1 Munafik

"Rachel!!"

"YA!"

"Suruh 259 malaikat maut untuk pergi ke zona "Merah", karena sebentar lagi akan ada 210 rakyat sipil dan 49 tentara yang mati"

"SIAP LAKSANAKAN!" kata Rachel selaku ketua dari para malaikat maut atau pencabut nyawa sambil pergi terbang keluar ruangan.

"Michel!!"

"YES SIR!"

"Bawa juga anak buahmu untuk memberikan tambahan rezeki pada palang merah yang terluka ringan atau berat karena tetap nekat menolong para korban terluka walau mendapat perintah mundur dari medan perang"

"OK!!" kata Michel selaku ketua para malaikat pemberi rezeki sambil pergi keluar ruangan

"Jalal!!"

"Aku disini"

"Siapkan soal-soal kubur, kau dan kelompokmu tahu apa yang harus kau lakukan pada orang-orang yang akan dicabut nyawanya oleh kelompok Rachel-kan?"

"Kau pikir ini pekerjaan yang keberapa ha?" kata Jalal selaku ketua para malaikat penanya saat kematian tiba sambil menghilang dari ruangan.

"Farhan!!"

"Segera siap-siap mengumpulkan buku amalan para orang yang mati-kan?, kalau begitu aku pergi dulu"

"Jangan lupa bawa orang-orangmu, kesal aku melihat mereka menggoda para bidadari di surga karena tidak ada kerjaan"

"Baik kap...APAAA?!!, MEREKA MENGGODA BIDADAARI SURGA TANPA MENGAJAK-KU?!!, KAMMPREEETT!!" kata Farhan selaku ketua para malaikat pencatat amalan manusia sambil berlari terburu-buru menuju arah surga.

"(Tidak bawahan, tidak atasan, sama tololnya)"

Lalu setelah memberikan instruksi pada semua ketua para malaikat-malaikat mengenai pekerjaan hari ini, segera saja pemimpin para malaikat atau yang lebih sering kita dengar sebagai "Jibril" atau "Gabriel" itu membuka layar lebar untuk melihat kejadian yang sedang terjadi di Zona merah.

DOORR

DOOOR

DUAAARR

"AKKHHH TOLONNGG!!!"

BLAAAARRR

"LARI!!, SELAMATKAN NYAWA KALI...….AHHHHH!!"

"IBU!!!!!".

DOOORRR

"TTIIDDDAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKK!!!"

Setelah melihat bebagai adegan yang tidak menyenangkan yang sedang terjadi secara Live itu, sang malaikat Jibril hanya menghela nafas panjang sambil memegang kepalanya yang terlalu pusing memikirkan sesuatu itu.

"(Haaaaaa, sampai kapan semua kobodohan itu berlangsung sih?, bikin muak saja melihatnya)"

"Akbar sang pemimpin para malaikat, apa kau sudah menyampaikan pesanku pada para ketua malaikat-malaikat?" kata seseorang yang berwajah mudah dengan ukuran tubuh seperti orang 20-23 tahunan.

Mendengarkan suara tuannya yang ternyata daritadi berada dibelakangnya sambil duduk santai, segera saja sang malaikat Jibril yang bernama "Akbar" itu menundukan badannya kearah tuannya itu.

"Tuan Esa, maaf kalau saya tidak menyadari kehadiran tuan, dan mengenai tugas para malaikat sudah saya sampaikan semuanya, sekarang mereka sedang dalam proses pengerjaan" kata Akbar menjelaskan.

"Ahahahahaha, sudahlah Akbar, berhentilah bersikap formal begitu, rasanya canggung tahu kalau orang yang selalu berada disisiku bersikap kaku seperti itu" kata Tuan Esa yang nada bicaranya berubah menjadi lebih santai.

"Maaf saya tidak bisa tuan, karena saya merasa tidak tahu diri jika bersikap seperti itu, dan juga tuan Esa, saya bukan orang, saya malaikat" kata Akbar yang sempat meralat sesuatu.

"Haha, seperti biasa ya, kau pasti kesal jika ada pembicaraan yang berhubungan dengan kata orang atau manusia, padahal ini sudah lama sekali sejak si Adam dan Hawa itu turun lho, apa kau tidak bisa lebih terbuka pada mereka?" kata Tuan Esa yang melihat kearah layar yang saat ini sedang menunjukan adegan pembantain massal.

"Bukan bermaksud lancang tuan, tapi saya memang tidak suka dengan mereka dari awal" kata Akbar yang merasa geram ketika mendengar suara orang minta tolong dari arah layar.

"Oi, ucapanmu itu seperti kata-kata "Bela" si Iblis lho, apa kau ingin diusir juga dari surga?" kata Tuan Esa sambil memasang wajah cemburut.

"Berbeda Tuan, si Lucy benci pada mereka karena mereka diciptakan dari hal yang lebih mulia darinya, yaitu tanah"

"Sedangkan kau?"

"Saya benci karena mereka Munafik".

Saat mendengar alasan dari si Akbar mengenai sebab dirinya membenci para manusia itu, Tuan Esa sempat penasaran dibuatnya.

"Heeee, apa kau bisa jelaskan lebih perinci soal itu Akbar" kata Tuan Esa yang sambil tersenyum sinis.

avataravatar
Next chapter