2 ✧☽ satu ☾✧

"Kau buta? Tidak lihat aku sedang berjalan?!" bentak Chanyeol ketika salah satu pelayan wanita restoran langganannya menabrak dirinya hingga jas hitam yang ia pakai basah karena terkena tumpahan minuman.

Pelayan wanita itu lantas membungkukkan badannya, meminta maaf karena telah ceroboh pada salah satu pelanggan terhormat di restorannya itu.

"Ma-maafkan saya, Tuan." Ucap pelayan tersebut. Raut wajahnya ketakutan, tubuhnya gemetar.

"Kau tau, yang kau lakukan itu sangat ceroboh," lanjut Chanyeol memarahi pelayan wanita tersebut, sampai akhirnya manager restoran daging sapi tersebut datang menghampiri keributan yang terjadi.

"Maafkan pelayan kami, Tuan. Kami akan ganti rugi-"

"Aku tidak bicara denganmu! Jangan memotong kalimatku yang bahkan karyawanmu saja belum menjawab!" Bentak Chanyeol ke manager restoran paruh baya itu. Pria bayuh tersebut lantas meminta maaf.

"Maaf, Tuan."

Chanyeol kembali memandang nyalang ke pelayan wanita yang sedari tadi menunduk karena ketakutan. Kecerobohan membawa sial, Chanyeol kesal akan hal itu. Mau itu sengaja atau tidak disengaja, Chanyeol tidak mau tau. Wataknya yang keras, membuat Chanyeol sulit untuk mendengarkan penjelasan atau masukkan dari orang lain.

"Kau tau, kau sangat ceroboh..."

Ditengah-tengah keributan, tiba-tiba datang seorang pria muda yang ikut dalam lingkaran keributan antara Chanyeol dengan pelayan restoran. Entah siapa pria tersebut, tanpa rasa takut sedikit pun ia menghampiri Chanyeol dan memerintah Chanyeol untuk berhenti mengomel.

"Lebih baik kau memaafkannya. Lagi pula dia tidak sengaja." Ucap pria muda tersebut.

Tatapan tajam langsung dilayangkan pada pria tersebut. Umurnya sekitar 20-an mungkin. Tinggi badannya sekitar 170 cm. Tidak kurus, dan tidak gemuk juga. Kulitnya putih dengan tampak wajah yang lugu. Namun, dibalik keluguannya ternyata ia adalah sosok yang berani.

"Tidak usah ikut campur!" Tegas Chanyeol.

"Aku sudah muak mendengar teriakanmu, kau berlebihan, Tuan." Tidak ada takut-takutnya, pria tersebut masih tetap menyambung kalimatnya. Hal tersebut membuat emosi Chanyeol semakin bertambah.

"Kau pikir kau siapa berani mengaturku, hah?!" Chanyeol mencengkeram kencang rahang pria tersebut.

"Tuan,"

"Tuan,"

Manager restoran maupun semua pelayan restoran pun panik begitu melihat Chanyeol mulai main fisik.

Tidak berlangsung lama, Chanyeol melepaskan cengkeramannya kasar. Menarik napasnya dalam, menghembuskannya kasar, mencoba menstabilkan emosinya yang mudah sekali terpancing. Chanyeol menatap tajam ke arah pria tersebut yang sedang memegangi lehernya yang mungkin terasa sakit.

"Aku tidak mau wanita ini bekerja di tempat ini. Atau kau akan tau akibatnya!" Chanyeol menunjuk wajah pelayan wanita tersebut dengan ancaman yang berhasil membuat wanita itu menahan tangisannya.

Perlu diketahui, bahwa Chanyeol adalah pelanggan setia restoran daging sapi panggang di sini. Pekerja di restoran pun tau, bahwa Chanyeol adalah anak dari pemilik perusahaan konstruksi terbesar di Asia. Jadi, adalah sebuah kehormatan jika Chanyeol berlangganan makan di restoran tersebut. Dan adalah sebuah kesalahan besar jika ada yang melakukan kesalahan pada pria bermarga Park itu.

