1 Sikat gigi pororo !

-TESTPACK-

____________

.

.

PAGI yang indah. kicauan hangat burung dengan angin sepoi-sepoi cukup menenangkan. Kecuali terpaan hangat disebelah pipi Clara yang tengah terlelap.

semua donat yang ia kunyah perlahan menghilang, diganti dengan sesuatu yang lembab menerpa pipi nya dan kemudian rasa sakit terasa.

Clara sedikit menepis benda hangat yang menempel di wajah bagian pipi kanan nya, dengan rengekan pelan terdengar.

Lagi-lagi ia salah, pipinya masih terasa lembab, basah, sakit, dan pastinya; hangat.

ia sangat tahu benda ini, cairan bening mulai memenuhi pipi gembil nya sampai pada;

"DHEVA !! PIPI KU BASAH !! JANGAN DI GIGIT SETAN !"

Teriakan melengking terdengar dari lantai dua kediaman keluarga Pak Ardi.

"Basah nih !! aarghh, jangan di gigit !"

tersangka tersebut adalah DHEVA KELLEN DIRGANTARA, Putra tunggal bapak Ardiansyah Dirgantara dan Ibu Susan Sri Inka.

Perawakannya gagah dengan senyum tipis mempesona, rambut panjang dengan poni memanjang hingga batas alis membuat dirinya semakin tampan dan berkharisma. Jangan lupakan kebiasaan yang sering ia lakukan; Gym dan segala macam peralatan olahraga nya.

Batang hidung yang runcing, kulit Tan eksotis, bibir full dengan warna merah muda alami yang masih ia pertahankan, alis tebal, pipi tirus dan rahang tegas. Membuat Dheva benar-benar tak bisa dipandang remeh sebelah mata soal paras dan Proporsi badan.

"Apa sih? gitu doang ngambekan, salah sendiri pipi nya mirip buntel," ejek nya

"Ah udah! sana ! syuh! pergi." usir Clara sembari melambaikan tangan tanda mengusir secara paksa.

"Apasih Ndut !, dah jam 6 ini ! bangun lah, katanya mau joging bareng." Dheva menarik paksa selimut beludru merah dengan gambar karakter hello Kitty nya.

Dengan tanpa perasaan, Dheva menarik paksa tangan mungil Clara hingga total duduk dengan rambut kusut dan muka bantal khas nya.

"udah ah! ayo cepetan, aku dah siap ini." Dheva mendekat ke arah jendela dan mulai membuka tirai berwarna pink senada.

Kemilau pagi mulai merasuk ke kamar dengan pencahayaan minim yang berasal dari lampu tidur kamar Clara.

"Bangun Ndut ! mau sampe kapan disana ! udah sana cuci muka dulu ! jangan males ah."

Dheva kembali menarik-narik selimut saat melihat Clara yang kembali jatuh tertidur, ia menggaruk-garuk pipi tembam nya dengan rengekan pelan.

"iya-iya ahh bawel, ngomong aja juga gajelas ga denger," Mata bulat nya belum sepenuhnya terbuka, dengan mulut terbuka kecil, ia kembali menguap sembari merenggangkan otot kaku nya.

"Hari ini Pak Julo jualan kan? yakin gamau mi ayam nya?" Pancing Dheva sengit.

"huh?" beo Clara.

"eh? kapan pak julo terakhir jualan? Minggu-"

"-iya Minggu kemaren," sahut nya datar.

Clara turun dengan gerakan pelan. Sedikit terhuyung saat berjalan ke arah kamar mandi dan tak lupa mengambil handuk yang tersampir di ambang pintu.

Blamm

Pintu tertutup dengan sedikit kasar, Clara dengan bahu merosot dan gerakan malas-malasan mulai mencuci muka dan menggosok gigi dengan pelan dan mata yang masih setia tertutup.

"Aku tunggu 20 menit buat siap-siap ya !" teriak Dheva dari luar.

Clara yang tengah menggosok gigi mengernyit heran, "Mwana bwisa ! dwa pluwuh menit ga cuhup !!" balas nya dengan suara yang terendam busa pasta gigi dan sikat gigi yang masih menempel di Pipinya.

"Hah? apa ?" Teriak Dheva.

"Dwa pwuh mwenit ga cuhup !!"

"Apasih ?!"

"Ga cu--"

"APASIH KAPIR GA JELAS." Dheva berteriak dengan mulut menempel di knop pintu kamar mandi yang membuat seluruh sikat gigi dengan boneka Pororo di atas nya terjatuh dan patah karena tersenggol lengan nya.

"HUAAA GUGUK !! SIKAT GIGI PORORO KUUU !" Clara segera bergegas jongkok dan memungut sikat gigi dan boneka Pororo nya dengan mata mulai berkaca-kaca.

"Hah?! kamu kenapa Ra !!" Dheva mulai sedikit menggedor pintu dengan raut wajah khawatir.

