atau tidak." Finland menggeleng-geleng, "Wah.. kartunya tidak ampuh."

Jean memutar matanya, tetapi ia mengeluarkan juga kacamata yang ia simpan di saku jaketnya dan memakainya di depan Finland.

"Sudah kupakai. Puas sekarang?" tanyanya.

"Wahhhh... kartunya ampuh!" seru Finland penuh semangat.

Jean segera menyimpan kartu yang ditukarkan Finland ke dalam sakunya. "Sisa permintaanmu tinggal empat. Pergunakan dengan bijak. Kartunya berlaku satu tahun."

"Kau tambah ganteng lho, kalau pakai kacamata begini..." kata Finland. "Aku nggak ngerti kenapa kau sebal sekali dengan kacamatamu, hanya karena itu kacamata plus. Orang lain kan nggak bakal tahu itu kacamata plus atau minus. Mereka hanya akan berpikir kau kelihatan sangat pintar...ahahahaha...."

"Aku kan memang pintar." kata Jean.

"Orang pintar biasanya tidak memuji diri sendiri," sahut Finland tertawa.

Finland terharu menerima kelima kartu hadiah dari Jean. Ia sebenarnya sedih karena tahu niat baik Jean untuk mengabulkan keinginannya selama setahun ke depan, tetapi Jean tidak tahu bahwa waktu mereka tidak akan lama lagi.

Mereka lalu pergi ke rumah ibu Jean untuk makan malam bersama. Rosalind Marchal menyambut keduanya di pintu rumah dengan wajah ceria. Perempuan Prancis itu tampak anggun sekali dengan gaun hitam membalut tubuhnya yang masih indah di usia hampir 50 tahun dan syal sutra. Finland sangat senang mendengar Rosalind bicara dengan aksen Prancisnya yang kental dan sedikit-sedikit memanggilnya 'ma cherie' (sayangku).

"Kalian sudah kemana saja?" tanya Rosalind kepada Finland saat makan malam. "Apa tempat favoritmu di Paris?"

"Uhmm... kami sudah ke Sacre Coeur, lalu museum Louvre dan D'Orsay, Trocadero, Menara Eiffel, Museum Louvre, Notra Dame... Oh ya, juga Istana Versailles. Semuanya bagus, aku tidak punya tempat favorit, karena aku suka semuanya."

"Oh, bagus sekali!" Rosalind mengangguk. "Aku senang akhirnya kau datang kemari. Jean Pierre banyak bercerita tentangmu. Katanya kalian besok akan ke Colmar?"

"Iya, aku tidak sabar. Sudah lihat gambarnya di Google, cantik sekali..."

"Kalau tidak salah Jean Pierre ke Colmar beberapa kali tahun lalu. Pasti itu tempat spesial untuknya."

"Maman*, jangan terlalu banyak buka rahasia. Nanti kejutannya jadi nggak istimewa..." Jean merengut mendengar ibunya selalu memanggil nama lengkapnya. "Lagipula aku mesti bilang berapa kali kalau panggilanku Jean."

"Ahh... kau akan selalu menjadi Jean Pierre untuk Maman," Rosalind tertawa kecil. Rupanya ia sengaja menggoda putranya, dari dulu ia tahu betapa Jean ingin sekali menjadi terkenal sebagai orang dengan satu nama saja.

Finland tahu ibu dan anak itu sangat sibuk dan jarang bertemu, tetapi ia sangat senang melihat keakraban mereka yang seperti teman saat makan malam begini.

Sedikit rasa iri menyusup di hatinya karena ia tidak memiliki ibu. Memang kedua orang tua Jean bercerai ketika ia berumur 5 tahun dan ia tumbuh dalam kesepian, tetapi hubungannya dengan ibunya menjadi membaik setelah ia pindah ke Prancis 4 tahun lalu dan Finland bisa melihat sendiri betapa kini mereka saling memuji dan saling menggoda seperti teman sendiri. Rosalind juga terdengar sangat bangga pada anaknya itu saat membicarakan proyek-proyek Jean.

"Sepertinya ada sesuatu yang istimewa di Colmar..." komentar Finland saat mereka dalam perjalanan pulang ke apartemen Jean dengan mobil yang diambil Jean dari rumah ibunya. "Aku lihat di Google Maps, naik kereta ke Colmar cuma 3 jam dan naik mobil 5 jam, kenapa kita tidak naik kereta saja?"

"Karena aku suka menyetir ke Colmar," jawab Jean masih dengan nada misterius. "Besok kau akan mengerti."

Finland tak bisa membayangkan kejutan apa yang disiapkan Jean untuknya di Colmar, tetapi ia menjadi sangat bersemangat. Ia sudah mendapatkan 15 hadiah sejauh ini dan semuanya menyenangkan.

[Bagaimana liburanmu sejauh ini?] tanya Caspar malam itu sebelum Finland tidur.

[Menakjubkan. Aku suka semua tempat yang kami kunjungi dan tadi kami makan malam bersama ibu Jean.]

[Rosalind Marchal?]

[Kau tahu ibunya Jean?]

[Uhm... aku tahu semuanya tentang Jean.]

Oh, Finland hampir lupa kalau Caspar 'maha-tahu'. Ia bisa dengan mudah mendapatkan akses informasi tentang siapa pun. Finland tidak melarangnya menguntit Jean, hanya dirinya. Tentu Caspar bisa mengetahui apa pun tentang Jean kalau ia mau.

Finland tergoda untuk menanyakan kepada Caspar apa yang ingin ditunjukkan Jean kepadanya di Colmar, tetapi ia berhasil menahan diri karena tak ingin merusak kejutan yang disiapkan Jean untuknya.

[Baiklah. Kau bisa tahu segalanya tentang Jean. Ngomong-ngomong, Famke dan Ivan sudah laporan apa saja tentang aku?] tanya Finland mengalihkan pembicaraan.

[Mereka tidak melaporkan apa-apa. Tugas mereka hanya menjagamu agar tetap aman. Kenapa kau tidak percaya bahwa aku tidak menguntitmu?]

[Bukan itu maksudku. Aku hanya bercanda.] Finland geleng-geleng kepala membaca SMS Caspar. [Aku percaya kepadamu.]

[Baguslah.]

Finland merasakan nada tulisan Caspar menjadi agak dingin dan ia bisa menduga sebabnya. Kemungkinan Caspar sedang menahan diri agar tidak cemburu tetapi sangat sulit.

[Kami besok akan ke Colmar. Aku harus tidur cepat. Kita ngobrol sepulang kami dari Colmar ya.]

[Baiklah. Selamat tidur.]

[Selamat tidur.]

Di Jerman, Caspar menutup ponselnya dengan wajah muram. Laptopnya yang menyala di meja tampak menunjukkan beberapa gambar dari sebuah website berita hiburan. Halamannya membuka pada beberapa gambar Jean dan Finland yang sedang duduk minum glow wine di dekat Sacre Coeur, lalu ada foto Jean yang sedang menggendong Finland saat mendaki di Montmartre, dan foto keduanya di Disneyland sedang tertawa gembira.

Tulisan beritanya dengan judul besar-besar berbunyi, 'KEKASIH BARU JEAN PIERRE WANG - SIAPA GADIS MISTERIUS INI?'

.

.

*Maman = Mama

Maaf minggu ini slow update, saya sedang tugas ke Palu. Terima kasih sudah bersabar...

Missrealitybitescreators' thoughts
Next chapter