webnovel

Kehidupan Sehari-Hari – ll

Ketika hendak melangkah keluar dari rumah, ibunya tiba-tiba datang ke arahnya sambil memanggilnya.

"Tunggu sebentar, Ichika!"

Ichika yang mendengar hal itu berbalik dan mendapati ibunya yang berjalan ke arahnya dan memasang ekspresi wajah yang terlihat sedikit sedih.

Ichika yang menyadari hal tersebut, langsung berjalan mendekat ke arahnya dan berkata:

"Ada apa, ibu? Apakah ada sesuatu yang membuat ibu bersedih?"

Jelas Ichika tahu bahwa saat ini ibunya sedang bersedih dan menatapnya dengan khawatir.

Ibu Ichika yang melihat Ichika memasang ekspresi khawatir, langsung tersenyum dan berkata kepadanya untuk menenangkannya.

"Tidak ada apa-apa, hanya saja ibu ingin sedikit lebih lama untuk menatap Ichika."

"Apa itu? Bukankah setiap hari ibu selalu melihatku?" ucap Ichika yang kebingungan.

"Benar juga ya! Tapi ibu hanya ingin melihat Ichika sedikit lebih lama lagi." Ucapnya dengan tatapan sedih.

"Baik-baik."

Kemudian Ichika mendekat ke arah ibunya dan memeluknya.

Ibu Ichika yang melihat hal tersebut, tidak bisa menyembunyikan kesedihannya lagi dan akhirnya meneteskan air matanya.

Selang waktu beberapa detik kemudian, akhirnya ibu Ichika sudah tenang dan Ichika pun menyeka sisa-sisa air mata yang berada di ujung mata ibunya.

Setelah tenang, ibunya pun berkata: "Dengar Ichika! Apa pun yang terjadi, jangan pernah melupakan ibu ya, dan juga jangan mudah percaya dan tertipu oleh orang lain, Mengerti!"

"Baik."

Ichika yang bingung dengan ucapan ibunya, hanya berkata seperti itu dan menganggukkan kepalanya.

"Syukurlah, ibu senang mendengar hal tersebut."

"Waktunya sudah semakin siang, cepat berangkat, nanti telat." Ucap ibu Ichika sambil melepaskan pelukannya.

"Baiklah, kalau begitu aku berangkat."

Tapi, sebelum Ichika pergi, ibunya mencium kening Ichika dan berkata: "Itu sebagai kenang-kenangan dari ibu supaya Ichika tidak melupakan ibu."

"Terima kasih, kalau begitu Ichika berangkat dahulu."

Ibu Ichika yang masih berada di pintu tersenyum kepadanya dan berkata: "Hati-hati di jalan!"

"Oh iya, jangan melakukan hal yang aneh-aneh lagi ya!" ucapnya sambil berkacak pinggang.

Kemudian Ichika keluar dari rumahnya sambil melambaikan tangannya.

Ichika yang melihat hal tersebut pun menanggapinya dengan berkata: "Baik."

Alasan ibu Ichika berkata seperti itu, karena dulu dia sering ketahuan berada di tempat kejadian perkara kasus pembunuhan.

Karena itulah, dia selalu menjadi tersangka kasus pembunuhan tersebut.

Tapi setelah beberapa penyelidikan, Ichika terbukti tidak bersalah dan bisa terbebas dari tuduhan pembunuhan.

Setelah beberapa waktu, beredar rumor tentangnya yang membunuh seseorang. Walaupun polisi telah mengatakan bahwa dia bukanlah pelakunya, tetapi masih banyak orang yang percaya dengan rumor tersebut.

Anehnya, semua kasus pembunuhan yang ketika Ichika berada di tempat tersebut, tidak pernah satu pun dari banyak kasus tersebut ditemukan pelakunya yang membuat semakin buruknya rumor tentangnya yang beredar.

Pernah sekali, polisi mengundang banyak detektif terkenal dari seluruh dunia untuk menemukan pelakunya. Tapi, setelah beberapa tahun lamanya, kasus tersebut pun ditutup tanpa hasil yang jelas.

Kemudian Ichika berlari untuk pergi ke sekolah karena sudah hampir masuk waktu sekolah. Jika hari-hari biasanya, Ichika biasa berjalan dengan santai karena jarak sekolah dan rumahnya tidak terlalu jauh.

Di perjalanan menuju ke sekolah, Ichika bertemu dengan banyak siswa yang lainnya tetapi tidak ada satu pun yang menyapanya atau mendekatinya.

Hal itu disebabkan banyaknya rumor tentangnya yang seorang pembunuh.

Walaupun polisi telah menyatakan bahwa Ichika tidak bersalah, tetapi mencari kesalahan dari orang lain adalah sifat alami manusia.

Ketika rumor baru tersebar pertama kali, Ichika sangat ketakutan dan membuatnya berhenti sekolah selama 3 bulan.

Berkat semangat dan motivasi dari ibunya, Ichika akhirnya memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya dan tidak mendengarkan ocehan orang-orang tentangnya.

Ichika tidak pernah memikirkan ocehan orang lain dan hanya menganggapnya sebagai cerita sehari-hari untuknya.

Beberapa waktu berselang, Ichika sudah sampai di depan gerbang sekolah.

Ketika dia hendak masuk ke area sekolah, dia berhenti sebentar karena mendengar ocehan para siswa.

"Hei, bukankah dia si pembunuh itu?"

"Benarlah, katanya dia sudah membunuh banyak orang tetapi tidak pernah ketahuan."

"Hushh, pelankan suaramu atau kau akan dibunuh olehnya."

"Kau juga!"