"Kenapa kau mengancamnya seperti itu? Tidakkah itu keterlaluan."

Lagi. Suara pria yang tidak dimetahui namanya itu masih saja mengoceh. Masih berani melawan, bahkan setelah dicekik oleh Chanyeol.

"Satu lagi. Aku tidak mau melihat bocah ini ada di tempat ini."

---

Chanyeol mematikan laptopnya, menutup laptopnya, dan bangkit dari sofa untuk bergegas menuju dapur untuk mencari apa-apa yang dapat mengisi perutnya malam ini. Tapi ternyata tidak ditemukan satu makanan pun yang dapat menggiurkan. Sehingga Chanyeol kembali ke kamar untuk mengambil ponselnya dan bermaksud untuk memesan makanan kesukaannya (Galbi : daging iga sapi panggang yang dipotong pendek-pendek).

Setelah memesan, Chanyeol menyalakan televisi dan memutar sebuah film yang sudah lama ia simpan. Sepertinya ini sudah menjadi rutinitasnya setiap hari usai dirinya diturunkan dari jabatannya sebagai seorang direktur. Dan yang menurunkan jabatannya tidak lain adalah sang ayahnya sendiri. Karena selain kerjanya yang tidak becus, Chanyeol juga menjabat sebagai direktur bukan karena dia adalah anak pemilik perusahaan, melainkan karena latar belakang pendidikan Chanyeol yang memang lebih dari cukup untuk menjabat sebagai seorang direktur. Tapi karena memang dasarnya Chanyeol adalah pria yang berwatak keras, sampai akhirnya ia muak dengan pekerjaannya dan membuat perusahaan ayahnya sempat tidak keruan karena ulahnya.

Dan jadilah, seorang Chanyeol dengan film dewasa yang terputar di layar lebar televisi di dalam kamarnya. Adegan demi adegan, sampai akhirnya pada adegan ranjang yang melibatkan seorang laki-laki dengan laki-laki. Menontonnya membuat Chanyeol merasa miris dengan dirinya sendiri. Miris karena sampai saat ini belum ada orang yang berhasil membuat hatinya kembali tergerak untuk menjalin cinta. Bahkan di umurnya sudah menginjak 28 tahun, Chanyeol masih asik sendiri, setelah 10 tahun lalu ia kehilangan sosok ibu yang ia cintai meninggal dunia secara tragis, Chanyeol tidak lagi percaya dengan adanya cinta. Karena itu ia sulit menerima seseorang yang berusaha mengambil hatinya.

Kala itu pernah Chanyeol berpacaran dengan wanita yang sempat dijodohkan oleh ayahnya, namun wanita tersebut tidak kuat dan memilih untuk berpisah dengan Chanyeol dengan alasan Chanyeol sangat kasar, dan tidak segan bermain fisik. Dengan wanita sekali pun.

Terdengar suara bel apartmentnya berbunyi, menandakan seseorang datang dan meminta untuk segera dibukakan pintu.

Chanyeol beranjak dan menghampiri pintu, membukakan pintu dan mendapati pesanannya datang.

"Terima kasih."

Chanyeol segera masuk ke kamar, membuka pesanan makan malamnya itu dengan rasa lapar. Tanpa basa-basi, Chanyeol langsung melahapnya.

Tiba-tiba terlintas di pikiran Chanyeol tentang keributan seminggu lalu, yang melibatkan dirinya berani melakukan kekerasan fisik pada seorang pria muda. Hal tersebut memang membuat Chanyeol marah, namun dalam hati Chanyeol terbesit rasa penasaran kenapa bocah tersebut berani menantangnya. Mengingat hal tersebut Chanyeol jadi penasaran sendiri, terkadang membuat Chanyeol ingin memukul wajah polos bocah itu.

Sekali pun dalam diri bertanya, apa bocah sialan itu masih datang ke restoran itu?

---

Entah setan apa yang merasukinya, Chanyeol tiba-tiba datang seusai makan. Dan tempat yang ia datangi adalah restoran daging sapi langgannya itu, sekaligus di mana tempat keributan terjadi seminggu lalu. Dan semingg lalu jugalah Chanyeol terakhir datang ke tempat ini.

