5 empat

warning!

21+

Don't forget to leave a comment.

--

Ini sudah seminggu sejak kejadian malam itu. Baekhyun, maupun Chanyeol tidak banyak bicara. Mereka menghabiskan waktu mereka di apartemen Chanyeol dengan kesibukan masing-masing. Baekhyun awalnya sangat ingin keluar dari apatemen Chanyeol, tapi, dia tidak tau harus kemana jika bukan menginap di apartemen ini. Karena, malam itu, tepat saat tas, dompet, ponsel, dan barang-barang milik Baekhyun lainnya dirampok oleh orang tak dikenal. Untung saja ia dipertemukan dengan Chanyeol. Jadi, Baekhyun bisa tinggal di sini sementara. Mungkin, sementara atau, entahlah.

"Chanyeol," panggil Baekhyun pada Chanyeol yang sedang memainkan ponselnya di atas kasur.

Sejak bangun tidur, Chanyeol tidak banyak melakukan aktifitas. Ia hanya mencuci wajahnya, dan kembali ke kasur untuk bermain ponselnya.

Chanyeol tidak menanggapi panggilan Baekhyun.

"Chanyeol, aku memanggilmu." Baekhyun sedikit kesal, karena Chanyeol sengaja mendiamkannya. Padahal, Baekhyun berniat untuk menjelaskan pada Chanyeol alasannya masih bersikeras untuk tetap tinggal di apartemennya.

Baekhyun memasang wajah kesalnya, tapi ia tetap akan menjelaskan semuanya pada Chanyeol perihal keinginannya untuk tetap tinggal dengannya.

Kemudian Baekhyun memilih untuk duduk di pinggir kasur, dimana ada Chanyeol sedang bermain ponsel dengan posisi telentang. Baekhyun memerhatikan wajah datar nan dingin Chanyeol, sebelum akhirnya ia mulai mengeluarkan suaranya.

"Maafkan aku lancang untuk tetap tinggal bersamamu," Baekhyun membuka kalimat penjelasannya. Dan reaksi Chanyeol masih sama, tidak peduli.

"Saat itu, aku menangis di halte bus karena aku baru saja dirampok. Aku benar-benar tidak ada tujuan lagi. Aku tidak tau harus kemana." Jelas Baekhyun.

"Dan kau datang. Aku merasa lebih tenang kala itu. Sampai kau membawaku ke sini, aku merasa semuanya menjadi lebih baik." Lanjut Baekhyun, kedua matanya masih setia melirik wajah Chanyeol yang dingin tak acuh itu.

"Bahkan-"

"Aku tidak peduli dengan alasanmu. Kau bisa cari tempat tinggal lain, aku akan bayar semuanya." Potong Chanyeol. Ia meletakkan ponselnya di samping bantal.

Chanyeol duduk, dia mendekatkan dirinya pada tubuh Baekhyun. Ditatapnya wajah lugu bocah di hadapannya satu ini.

"Aku akan bayar semua sewa tempat tinggalmu. Silakan cari sesukamu." Tegas Chanyeol, lagi.

Baekhyun menggeleng, "Tidak. Aku tidak mau."

PLAK!

Chanyeol menampar pipi kiri Baekhyun keras.

Baekhyun terkesiap, tapi dia sudah pernah merasakan ini sebelumnya. Ya, saat mereka bercinta kala Chanyeol sedang mabuk. Chanyeol sangat seperti orang kesetanan malam itu. Sangat kasar. Tapi Chanyeol sangat menikmati permainan kasarnya yang dilakukan pada Baekhyun. Dan hal itu tidak dapat dibohongi.

"Kau akan tersiksa jika terus bersamaku. Kau tau itu!" Ancam Chanyeol dengan menekankan kata-katanya.

Baekhyun memegangi pipinya yang terasa panas. "Kau suka itu, bukan?"

Chanyeol membulatkan kedua matanya. Dalam hatinya, Baekhyun adalah bocah polos tidak tau apa-apa soal Chanyeol. Kenapa sangat bersikeras segininya?

"Aku akan terima kau apa adanya, Chanyeol. Kau menyukai tubuhku, kan?"

Chanyeol tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Baekhyun. Entablah, itu pertanyaan atau pernyataan, tapi ini terdengar seperti lelucon. Chanyeol lupa bagaimana rasanya tubuh Baekhyun saat itu. Karena ia melakukannya dibawah kesadarannya.

"Bagaimana kau bisa mengatakan itu? Kau gila!" Jawab Chanyeol.

"Kau menikmatinya, Chanyeol. Kau tidak sadar saat melakukannya."

Baiklah, sekarang Baekhyun seperti anak bocah yang tidak tau diri. Mungkin ini terlihat murahan di mata Chanyeol, karena Baekhyun seberani itu untuk mengatakan semuanya.

"Aku tidak punya tujuan lagi, Chanyeol. Hanya kau yang saat ini bisa kuandalkan." Entah setan dari mana yang merasuki Baekhyun, kini ia mendekati wajah Chanyeol agar ditatapnya lebih dekat.

