18 Hari Penting Itu Akhirnya Tiba!

Akhirnya hari penting itu tiba!

Finland bangun dengan hati bersemangat bercampur resah. Malam ini adalah event besar pertamanya, tetapi pada saat yang sama ia juga harus bekerja keras untuk memastikan seseorang tidak memenangkan taruhan.

[Sampai jumpa nanti malam saat aku diusir dari acara. Can't wait for my kiss.]

Demikian isi SMS Caspar pagi itu.

Ugh... dia yakin sekali akan menang taruhan, pikir Finland.

Baik, aku akan memastikan sendiri semua tamu dilayani dengan baik. TIDAK SATU PUN tamu akan diusir dari acara kami malam ini, pikirnya dengan penuh tekad.

Di kantor Finland menyempatkan meminta undangan tambahan kepada Ms. Song agar Jean bisa datang ke acara mereka. Meilin yang mendengar itu segera berusaha mencegah dengan alasan Finland adalah orang miskin dan pasti teman-temannya juga berasal dari kalangan yang sama.

"Aduh, jangan Ms. Song... Nanti kalau ada orang kalangan bawah yang masuk, tamu-tamu undangan kita akan merasa tidak nyaman." Meilin menunjuk pada pakaian Finland yang sederhana, "Aku baru mau bilang sebaiknya Finland beli baju baru untuk nanti malam. Pakaiannya tidak mencerminkan eksklusivitas brand yang kita wakili."

Finland hendak membantah, tetapi ia menahan diri.

"Aku akan beli baju baru," katanya mengalah, "tapi tolong berikan satu akses lagi untuk sahabatku. Dia bukan orang kalangan bawah kok..."

"Oh...mungkin dia mau meminta akses untuk sugar daddy-nya" bisik-bisik mulai terdengar di belakang Finland. "Ya, tidak apa-apa sih, kalau begitu. Lagipula karena koneksinya kita bisa dapat venue."

Tony yang lewat mendengar bisik-bisik itu dan mengerutkan keningnya. Ia tidak percaya Finland yang dulu dikenalnya di kampus sebagai seorang pekerja keras sekarang mencari uang dengan menjadi simpanan orang kaya. Apalagi penampilan gadis itu sampai sekarang masih sederhana.

"Kalian jangan menggosipkan yang tidak-tidak." Ia menghardik gadis-gadis itu dengan wajah keras. Meilin menarik tangannya dan berbisik dengan wajah sama kerasnya. Tony tetap tampak tidak setuju, tetapi ia hanya mendesah dan berlalu.

Ia sebenarnya tidak percaya Finland menjalani kehidupan seperti itu, menjadi simpanan orang kaya dan bekerja di LTX hanya sebagai kedok. Tetapi fakta berbicara bahwa gadis itu punya hubungan khusus dengan pemilik Hotel Continental yang gosipnya adalah seorang pengusaha Jerman tua, dan mereka memang berhasil mendapatkan venue itu karena Finland.

Kalau bukan simpanan pengusaha itu, lalu apa namanya? Hari ini juga Finland meminta satu akses untuk masuk ke acara... untuk siapa lagi kalau bukan sugar daddy-nya itu?

Finland membereskan semua pekerjaannya lalu berjanji untuk bertemu Jean di mall. Ia harus membeli pakaian yang terlihat mewah dan pantas untuk masuk ke acara Bartz, dan menurutnya tidak ada orang yang lebih tahu fashion daripada Jean.

[Mau kujemput di kantor?] tanya Jean.

[Tidak usah, kita ketemu di Orchard saja.] balas Finland. [Tolong bantu aku beli baju yang bagus ya...]

[Tentu saja! Aku senang sekali. Ini bakalan seperti adegan di film Pretty Woman.] kata Jean kemudian.

Finland tertawa membaca SMS Jean lalu segera berangkat ke Orchard. Teman-teman kantornya belum pernah melihat wajah Finland secerah itu.

Finland turun di depan Mall ION Orchard dan menemukan Jean sudah menunggunya di tangga masuk pelataran. Pemuda itu tampak agak pucat karena baru terbang 14 jam, tetapi wajahnya yang tampan bersinar-sinar saat melihat Finland.

Tubuhnya ramping dan tinggi, dengan pakaian seadanya, kemeja lengan pendek abu-abu, syal tipis di leher, dan jeans sobek-sobek dipadu ankle boot yang terlihat modis sekali. Jean bisa mengenakan karung beras kalau ia mau, dan tetap akan terlihat keren.

"OMG.. Finland, aku sangat merindukanmu!!" Jean menghampiri Finland dan memeluknya, mengangkat gadis itu ke udara. "Kau tambah cantik setiap kita ketemu."