Chanyeol masuk, antre untuk hanya sekadar memesan minuman saja, tidak perlu pesan makan karena ia sudah makan tadi.

Setelah antre, Chanyeol duduk di salah satu kursi yang ada di sudut ruangan dekat jendela. Merasa monoton dan bosan, Chanyeol mengambil ponselnya, membalas pesan-pesan yang masuk dari teman-teman malamnya itu. Kebanyakan berisi ajakan untuk ke club, tapi Chanyeol tolak semua, dengan alasan sederhana, yaitu malas.

Chanyeol melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Pukul 11 malam pas, dan restoran ini semakin ramai jika malam semakin larut. Dan Chanyeol kurang menyukai keramaian, ditambah lagi pandangannya tertitik pada seorang pria yang tengah berdebat dengan penjaga restoran, membuat kepalanya bertambah sedikit pusing oleh keadaan.

Tapi sebelum akhirnya melupakan soal keramaian, Chanyeol kembali berfokus pada keributan yang terjadi di depan pintu masuk restoran. Kedua mata Chanyeol berhasil membulat, ketika menyadari pria yang sedang berdebat di luar sana adalah orang yang ia cekik tepat di tempat ini.

"Bocah sialan." Gumam Chanyeol pelan.

Masih tetap menonton perdebatan, walaupun ia sendiri tidak bisa mendengar apa yang mereka katakan, tapi Chanyeol jelas tau, itu pasti perihal bocah sialan itu yang sudah tidak diperbolehkan masuk ke restoran ini lagi. Sesuai instruksi Chanyeol, bocah sialan, maupun pelayan ceroboh itu tidak menginjakkan kakinya dalam restoran ini lagi.

Tanpa terasa, bibir Chanyeol mengulas senyuman puas. Puas karena bocah sialan itu sudah berhasil melangkah pergi dari restoran ini. Tampaknya bocah itu kesal sekali karena tidak diperbolehkan masuk ke restoran ini.

Dilihatnya bocah itu berjalan menyusuri trotoar, dan bodohnya kedua mata mereka saling bertemu ketika bocah itu melewati posisi duduk Chanyeol. Bocah itu lantas memasang wajah geram yang justru tidak ada menakutkannya sama sekali.

Mereka bertatapan melalui jendela sebagai pembatas.

"Apa?" kata Chanyeol dari dalam restoran ke bocah itu.

Bukannya menjawab, justru bocah tersebut langsung bergegas dari hadapan Chanyeol.

Usai kepergian bocah itu, dalam hati Chanyeol seraya berkata,

Ternyata bocah sialan itu masih bersikeras datang ke tempat ini.

---

Seminggu kemudian...

Seperti pada sebelum-sebelumnya, hari ini Chanyeol kembali pergi ke restoran daging sapi panggang langganannya. Lagi. Dan entah sudah berapa kali ia datang ke tempat ini sejak restoran ini dibuka.

Chanyeol lantas memberikan isyarat untuk pesanannya, tanpa memberikan detail pesanan lebih, semua pekerja di tempat ini sudah tau, menu apa yang akan Chanyeol pesan. Jadi, setelahnya Chanyeol langsung mencari tempat duduk untuk menikmati makan siangnya hari ini. Chanyeol memilih duduk di meja yang tepat seminggu lalu ia tempati. Dan kembali teringat dalam diri, di meja ini dia terakhir kali bertemu dengan bocah itu.

Dalam dirinya sudah yakin betul, bahwa bocah itu tidak akan berani datang ke tempat ini lagi, bukan.

"Ekhem,"

Chanyeol mengarahkan pandangannya pada sumber suara. Dan dilihatnya seorang pria dengan jaket hitam, mengenakan masker, dan juga topi berwarna senada dengan jaketnya.

Pria tersebut menurunkan maskernya sedikit, memperlihatkan wajahnya kepada Chanyeol.

