1 Brief introduction

"Chris." Regan yang tengah membereskan peralatan memasaknya memanggil, gadis berusia tujuh belas tahun itu yang sedang bermain di ruang tamu.

"Tunggu sebentar Mah." teriak Chris membereskan peralatan menggambarnya, dan menghampiri Regan yang tengah berkacak pinggang di hadapannya.

"Dasar anak nakal.".

"Aduh Mah ampun." ringis Chris memegang telinganya yang dijewer oleh Regan walaupun tidak terlalu sakit tapi, menurut Chris jeweran Regan begitu menyakitkan.

"Tadi Mamah suruh apa hm?." tanya Regan melepaskan jewerannya dan menatap Chris yang tengah berfikir sambil mengusap telinganya.

"Ah iya hehehe Chris lupa Mah mana?." ucap Chris mengadahkan telapak tangan kanannya.

Regan menggelengkan kepalanya sejenak dan mengambil bungkusan plastik hitam, dan menyerahkannya ke Chris.

"Ini kasih ibu Lena! Dan ucapkan maaf kemarin mamah tidak bisa datang ke acaranya, kau mengertikan?.".

Chris mengangguk antusias "Mah apa Chris boleh beli es krim?." tanyanya berbinar.

"Boleh tapi, jangan pulang terlalu malam!." peringat Regan melirik jam dinding, pukul lima sore.

"Okay.".

^^^

Chris mengayuh sepedanya dengan pelan menikmati angin semilir di sore hari, ia tersenyum manis ketika orang-orang yang mengenal dirinya menyapa.

"Hai Chris.".

"Sore Chris.".

"Kamu mau kemana?.".

"Sore cantik.".

Dan bla, bla, bla sapaan demi sapaan ib-ibu komplek perumahannya, ditanggapi Chris dengan memberikan senyuman manisnya.

Rumah putih di sebrang sana tujuan Chris, ia memelankan kayuhannya dan berbelok menuju rumah itu.

"Pak Rand." teriak Chris memanggil pria berumur sekitar empat puluh tahun yang tengah mencuci mobil.

Tampak Rand itu melirik Chris yang melambaikan tangannya, bermaksud menyuruh-nya membuka gerbang hitam tersebut.

"Bentar ya Nak Chris." ucap Rand yang tengah menaruh selang air di tanah dan mematikannya, menghampiri Chris bermaksud membuka gerbang hitam tersebut.

"Tumben Nak Chris kesini, ada apa?." tanya Rand memerhatikan Chris yang turun dari sepedanya dan mengambil kantung plastik titipan Regan.

"Ini mau kasih ibu Lena titipan dari mamah, apa dia ada di rumah?." tanya Chris.

"Oh nyonya sedang pergi Nak Chris mungkin nanti malam nyonya pulang, biar bapak yang kasih ke nyonya kalau dia udah pulang.".

Chris mengangguk kepalanya mengerti dan menyerahkan kantung plastik tersebut "Oh iya sekalian titip permintaan maaf ke ibu Lena, kemarin mamah tidak bisa datang ke acaranya." ucap Chris mengingat pesan Regan.

"Baik Nak nanti bapak sampaikan.".

"Okay kalau begitu Chris pulang dulu ya, bye Pak Rand.".

"Hati-hati di jalan!." ucap Rand menatap punggung kecil Chris.

^^^

Chris yang tengah mengantri di kedai es krim melirik suara laki-laki yang tengah menggerutu kesal di sampingnya, Chris bahkan mendongakkan kepalanya menatap wajah tampan pria yang tengah menelpon.

Chris membandingkan tubuh kecilnya dengan pria di sampingnya ini, sebatas dada itulah perbedaan tinggi mereka berdua.

'Berisik' umpat Chris melirik kesal pria di sampingnya yang tengah memarahi seseorang di sebrang telepon sana.

"Kakak mau beli apa?." penjual es krim tersebut menyadarkan lamunan Chris.

"Es krim lah Pak, masa mau beli baju." canda Chris yang di tanggapi penjual es krim tersebut terkekeh pelan.

"Es krim rasa cokelat satu ya Pak." ucap Chris menunjuk gambaran menu yang tersedia.

"Pak es krim strawberry satu, sama es krim cokelat satu." ucap pria di samping Chris cepat.

