8 Akhirnya Menjadi Karyawan

Finland berusaha tidak terlalu memikirkan peristiwa makan malam dengan Caspar yang terasa seperti mimpi. Mereka makan di restoran termewah di Singapura hanya berdua saja, dan gadis-gadis jahat dari SMA-nya yang mem-bully Finland diusir keluar dari hotel Continental... Rasanya semua yang terjadi itu tidak nyata. Apalagi itu kalau bukan mimpi?

Ia lalu menyibukkan diri dengan persiapan untuk mulai bekerja, berusaha melupakan Caspar yang membuatnya hampir jatuh hati. Hari Senin pun tiba dan dengan bersemangat ia menyambut hari pertamanya sebagai karyawan.

Perusahaan tempatnya bekerja adalah sebuah MNC (Multinational Company) yang bergerak di bidang marketing. Perusahaan ini memiliki beberapa cabang di berbagai negara dan seminggu pertama bekerja Finland mengikuti training untuk belajar tentang perusahaan tempatnya bekerja.

"Selamat datang di LTX International. Kalian terpilih untuk menjadi anggota tim marketing baru kita. Setelah training selama seminggu tentang visi misi perusahaan dan tata perilaku serta nilai-nilai perusahaan, kalian akan mulai bekerja dalam proyek yang sedang kita kerjakan," Ms. Song dari HRD membuka acara training dengan membagikan company profile kepada para karyawan baru.

TOK TOK.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu, dan masuklah seorang gadis berambut panjang dengan wajah yang sangat dikenal Finland.

"Permisi Mam, saya barusan dipanggil ke Kantor Direktur, jadi baru bisa ikut training sekarang." Meilin terkesiap melihat Finland ada di dalam ruangan, tetapi ia menyembunyikan ekspresi bencinya dengan cepat.

"Silakan duduk dan ikuti trainingnya dengan baik," jawab Ms. Song dengan tegas. Meilin duduk di bagian belakang ruangan dan training kemudian dilanjutkan seolah tidak terjadi apa-apa.

Finland merasakan perutnya mual sepanjang hari. Ia sama sekali tidak mengira akan bertemu Meilin kembali di sini. Membayangkan bekerja sekantor dengan gadis jahat itu sungguh membuatnya bergidik.

Ia masih belum bisa melupakan masa-masa di SMA ketika Meilin dan gengnya menyeretnya ke balik sekolah, mengikatnya di pohon, dan memukuli dan menjambaki rambutnya, hanya karena laki-laki yang disukai Meilin mengatakan bahwa Finland cantik. Sampai kini perasaan trauma itu masih membekas di hati Finland.

Di kantor ia sebisa mungkin menghindari Meilin dan membenamkan diri di komputernya. Saat orang-orang keluar untuk makan siang, ia memilih tinggal di kubikelnya dan makan bekal yang dibawanya dari rumah.

[Bagaimana hari pertama kerja?] tanya Jean saat jam makan siang. Ini entah Jean bangun pagi di Prancis atau ia belum tidur. Waktu di Singapura adalah 7 jam lebih cepat dibandingkan dengan waktu di Prancis.

Finland membaca Whatsapp dari Jean dan tersenyum untuk pertama kalinya hari ini.

[Tidak enak. Kapan kau akan pulang?]

[Ugh, ada show dadakan di London menggantikan temanku yang sakit. Ini show penting untuk merayakan ulang tahun Rumah Mode V*rsace. Aku mampir Singapura 3 minggu lagi. Bagaimana kencanmu Sabtu kemarin?]

[Sepertinya dia terlalu sempurna. Aku takut kalau dia scammer atau penipu.]

[Apa?! Aku telpon ya? Mumpung di sini masih pagi dan aku belum sibuk.]

Telepon Finland berbunyi dan ia kemudian buru-buru keluar untuk mengangkatnya. Ia tak ingin orang mendengar percakapannya dengan Jean. Ia mencari tempat yang sunyi di taman dan setelah memastikan suasananya sepi, ia pun mengobrol dengan sahabatnya yang mungkin hanya ia temui beberapa kali dalam setahun itu.

