Prolog

       "Jieun, hari ini kau bertugas meliput Song Hye Kye. Hari ini hari sidang perceraiannya dengan Song Jongke."

Suho atau bisa dibilang Ketua Direksi sudah memerintahnya, itu artinya tugas tersebut harus Jieun laksanakan. Kepala Jieun mengangguk patuh pada Suho.

"Setelah istirahat langsung meluncur ke lokasi. Kau bersama Baekhyun."

Yang dimaksud Suho adalah Baekhyun si tukang kameramen. Ah, sepertinya ini adalah hari tersialnya. Setelah mendapat perintah dari Suho yang harus meliput Song Hye Kye di Pengadilan nanti siang, ia juga ternyata harus pergi bersama Baekhyun.

Bukan apa-apa, jika ia meliput dan Baekhyun yang menjadi kameramennya maka pekerjaan tersebut tidak akan selesai. Ia lebih sering berantem dengan Baekhyun di banding berteman.

Dan lagi, bukan hanya hal itu saja yang membuat Jieun mengatakan hari ini adalah hari sialnya. Jika ia meliput perceraian Song Hye Kye, maka ia akan bertemu dengan seseorang yang sangat ingin ia hindari dan tidak ingin ia lihat selama bekerja.

Andai bukan Suho yang menyuruhnya untuk meliput, maka ia akan menolak mentah-mentah liputan ini.

      Tak terasa, setelah menghabiskan waktu istirahat. Jieun dan Baekhyun bergegas menuju Pengadilan tempat Song Hye Kye sidang, tentunya setelah mereka bertengkar lebih dulu.

     "Awas, jangan membuat mood-ku buruk!" ancam Jieun pada Baekhyun sebelum akhirnya bergabung dengan para wartawan lain.

"Aku tidak takut!" balas Baekhyun. Sedangkan Jieun kembali membalas namun hanya dengan mengacungkan jari tengah.

Sambil melangkah menghampiri wartawan lain, Jieun mengelus-elus dada untuk meringankan detak jantung dan rasa gelisahnya.

Ah, sungguh ia sangat gugup untuk meliput berita ini.

Tiba di gerombolan para wartawan, tepat itu pula Song Hye Kye dan Kuasa Hukumnya keluar, siap untuk berbicara dengan awak media.

Jieun segera menerobos para wartawan lain dan mendapat posisi berdiri di depan sang Pengacara Song Hye Kye. Keduanya saling menatap selama beberapa detik, namun Jieun segera mengalihkan pandangan kearah Song Hye Kye dan mulai memberi pertanyaan-pertanyaan.

"Bagaimana dengan hak asuh anaknya, apakah jatuh pada anda?" tanya Jieun sambil mencondongkan ponselnya.

Song Hye Kye tidak mau menjawab dan memerintah Pengacara untuk menjawab pertanyaan itu. Pengacara kondang itu melirik sedikit pada Jieun yang tidak menatap matanya melainkan dadanya lantas tatapannya beralih pada wartawan lain sambil menjawab, "Hak asuh anak jatuh ditangan Song Hye Kye."

"Lalu bagaimana dengan harta gono gininya?"

Serta pertanyaan lain yang diajukan oleh Wartawan. Selama itu berlangsung, Jieun seringkali mengajukan pertanyaan namun ia tidak menatap Pengacara tersebut. Ia terlalu takut untuk menatapnya. Matanya terlalu lemah untuk menatap mata tajam dan membara itu.

Kalau saja Pengacara tersebut bukan Park Sehun, Jieun akan leluasa menatap mata sang narasumber. Namun sayangnya dia adalah Park Sehun, seseorang yang akan selalu ia hindari tatapannya. Seseorang yang sangat Jieun doa'kan agar mendapat penyakit Amnesia. Seseorang yang telah menjadi suaminya selama setahun lebih. Lebih tepatnya, suami yang tidak ia kenal luar dan dalamnya.

Sedangkan sang Pengacara hanya tak acuh saja. Ia sudah biasa melihat Jieun yang enggan menatap matanya.

avataravatar
Next chapter