"Kau jugaaaa... Oh, aku sangat merindukanmu!"

Finland tertawa dan balas memeluk Jean dengan hangat setelah tubuhnya diturunkan. Mereka saling cium pipi dan kemudian berjalan bergandengan ke dalam mall. Finland sadar ada begitu banyak perempuan di sekitar mereka yang tadi memperhatikan Jean, mencuri pandang ke arahnya, dan menjadi kecewa saat Finland tiba dan Jean memeluknya dengan hangat.

Jean adalah jenis manusia yang sangat menarik perhatian karena wajahnya yang tampan terlihat khas. Rambutnya yang ikal berwarna cokelat alami dan wajahnya terlihat seperti orang Jepang dengan mata kucing yang menawan, namun tingginya yang 182 cm dan penampilannya yang modis membuatnya terlihat sangat Eropa.

Mereka masuk ke dalam mall untuk mencari pakaian bagus untuk Finland, tetapi sebelum mereka melangkah lebih jauh, tiba-tiba langkah keduanya terhenti. Di depan salah satu toko besar di dalam mall, mereka melihat foto Jean yang sangat besar terpampang. Ia tampak memandang kamera dengan wajah dingin dan memegang sebotol parfum.

"Hei... itu kau kan?" tanya Finland sambil menoleh ke sebelahnya. Jean memicingkan mata dan tersenyum lebar.

"Yup. Iklan yang baru. Ini iklanku yang ke-30." Ia mengangkat sebelah alisnya dan memandang Finland dengan mata jenaka, "Kau bangga jalan sama selebriti di mall?"

Finland mengangguk sambil tertawa, "Bangga sekali!"

Mereka berdua tertawa dan melanjutkan kegiatan belanja. Jean menunjuk sebuah butik yang memiliki koleksi pakaian cukup menarik dan ia menyuruh Finland mencoba berbagai gaun.

Jean benar saat mengatakan bahwa momen itu mirip seperti adegan di film Pretty Woman ketika karakter yang diperankan Julia Roberts datang ke butik dan mencoba berbagai baju. Finland sangat gembira karena ada Jean yang membantunya memilih pakaian.

Sahabatnya itu tahu bahwa Finland tidak memiliki banyak uang, dan ia bisa memberikan masukan pakaian yang terbaik tanpa harus menguras dompetnya untuk baju yang terlalu mahal. 

Setelah mencoba sekitar 6 baju, akhirnya Finland memilih dua gaun yang disarankan Jean, dan sepasang sepatu wedge yang bagus sekali.

"Paling aman pakai dress warna hitam yang simpel dan pas di badan seperti ini," kata Jean. "Kau terlihat cantik sekali dan elegan."

"Terima kasih." Finland tersenyum bahagia. "Aku pulang sebentar ke rumah untuk ganti baju. Nanti kita ketemu di venue, ya. Aku mesti ke sana duluan karena aku harus memastikan Caspar tidak muncul dan melakukan hal yang aneh-aneh untuk memenangkan taruhan konyol kami."

"Kalau ada fotonya, aku bisa membantumu mengawasinya..." kata Jean.

"Ugh.. aku tidak bisa menemukan fotonya sama sekali. Aku juga tidak pernah ingat untuk diam-diam memfoto dia..." keluh Finland. "Pokoknya nanti kalau sampai dia datang, aku akan memberitahumu."

Sebelum Finland beranjak pergi dengan belanjaannya, tiba-tiba Jean memegang tangannya, "Tunggu sebentar.... aku ada hadiah untukmu."

Ia mengeluarkan sebuah bungkusan dari tas kulit yang dia sandang dan menyerahkannya kepada Finland yang terbelalak heran.

"Ini apa?"

"Sling bag Prada, biar matching dengan penampilanmu. Percuma pakai baju bagus, kalau tasnya tidak bagus." Ia tersenyum lebar dan memasukkan hadiahnya ke tas belanjaan Finland. "Nanti dipakai, ya. Aku mau lihat."

"Wahh... aduh.."

"Sudah sana pulang dulu, nanti kau terlambat."

Finland mengangguk dan berterima kasih dengan mencium pipi Jean lalu beranjak pergi.

Ah... Jean adalah satu-satunya sahabat yang ia punya, tetapi sungguh, Finland merasa satu Jean sudah cukup untuknya. Ia tidak memerlukan teman-teman lain. Ia bersyukur dengan apa yang dimilikinya.

Ia hanya berharap persahabatan mereka tidak akan berubah jika suatu hari nanti Jean jatuh cinta kepada seorang perempuan dan meninggalkannya sebatang kara, tanpa siapa pun di dunia ini. Sungguh Finland tak mau memikirkannya.

avataravatar
Next chapter