Chris melirik kesal pria di sampingnya, 'Apa pria ini tidak mengerti dengan budidaya mengantri?.' pikir Chris.

Karena pria tersebut peka terhadap sekitarnya, ia menatap Chris yang menatapnya kesal.

"Apa?!." tanyanya galak.

Chris mengendikkan bahunya acuh dan menatap penjual es krim yang sudah membuatkan pesanannya, ia merogoh kantung celananya dan memberikan beberapa uang lembaran tersebut.

"Terima kasih Pak.".

Chris sudah mendapatkan pesanannya dan menjauhkan dirinya dari kedai es krim yang membuatnya kesal, 'Sore-sore seperti ini udah ada yang ngajak aku ribut' batin Chris melirik kedai es krim dan langsung mengambil sepedanya bermaksud pulang.

Tapi sebuah telapak tangan besar menghentikan sepedanya, membuat Chris melirik siapa pemilik tangan tersebut?.

Dia pria yang tadi di kedai es krim yang membuatnya kesal lah pelakunya, Chris melirik tangan tersebut mengisyaratkan bahwa ia harus menyingkirkan tangan besarnya itu.

"Nama kamu siapa?." tanyanya yang sudah memasukkan kedua tangannya ke saku celananya.

Chris mengernyitkan dahinya bingung kenapa pria ini bertanya tentang namanya?.

Tampak pria itu memutar bola matanya jengah ketika gadis cantik di depannya ini, tidak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Nama kamu siapa?." tanyanya lagi membuyarkan lamunan buruk Chris yang bersarang di otaknya.

"Chriselda, panggil Aku Chris saja. Paman kenapa nanya nama aku?." tanya Chris polos.

"Paman? Apa wajahku ini terlihat tua, untuk dipanggil paman?." dia menujukkan wajah tampannya yang di balas anggukan polos Chris.

"Iya, kenapa? Apa Chris salah? Aku rasa paman lebih sopan kan?." tanya Chris pada dirinya sendiri.

Pria tersebut menangkup wajah cantik Chris sambil mendekatkan wajahnya, menyisakan jarak hanya sepuluh centimeter.

"Panggil Aku Dalvin, itu namaku. Usiaku bahkan masih dua puluh delapan tahun, apa aku masih pantas dipanggil paman?." ucap Dalvin lembut menatap manik mata biru Chris.

"Iya paman Dalvin, itu lebih cocok. Mamah Chris pernah bilang kalau Chris bertemu seseorang yang lebih tua, Chris harus panggil dia seperti di usianya. Jadi paman Dalvin tidak keberatan kan?.".

Dalvin tersenyum miring menatap gadis cantik yang sangat polos didepanya.

"Oh iya paman Chris pulang dulu ya, Chris udah ditunggu mamah dirumah." Chris melepaskan tangan besar Dalvin di wajahnya dan bersiap mengayuh sepedanya.

"Hei tunggu tidak ada salam perpisahan?." tanya Dalvin lagi menghentikan Chris.

"Hah?.".

"Iya salam perpisahan seperti ini." langsung saja ia mencium pipi Chris yang membuat semburat merah keluar tanda bahwa Chris sangat malu, apalagi mereka tengah berada di tempat umum.

"Paman tidak sopan, mencium pipi Chris apalagi di tempat umum." gerutu Chris mengusap pipinya bekas ciuman Dalvin.

"Ya sudah aku pergi dulu ya, sampai bertemu lagi." pamitnya dan melangkah menuju mobil hitam yang memang sudah menunggunya.

Dasar aneh batin Chris menatap kepergian mobil hitam tersebut.

Di lain tempat Dalvin menatap pantulan Chris dari rear-view mirror, bahkan Edrick kakaknya menatap heran Dalvin yang tersenyum.

"Hei kau ini kenapa? Tidak biasanya kau tersenyum seperti itu, apa otakmu sudah menggeser karena gadis itu?." bahkan Edrick tahu kenapa Dalvin tersenyum seperti itu.

"Bukan urusanmu." ketus Dalvin menatap dingin Edrick yang mendegus kesal.

"Dasar aneh." guman Edrick.

'Chriselda' batin Dalvin mengingat nama itu, seperti mantra yang membakar gairahnya saat ini.

^^^

Malam harinya Chris menyiapkan mata pelajaran untuk esok hari, setelah selesai ia memeriksa note yang terdapat di meja belajarnya melihat apakah ada tugas atau pekerjaan rumah untuk esok.

