webnovel

GENESIS

"Sihir. Anugerah dari Ilahi, diberikan kepada mereka yang terpilih dengan maksud membela yang lemah dari kejahatan. Namun yang terutama, untuk melindungi dunia dari kemusnahan yang disebabkan oleh ancaman entitas yang amat, teramat jahat … Kegelapan pertama, pembangkang awal, Khaos, sang Oposisi Primordial!"

Anak-anak saling berkerumun dan merinding ketika sang pendongeng mengucapkan nama tersebut. Nama yang sering diungkit oleh orang tua mereka bahwa sang Khaos akan menelan mereka hidup-hidup jika mereka tidak mematuhi orang tuanya.

"Namun tidak semua penyihir menggunakan kekuatannya sebagaimana mestinya. Mereka malah menyalahgunakan sihir untuk memperbudak para penduduk kecil, menindas orang yang lemah, dan memanfaatkan rakyat jelata demi mengisi petinya dengan emas berlian, dan perutnya dengan makanan.

Hingga suatu saat, seorang laki-laki bernama Protos Eidon, muak akan tindakan para penyihir tamak yang semena-mena. Dia membuang kepercayaannya akan Kesunyian Ilahi yang memberi mereka kekuatan dan memohon kepada Khaos sang oposisi primordial untuk memberinya daya sihir.

Khaos mengabulkan permintaanya. Protos akhirnya menjadi penyihir, pengemban kekuatan Khaos yang pertama di muka bumi. Protos kemudian menggunakan sihirnya untuk mengalahkan para penyihir yang menyeleweng itu, dan membebaskan para penduduknya dari penindasan."

Mata polos anak-anak itu menjadi serius, pikiran mereka sudah berada di dunia yang dibawa sang pendongeng.

"Namun, kekuatan Khaos mempunyai harga yang harus dibayar. Sihirnya memang sangat kuat, tapi sangat merusak, termasuk dirinya sendiri. Perlahan, Ia yang awalnya hanya mengalahkan para penyihir kini malah mengantarkan mereka ke HADES! Mengirim para penyihir jahat ke Hades memang membuat Protos semakin kuat, tapi juga membuat dirinya semakin menjauh dari cita-cita awalnya. Alhasil, Protos semakin dipengaruhi oleh sifat pembangkang Khaos, dirinya berjuang bukan untuk kesejahteraan kaumnya, namun semata memuaskan ketagihannya untuk membunuh!

Ia terus membantai para penyihir lain hingga di kotanya tidak ada lagi penyihir yang tersisa selain Protos, dan ia menjadi pelindung kota tersebut. Namun, Protos belum puas. ia merasa kota yang lain pasti membutuhkan sihirnya juga. Maka ia merebut kota lain dan membunuh pemimpinnya. Dan begitulah Protos terus menaklukan kota-kota sambil menganggap dirinya sebagai juruselamat.

Para penduduk kota yang dikuasai olehnya memberontak melawan Protos, karena para pemimpin mereka yang sebenarnya tidak jahat malah dieksekusi oleh orang yang bukan kaumnya, dan kemudian menjajah mereka. Mereka menyerukan perlawanan ke seluruh penjuru negeri.

Protos yang tidak tahan akan sifat mereka yang tidak mau diatur menjadi murka, Dia mulai menindas para pemberontak dan pendukungnya. Sang penyihir berubah dari sang juruselamat menjadi tiran tangan besi. Pernah sampai pada suatu titik, Protos menggunakan sihirnya untuk MENGHANCURKAN SELURUH KOTA DALAM SEKEJAP! Semua peradaban di dalamnya hilang bersama abu. Protos menjadi sosok yang ia sumpahi untuk dihancurkan."

Anak-anak yang mendengar ceritanya menjadi terharu, sebagian dari mereka mulai menunjukan mata berkaca-kaca karena pilu, sebagian yang lain geram dalam muka bulat mereka yang cemberut.

"Tapi tenanglah dan bersukacitalah! Sebab Kesunyian Ilahi tidak mengabaikan jeritan tangis mereka. Seorang raja perkasa yang murah hati bangkit dari dataran Colchis. Aeëtes sang putra matahari, penyihir agung, dan raja sebenarnya dari para penduduk datang menghadapi Protos untuk menghentikan perilaku jahatnya!"

Penggalan cerita pendongeng dibalas oleh sorakan gembira dari anak-anak karena tokoh legenda panutan mereka, raja Aeëtes, tersebut dalam bibir sang pendongeng.

"Kekuatan kejahatan Khaos memang sangat kuat, tapi kekuatan sihir Aeëtes berasal dari Kesunyian Ilahi, sumber segala kekuatan. Melalui pertarungan sengit dan adu perapalan mantera, Aeëtes akhirnya dapat mengalahkan Protos! Protos yang sudah melemah, mengeluarkan gelombang sihir dashyat, alhasil menciptakan sobekan dimensi menuju dekapan Khaos itu sendiri. Khaos menarik Protos masuk ke dalam domainnya, namun sebelum itu Protos mengeluarkan kata-kata terakhir.

'Aku tidak akan pernah kalah! Kekuatanku adalah kekuatan Khaos, tersebar di mana-mana. Dunia akan mengenal keteraturan dan kedamaian hanya di dalam Khaos!'

Aeëtes menjawabnya lantang. Perkatannya menjadi kutipan yang sangat melegenda hingga saat ini–"

Anak-anak langsung berteriak memotong perkataan si pendongeng secara serentak. "Khaos boleh menyelemuti dunia dalam kelam malam, Tapi setitik kebaikan Kesunyian Ilahi akan selamanya menjadi siang dunia!" Tidak lupa mereka menyematkan kata "Hore" di akhir kalimat. Pendongeng membalasnya dengan senyum.