Finland menceritakan kepada Jean apa yang terjadi sejak bertemu Caspar di bandara hingga acara makan malam yang dirasanya berlebihan itu.

"Serius? Biar aku riset siapa dia. Nama lengkapnya siapa?" tanya Jean.

"Tidak tahu. Dia cuma bilang nama keluarganya panjang tapi aku cukup panggil dia Caspar. Perawat bilang dia dokter bedah terkenal, tapi aku tidak menemukan dokter bedah bernama Caspar di internet." Finland mengerutkan keningnya, "Mungkin dia tidak pakai nama asli ya?"

"Kau bilang dia yang melakukan medical check up-mu minggu kemarin?"

"Iya.."

"Berarti kau tinggal lihat namanya di surat keterangan kesehatanmu itu. Nanti kita selidiki sama-sama."

"Tapi suratnya sudah aku berikan kepada HRD."

"Oh. Tidak bisa diminta ya?"

"Tidak bisa. Nanti mereka curiga. Bisa saja aku mampir ke rumah sakit lagi sih..." Finland tiba-tiba teringat sesuatu. "Eh, coba kau google siapa pemilik Hotel Continental sekarang. Kemarin dia bilang dia mau beli hotel itu."

Jean terdiam mendengarnya.

Finland juga terdiam.

Lalu semenit kemudian keduanya tertawa terbahak-bahak...

Mana mungkin mereka bisa menanggapi serius ucapan Caspar tentang membeli hotel Continental. Kalau dipikir-pikir Caspar sering mengucapkan hal-hal yang kedengarannya menggelikan. Kalaupun dia bukan scammer (penipu), paling tidak kemarin itu dia hanya bercanda.

"Sudahlah... anggap saja hiburan," kata Jean kemudian. "Kejadiannya memang lucu sekali. Yang jelas aku senang mendengar gadis-gadis jahat dari SMA-mu itu diberi pelajaran. Kita harus berterima kasih kepada siapa pun orangnya yang bertanggung jawab membuat mereka diusir dari hotel."

"Iya, tapi ketua gengnya sekarang justru bekerja di kantor yang sama denganku..." desah Finland sedih. "Kalau masa percobaan tiga bulanku sudah selesai, aku akan mencari pekerjaan lain."

"Psshh... jangan sedih. Yang penting kau bekerja saja sebaik-baiknya dan tidak usah terlibat dalam politik kantor. Nanti kalau masa percobaanmu sudah selesai dan kau memang mau berhenti kerja dari LTX, kau bisa pindah. Yang jelas kau harus selesaikan dulu kontrak kerja tiga tahun di Singapura. Nanti kalau aku sudah pensiun dari modeling kita bikin agensi sendiri di Paris. Kau bisa membantuku di sini. Atau kita bisa keliling dunia bersama dan bikin video tentang traveling."

Finland mengangguk semangat, dan hatinya kembali terasa tenang. Bicara dengan Jean selalu membuatnya merasa bersemangat menjalani hidup. Mungkin Jean adalah satu-satunya hal baik yang ada dalam hidup Finland yang malang. Mereka berdua sama-sama berdarah campuran dan saat pertama bertemu di kelas Desain keduanya langsung cocok dan terus duduk sebangku sepanjang tahun ajaran tersebut.

Jean bernama lengkap Jean Pierre Wang. Ibunya seorang model berkebangsaan Prancis dan ayahnya pengusaha dari Singapura. Orangtuanya bercerai saat ia berusia lima tahun dan ia tidak memiliki saudara kandung, hal yang membuatnya sering merasa kesepian.

Ia tidak pernah menggunakan nama lengkapnya dan selalu minta dipanggil Jean saja. Penampilannya sangat modis karena sejak kecil terbiasa ikut ibunya yang aktif di dunia mode. Sebelum lulus SMA ia sudah mendapatkan kontrak untuk menjadi model eksklusif sebuah merek jeans ternama.

Jean iseng mendaftar kuliah di NTU karena ingin merasakan hidup seperti anak muda yang normal dan di sanalah ia bertemu dengan Finland.