"Kau lagi. Mau apa, anak kecil?" Chanyeol melotot ke pria yang berdiri di samping mejanya itu, dan tidak lain adalah bocah sialan.

Untung Chanyeol tidak berteriak ke penjaga restoran kali ini. Jika dia sudah berteriak minta bocah ini dikeluarkan, mungkin bocah ini tidak akan makan di tempat ini lagi saat ini.

Bocah tersebut sudah berani menarik kursi yang ada di hadapan Chanyeol, lantas terlihat seperti orang yang berteman lama dengan Chanyeol, padahal dua manusia ini sebenarnya seperti musuh.

"Tidak mau apa-apa." Jawab bocah tersebut setelah berhasil mendaratkan dirinya di kursi.

"Pergi. Aku sedang tidak ingin diganggu. Apalagi oleh bocah sialan sepertimu." Ketus Chanyeol.

"Aku bukan bocah. Namaku Baekhyun, 21 tahun." Bocah bernama Baekhyun itu mengulurkan tangannya, bermaksud untuk berjabat tangan dengan Chanyeol. Mengajak berkenalan.

Chanyeol bergeming beberapa saat, namun tangan Baekhyun masih terulur mengajak berjabat tangan. Akhirnya Chanyeol membalas jabatan tangan bocah tersebut.

"Chanyeol." Jawabnya.

"Aku tebak nama lengkapmu Lee Chanyeol."

Chanyeol memutar kedua bola matanya mendengar Baekhyun mencoba menebak nama lengkapnya. Dan tebakannya salah, kenapa dia begitu yakin menyebutkan.

"Ah! Salah ya? Mmm, bagaimana kalau Kim Chanyeol?" Anak itu terus menebak sambil wajahnya terpasang raut berpikir.

Chanyeol diam, tidak menanggapi ocehan anak ini.

"Eoh? Aku masih salah, ya? Bagaimana kalau Park Chanyeol?" Tebak Baekhyun lagi. Dan kini tebakannya benar.

"Aku benar, bukan?"

"Lebih baik kau pergi dari hadapanku!" Tegas Chanyeol. Sementara yang diperintahkan pergi hanya sedikit terkesiap.

Sampai akhirnya pelayan wanita datang ke meja mereka, membawakan pesanan makan siang Chanyeol.

"Terima kasih." Jawab Baekhyun kepada pelayan wanita tersebut ramah.

Chanyeol menggeleng-gelengkan kepalanya. Anak ini sungguh menganggu.

"Aku hanya ingin mengobrol sedikit saja." Kata Baekhyun.

Chanyeol masih bergeming, bahkan rasa nafsu makannya sudah hilang tiba-tiba ketika anak ini datang.

"Kau kerja di dekat sinikah? Kenapa aku bertemu denganmu belakangan ini?"

Chanyeol membuang napasnya kasar.

"Ah! Sebenarnya aku sudah sering melihatmu datang ke sini ketika aku sedang mengerjakan tugas kuliahku, dan sekarang aku mengobrol denganmu."

Chanyeol masih diam.

"Aku pikir kau tidak akan datang ke tempat ini lagi perihal insiden waktu itu,"

"Tapi ternyata dugaanku salah."

"Kau bisa diam tidak?!" Bentak Chanyeol.

Kesal. Chanyeol mengambil kunci mobilnya, bangkit dari kursi dan melangkah meninggalkan Baekhyun sendiri di dalam restoran. Bahkan Chanyeol belum makan sesuap pun pesanannya.

"Hei, kau mau kemana?" Teriak Baekhyun.

Baekhyun mengejar Chanyeol sampai keluar restoran. Chanyeol yang merasa dikejar pun berbalik arah dan kembali meneriaki anak itu.

"Apa lagi, hah?!"

"Jangan pergi. Kau belum makan." Kata Baekhyun sambil menahan pergelangan tangan Chanyeol.

Chanyeol diam, kemudian menepis tangan mungil Baekhyun.

"Aku akan pergi. Jadi tolong masuk dan makanlah." Lanjut Baekhyun.

"Sampai jumpa, Chanyeol."

avataravatar
Next chapter