Dengan menatap cermin di depan dengan pandangan yang mengabur, bibir melengkung dalam dengan tangan setia memegang boneka dan sikat gigi yang patah, ia bersiap untuk meledakkan tangisannya.

"Eh Ra !! gausa nangis ! tahan nangis nya ! nafas nya atur ! tarik ! buang ! ngedongak ke atas ! trus abis itu diem dulu ya?" Dheva memandu dengan cepat, Telinga nya semakin menempel ke arah knop untuk memastikan bahwa Clara baik-baik saja.

Clara mengikut arahan dari Dheva dan mulai menarik nafas dalam-dalam dan bernafas dengan cepat, bibir nya masih setia melengkung menggemaskan dan mata nya masih sedikit berair.

Pandangan nya memusat ke arah boneka Pororo milik nya dan sikat gigi yang patah, matanya seperti mengatakan; Semua salah Depa ! awas aja nanti, pokoknya salah dia !

"Udah belom Ra ?" Pertanyaan samar-samar dari luar terdengar.

Clara terkesiap dan mulai mengangguk.

"Ra ?!" Panggil Dheva lagi.

"huh? eh? Iya !! bentar," Sahut nya

'duh pinter malah ngangguk, mana bisa dia liat' ish' Batinnya konyol.

"Udah ya?? aku tunggu di depan." Teriak Dheva

"Iya!!"

'Awas aja nanti'

___________

"Bu ! Lagi ngapain?"

"Eh guguk !" Latah Bu susi.

"Aelah ! ngapain juga ngagetin." Bu susi mengusap dada dan mulai melanjutkan acara memotong wortel.

"Sop? buat?"

"Ayah mu, kan dia suka," sahut Bu Susi

"Banyakin wortel nya ya Bu." Pinta Dheva memelas, ia kemudian mengekori ibu nya yang tengah kesana-kemari guna Meracik bumbu dan memotong beberapa bahan makanan.

"Ewh, kentang! gasuka kentang bu," Dheva mengernyit kala melihat beberapa kentang utuh yang tengah di kupas oleh sang ibunda.

"apa-apaan, ini kan kesukaan nya Clara, bukan untuk kamu. ngarep sih" sinis Bu Susi.

Dheva hanya tersenyum canggung dan menggaruk tekuk kaku.

"Yauda deh, Depa mau liat ayah aja." Anak itu berlalu dengan langkah kecil.

Dan beberapa menit kemudian ia kembali, "ngapain lagi?"

"ayah emang dimana?" beo nya.

"lah? kan di belakang, lagi benerin sepeda," sahut nya tanpa menoleh ke arah anak sulungnya.

"oh oke"

Bu Susi kembali fokus untuk memotong kentang dan mencuci beras dengan bersih sampai pada anak nya kembali datang dengan muka bingung.

"apa lagi?"

"ayah ga ada, cuma ada sepeda nya doang"

"Mungkin di WC, tunggu aja di depan"

"Yaudah"

Dheva kembali pergi. Bu susi hanya menggelengkan kepala dan lanjut untuk menghidangkan makanan.

Lagi-lagi Dheva datang tanpa disadari oleh Bu Susi.

"Astaga.. Apalagi sih bujank !" bentak Bu Susi.

"anu, kata ayah dia mau ayam goreng"

"udahlah! ibu dah masakin Sop ini, kalo mau masak sendiri sana !"

Dheva mendekat ke arah meja makan dan duduk dengan tenang bak anak TK yang sedang diberi bekal sekolah oleh sang ibu.

Kaki panjang nya sedikit mengayun kecil dan menunggu dengan sabar tangan cekatan sang ibu yang sedang menyiapkan piring dan beberapa peralatan makan.

"IBUUUUU," teriakan melengking yang di susul suara derap langkah kaki terdengar.

Clara turun dengan wajah gembira, terlihat ia memakai celana olahraga dengan dipadukan oleh Hoodie putih bergambar kelinci miliknya yang menenggelamkan jari kecil nya. Poni tipis dengan rambut yang di kepang dua membuat kadang kemanisan Clara bertambah pesat.

"Nah, akhirnya dah turun, mana ayah?" tanya Bu Susi.

"Itu" Clara menunjuk dengan bibir kecil nya.

Pak Ardi datang dengan setelah rumahan khas bapak-bapak komplek perumahan.

Celana pendek dengan kaos putih menjadi ciri khas nya.

"Wah ada sop," Pak Ardi yang sedari tadi hanya fokus ke arah Sop ayam langsung duduk dengan tenang.

"ntar mama mu Dateng ke sini kan?" tanya pak Ardi.

"iya pah"

"Eh? kan katanya mau joging dulu," sela Dheva

"Yauda abis makan ajalah"

Tatapan mata Clara sangat mencurigakan. Dengan mata menyipit, Dheva segera menganalisa Pergerakan Clara yang mencurigakan didepannya.

'hem.. mencurigakan' batinnya.

___________

-TBC-

#Nm

avataravatar
Next chapter