"Silakan perlakukan aku sesukamu, Chanyeol." Ucap Baekhyun pelan, namun terdengar sangat jelas di telinga Chanyeol.

Chanyeol membuang napasnya. Jarak mereka terlampau dekat. Chanyeol bisa melihat dengan jelas wajah cantik laki-laki di hadapannya ini. Bisa melihat dengan jelas bagaimana indahnya kedua mata milik Baekhyun. Bagaimana menggodanya bibir merah muda milik Baekhyun. Dan tak bisa dibohongi, Chanyeol memang menyukai ciptaan Tuhan yang indah satu ini.

Chanyeol belum mengeluarkan suaranya saat kalimat terakhir Baekhyun yang sangat menantang dan menggoda itu. Jujur, Chanyeol memang sebesar itu menginginkan Baekhyun pergi dari hidupnya. Tapi, jika seperti ini, Chanyeol juga tidak rela jika harus menyia-nyiakan kesempatan.

"Kita bisa memulainya perlahan, Chanyeol." Baekhyun memegang pipi kiri Chanyeol. Mengelusnya perlahan, membuat empunya menahan diri agar tidak menyerang tubuh Baekhyun.

Mereka saling bertatapan cukup lama. Sampai akhirnya Chanyeol mendaratkan bibirnya di atas bibir Baekhyun. Chanyeol melumatnya rakus seperti orang kelaparan. Mungkin pagi ini memang diriny sedang lapar, ditambah lagi bibir Baekhyun yang sangat menggoda itu ada di depan matanya, membuatnya melahap liar bibir manis Baekhyun.

Tangan Chanyeol tidak tinggal diam, dia membuka kaos kebesaran yang pakai Baekhyun. Karena memang kaos yang dipakai Baekhyun adalah milik Chanyeol, kebesaran dan memudahkannya untuk melepaskannya dari tubuh mungil Baekhyun.

Chanyeol mendorong Baekhyun tanpa melepaskan tautan ciuman panasnya. Ia memainkan nipple Baekhyun membuat Baekhyun menahan desahannya.

"Desahkan namaku, Baekhyun." Bisik Chanyeol seksi.

Dan tidak dapat ditahan lagi, Baekhyun mulai mendesahkan semua kenikmatan yang dirasakan.

"Aaahhhh, Chanyeol."

Ciuman Chanyeol turun ke leher mulus Baekhyun dan meninggalkan banyak tanda di sana. Hingga ciumannya turun ke dada, dan juga perut. Baekhyun hanya bisa terus mendesah nikmat sambil tubuhnya menggeliat.

"Chanyeolh."

Chanyeol melirik ekspresi Baekhyun yang baru saja mendesahkan namanya. Bibir mungil Baekhyun sedikit terbuka, matanya jelas menggambarkan kenikmatan. Buru-buru Chanyeol melahap bibir Baekhyun yang sangat sangat sialan itu.

"Bibirmu sangat sialan, Baekhyun."

Tangan Chanyeol melahap rakus bibir Baekhyun kembali. Kali ini sangat kasar, bahkan Baekhyun beberapa kali kehabisan napas.

"Chan-" Baekhyun berusaha menjauhkan kepalanya dari bibir Chanyeol. Karena ia butuh oksigen saat ini.

Tapi Chanyeol tetaplah Chanyeol, laki-laki keras yang tidak mau tau keadaan, ia menarik kepala Baekhyun dengan cepat agar bisa melumat bibir paling nikmat itu.

"Chanyeol, aku-"

Lagi. Baekhyun mencoba mengambil napas sebentar saja, tapi tidak bisa.

Kemudian Baekhyun menjambak kencang rambut Chanyeol, membuat Chanyeol menghentikan ciumannya dan menatap tajam ke Baekhyun.

"Beraninya kau." Ucap Chanyeol tajam.

"Maaf, a-aku kehabisan napas." Jelas Baekhyun.

PLAK!

Chanyeol menampar Baekhyun lagi.

"Kau yang bilang perlakukanmu sesukaku." Teriak Chanyeol membuat Baekhyun mengeluarkan air matanya.

"Hiks, maaf." Baekhyun menangis.

"Kau benar-benar sialan, Baekhyun."

Kemudian Chanyeol menarik Baekhyun, membawanya turun dari kasur dan menyuruhnya untuk tetap berdiri di dekat kasur. Sementara Chanyeol mengambil sesuatu di lemari. Dan membawa sebuah borgol yang diyakini untuk memborgol kedua tangan Baekhyun agar tidak banyak bergerak.

"Chanyeol," Baekhyun menangis. Ternyata Chanyeol sekasar ini. Ini melebihi apa yang ada dipikirannya.

"Chanyeol," Baekhyun merengek.

"DIAM, BAEKHYUN!" Bentak Chanyeol.

Setelah selesai memborgol kedua tangan Baekhyun, kini Chanyeol merasa sangat bergairah melihat tubuh indah Baekhyun.

"Kau akan merasakannya pagi ini, baby." Bisik Chanyeol mengerikan.

-

To be continue

avataravatar