Berbeda dari kebanyakan orang, Jean tidak menganggap nama Finland aneh, sebaliknya ia mengatakan bahwa Finland adalah nama paling indah yang pernah dikenalnya dan ia langsung menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke Finlandia.

Dari Jeanlah, Finland mengetahui bahwa selama musim panas, matahari tidak terbenam di Finlandia selama 73 hari. Jean juga membuat Finland menyukai namanya sendiri karena Jean bercita-cita menjadi orang terkenal seperti Prince, Michaelangelo, Madonna, Adele, dan beberapa seniman yang hanya dikenal dengan nama depannya saja.

Finland banyak membantu kuliah Jean yang sangat sibuk dengan pekerjaannya selama tahun pertama. Ia meminjamkan catatan, dan kadang membantu membuatkan tugas Jean yang lebih banyak beredar di luar Singapura. Tahun kedua Jean terpaksa cuti kuliah karena kesibukannya, dan akhirnya di tahun ketiga ia terpaksa berhenti sama sekali, tetapi keduanya tetap bersahabat hingga kini.

Bisa dibilang, bagi Finland, Jean sudah seperti keluarga. Di saat-saat seperti ini, ia sangat bersyukur masih memiliki seorang sahabat yang peduli padanya. Finland memutuskan mengikuti nasihat Jean untuk menghindari masalah di kantor, fokus untuk menyelesaikan ikatan kerjanya di Singapura dan kemudian menyusulnya pindah ke Paris.

Minggu pertama kerja berlalu tanpa ada masalah berarti. Finland berusaha sebisa mungkin menghindari Meilin dan tidak menarik perhatian. Setelah selesai training selama seminggu ia dan timnya mulai mengerjakan proyek-proyek perusahaan yang sedang berjalan. Minggu kedua dihabiskannya dengan mengerjakan pengumpulan database yang membosankan.

Selama itu pula Finland tidak mendengar kabar apa-apa dari Caspar. Sejak pura-pura sakit di acara makan malam waktu itu, Finland tidak menghubungi Caspar dan pemuda itu juga tidak menghubunginya.

Ia akhirnya menganggap bahwa pertemuan kebetulan dengan Caspar sudah menjadi bagian masa lalu dan entah pemuda itu seorang scammer atau bukan, ia tidak akan pernah tahu.

***

Hari ini Finland merasa sangat bahagia. Begitu jam kantor selesai ia buru-buru ke ATM dan memeriksa saldo rekeningnya. Akhirnya setelah sebulan penuh bekerja keras, ia memperoleh gaji pertamanya sebagai seorang karyawan full time.

Finland hampir menjerit kegirangan, tetapi ditahannya keinginan itu saat melihat antrian orang di belakangnya. Dengan senyum simpul ia keluar dari ruang ATM dan berjalan pulang ke arah Robertson Road. Berjalan cantik seperti di runway...

Ah... sebentar lagi ia harus mengucapkan selamat tinggal pada apartemen Jean yang sudah menjadi rumahnya selama dua bulan ini.

Finland segera mencari iklan kamar kontrakan di internet dan koran lokal begitu ia sampai di apartemen. Ia tidak mau berlama-lama menyusahkan sahabatnya. Ada beberapa listing yang masuk dalam budgetnya tetapi lokasinya jauh sekali. Ia mencatat tiga daftar properti yang paling murah dan hampir menutup laptopnya ketika tiba-tiba melihat iklan yang baru diposting.

"Disewakan kamar di sebuah rumah tua di pusat kota. Pemilik sering keluar negeri dan memerlukan tenant yang bisa sekaligus mengurus rumah. Sewa kamar hanya 500 dolar per bulan."

Finland menekap mulutnya sambil berseru tertahan.

Ini sungguh kamar impian setiap karyawan miskin! Dan ia melihat iklan itu tepat saat baru diposting!

Buru-buru ia mengambil teleponnya dan memencet nomor kontak yang tertera di iklan. Ia harus bergerak cepat, jangan sampai kamar ini diambil orang lain!

avataravatar
Next chapter