"'Tidak ada keteraturan tanpa kekacauan, tapi kekacauan tidak akan pernah bisa menjadi keteraturan! Khaos boleh menyelemuti dunia dalam kelam malam, Tapi setitik kebaikan Kesunyian Ilahi akan selamanya menjadi siang dunia!'

Maka lenyaplah Protos entah kemana dalam dekapan oposisi primordial. Tentu saja pertempuran antara Kesunyian Ilahi dan Khaos tidak berakhir. Sebelum menghilang, Protos berhasil menyebarkan benih sihir Khaos ke seluruh penjuru dunia melalui gelombang sihirnya.

Dampaknya mengubah tatanan sihir seluruhnya. Dunia sihir tidak akan sama lagi. Akibat munculnya benih sihir yang berasal dari Protos, terciptalah bentuk sihir asing yang terlampau destruktif, yang kita kenal sebagai Sihir Hitam.

Penyihir yang menggunakan benih ini akan melipatgandakan kekuatan sihirnya, dan mereka yang tidak memiliki sihir akan diberikan kemampuan sihir layaknya Protos. Tapi keduanya sama-sama akan dirusak oleh Khaos.

Namun jangan takut! Barangsiapa yang berada dalam jalan Ilahi akan senantiasa menghentikan para jawara Khaos dan melindungi keberlangsungan hidup manusia dan alam semesta, dimanapun, kapanpun. Selama-lamanya. Semoga Kesunyian Ilahi memberikan kedamaian abadi bagi para hambanya! Tamat."

Gemuruh tepuk tangan dari tangan-tangan mungil menyambar seluruh keras. Sorakan anak kecil yang polos ikut menggelegar, yang kemudian membanjiri sang pendongeng dengan banyak pertanyaan.

"Kak Alicia, kak Alicia! Apakah raja Aeëtes masih ada?"

Sang pendongeng yang dipanggil Alicia menjawab. "Raja Aeëtes sudah lama mengalami keadamaian abadi, Dylon, berkat keberaniannya melindungi kerajaan Eretopeion dari ancaman sihir hitam."

Anak yang lain bertanya. "Kak Alicia? Apakah sihir hitam masih ada? Apa kakak pernah melihatnya?"

"Sihir hitam tentu masih ada," jawab Alicia. "Tapi begitu pula para penyihir putih juga tetap ada untuk melindungi kita, jadi jangan takut, ya! Kalau soal pernah lihat sihir hitam … Kakak hanya pernah melihatnya dari buku, hehe. Sihir hitam pasti menyeramkan, maka ada baiknya kita tidak melihatnya langsung."

"Kakak! Aku mau menjadi seperti raja Aeëtes! Bagaimana caranya aku bisa menjadi raja Aeëtes?"

"Pertanyaan yang bagus Theofilus! Coba kita lihat! Untuk menjadi raja yang baik, kamu harus kuat! Jadi kamu harus rajin berolahraga dan makan sayur. Kamu juga harus pintar, maka jangan lupa untuk rajin belajar dan baca buku. Satu lagi apa ya?" Alicia berpura-pura berpikir. "Baik hati! Seorang raja yang baik harus menolong sesamanya dan patuh kepada orang tua. Lakukanlah semua itu dan mungkin kamu bisa seperti raja Aeëtes!"

Salah seorang anak yang duduk di baris belakang memberi sanggahan, katanya. "Kurang satu lagi kak Alicia! Untuk seperti raja Aeëtes, harus bisa sihir! Tapi Theofilus tidak bisa mengeluarkan sihir, jadi dia tidak bisa menjadi raja Aeëtes!"

Beberapa anak menertawai Theofilus, alhasil anak tersebut memasukan ejekannya dalam hati dan diluapkan dalam tangisan.

Alicia memeluk Theofilus mungil dan dengan lembut menyeka air matanya. "Theofilus pintar, jangan menangis ya." Setelah menghibur anak tersebut, Alicia memasang muka serius ke sejumlah anak yang menertawakannya sebelumnya.

"Anak-anak. Hanya kalian punya kemampuan sihir, bukan berarti kalian boleh mengejek mereka yang tidak punya. Apakah kalian mau disamakan dengan para penyihir jahat yang dibuang ke Hades?"

Mereka tertunduk malu dengan mudahnya, kecuali salah satu anak yang mengejek Theofilus menjawab balik. "Tapi, raja Aeëtes kan memang punya sihir?"

"Kalian tidak harus memiliki sihir untuk mengikuti teladan raja Aeëtes. Beliau dikenal karena kemurahan hatinya dan pengorbanannya melindungi rakyat. Sihir hanya bakat yang membantunya mewujudkan hal tersebut, yang mana kalian dengan pribadi dan talenta yang unik sama-sama bisa menjadi seperti beliau. Nah sekarang kamu minta maaf ke Theofilus, ya?"

Anak tersebut dengan berani langsung mengutarkan penyesalannya kepada Theofilus dan mengajaknya berpelukan. Luar biasa, orang dewasa mana mungkin bisa seperti itu, urat gengsinya terlalu tebal. Sang gadis menyodorkan jempolnya ke mereka dan menyunggingkan senyuman lebar.

"Baiklah anak-anak. Kelas kita sampai di sini saja ya, silahkan mengemaskan barang-barang kalian!"

"Yahhhh," keluh anak-anak yang masih ingin mendengar cerita epik sihir lainnya dari Alicia. "Ayolah, cerita lagi!"

"Tapi ini sudah jam setengah dua belas loh!" tunjuk Alicia ke arah jam dinding. "Apa kalian masih mau di sini mendengarkan cerita dan melewatkan liburan musim panas?"

"Tidak jadi!" Serentak para murid sambil bergelak. []

Next chapter