Tidak ada, lantas saja Chris menuju balkon kamarnya menikmati semilir angin malam dan indahnya langit malam.

Chris duduk di ayunan kecil yang terdapat di balkon Kamarnya, menggoyangkan ayunan dengan kaki kanannya. Kedua tanganya ia lipat ke belakang menjadikan tumpuan untuk kepalanya, di tatapnya langit malam yang memang begitu indahnya dalam diam.

Selama lima menit Chris hanya memandang langit, sampai suatu cahaya terang menyinari wajahnya.

'Ini siapa sih yang usil?' batin Chris kesal dan melirik ke sekeliling halaman rumahnya, mencari pelaku yang mengusik lamunannya.

Chris menemukannya pria yang sedang bersandar di mobil hitam dengan tangan kiri, yang memegang senter besar mengingatkan Chris akan hal pria sore tadi yang Ia temui.

Lampu jalanan yang temaram membuat Chris tidak bisa melihat wajah Pria tersebut dengan jelas, lantas ia hanya menatap pria tersebut bermaksud mengapa ia melakukan hal tersebut.

Akhirnya Pria tersebut menyinari wajahnya dengan senter yang ia pegang, dan membuat Chris menahan nafasnya sebentar dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

'Paman Dalvin? Kenapa dia tahu rumahku? Apa yang dia lakukan di sana? Apa dia mau menculikku?' batin Chris memikirkan segala hal buruk yang akan terjadi.

Dia Dalvin hanya berdiri menyenderkan punggungnya ke mobilnya menatap gadis, yang sudah mencuri perhatiannya dan mungkin sekarang dia Chriselda yang menempati hatinya sekarang. Chris harus menjadi miliknya, harus tidak boleh ada yang mengambil apa yang sudah menjadi miliknya.

"Chris sudah malam, Kamu tidak tidur?." ucap Regan di luar kamarnya mengingatkan Chris harus tidur sekarang, kalau tidak dirinya bisa telat bangun esok harinya.

"Ya Mah." teriak Chris dan masuk ke dalam kamarnya menutup pintu kamar balkonnya dan juga gorden, bahkan lampu kamarnya ia matikan membuat Dalvin yang belum puas menatap wajah gadisnya mendengus kesal.

"Kalau Kamu semakin menghindar dariku, itu membuatku semakin ingin memilkimu seutuhnya." janji Dalvin sebelum pergi.

^^^

"Hai Chris" sapa seorang perempuan berambut pirang keriting dan duduk di hadapan Chris yang tengah melamun.

Ia berdecak sebal tidak mendapatkan respon Chris, langsung saja ia menjentikkan jarinya di wajah Chris.

"Hah ada apa?." tanya Chris gelagapan dan mendengus kesal kala siapa yang berbuat usil.

"Chavali, Kau membuat moodku bertambah buruk." gumam Chris menatap jengah wanita yang bernama Chavali.

"Hei Aku hanya menyapa Kamu, apa itu dilarang hah?." tanyanya galak.

"Sudahlah berdebat dengamu tidak ada habisnya, minggir! Kamu menghalangi pandanganku saja." ucap Chris ketus.

Chavali hanya memutar bola matanya jengah, dan duduk di tempatnya di samping Chris ketika bel masuk berbunyi.

'Semoga pria itu tidak memiliki niat buruk' batin Chris mengingat dirinya masih heran dengan pria yang bernama Dalvin.

Pria yang baru bertemu beberapa menit di sebuah kedai es krim, pria yang membuat dirinya kesal akan ulahnya yang menyerobot antrian, pria yang sudah mencium pipinya, dan pria yang semalam berada di depan rumahnya. Chris bahkan merasakan bulu kuduknya meremang tatkala mengingat wajah tampan milik Dalvin, 'Bisa saja dia tampan tapi ternyata dia seorang psikopat' pikir Chris dan menggelengkan kepalanya berharap ia bukanlah targetnya. Memfokuskan pikirannya untuk belajar, dan tidak memikirkan Pria tersebut.

'Semoga hari ini aku tidak bertemu dengannya lagi, bahkan untuk selamanya' batin Chris berdoa kepada Tuhan dan berharap Tuhan mengabulkan keinginan kecilnya tersebut.

Semoga saja.

Tbc...

avataravatar
Next chapter