3 Harta, Tahta, Nyawa Adelia

DHEVA, menoleh dengan cepat ke arah Clara yang mengepalkan kedua tangannya. Raut wajah nya sangat kentara ingin menggigit wanita di depannya.

Dengan gerakan patah-patah, ia kembali menoleh ke arah Adelia yang tengah memesan pesanan dan meneguk ludah dengan susah payah.

Alamat mati dicincang ibunda jika tau anak kelinci nya berkelahi di kedai mie ayam.

"Depa ayo pulang." Ajak Clara

"hm? tapi mie ayam nya belum--"

"Pulang !!" sentak nya.

Dheva hanya menghela nafas dan mulai beranjak dari tempat duduk. Clara mengekor dari belakang, perbedaan kontras untuk tinggi membuat mereka terlihat menggemaskan.

Clara hanya sebatas pundak bawah Dheva, ia tak bisa leluasa melihat ke depan karena perbedaan tinggi dan tubuh mungilnya total tenggelam dibalik punggung kekasihnya.

Saat mereka ingin bergegas pergi, Adelia menghalangi jalan Dheva dengan berkacak pinggang.

"Mau kemana?" tanya nya sinis.

Baju berwarna kuning dengan dipadukan celana pendek berbahan dasar kain berwarna hitam senada. Surai hitam panjang hingga sebatas pinggang, poni gelapnya menutupi dahi mulus nya. Belahan dada yang sengaja ia perlihatkan menambah daya tarik Adelia.

Adelia menaikan dagu dengan alis terangkat satu. Lengan yang ia sisihkan serta paha putih dan mulus membuat Dheva hampir kehilangan fokus.

Adelia menghalang dengan cepat, Clara yang sedari tadi mengekor dibelakang Dheva tertabrak dengan hidung yang menabrak lebih dulu permukaan punggung kokoh kekasih nya.

Menghasilkan lenguhan pelan dan nyaring, sangat menggemaskan jika didengar.

"Awh ! sakithh." Ringis Clara

Suara tubrukan kecil terdengar, bukan apa-apa. Tetapi, dengan tubuh Dheva yang terlatih, cukup membuat Clara meringis kesakitan karena proporsi badan nya yang kokoh.

Dengan posisi hampir terjungkal, Dheva segera berbalik dengan wajah khawatir. Ia segera memeluk kekasihnya dan menggumam minta maaf dengan lirih.

Pucuk hidung Clara memerah, ringisan kecil terdengar dan mata bulat nya berair. Dheva yang menjadi tersangka semakin dilanda rasa menyesal dan panik menjadi satu.

"Clara?! kamu gapapa kan? Ra?!"

Dengan posisi yang masih saling memeluk, Clara mendongakkan wajahnya, Dapat dilihat raut kesakitan yang kentara, Dheva tak henti-hentinya mengusap lembut seluruh permukaan wajah sang kekasih.

"gapapa kan? sayang? hey? masih sakit? maafin aku ya?" Tanya nya dengan nada khawatir.

Clara menggalungkan tangannya pada pinggang kekasihnya, memeluk dengan pipi bulatnya total menempel pada pundak kekasihnya.

"Sakit.." adunya dengan nada manja.

mata bulat nya terlihat sayu, bibir nya mengerucut dan ia kembali menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Dheva.

Dheva menghela nafas penuh penyesalan, ia mengusap lembut kepala Clara dengan penuh kasih sayang, suara gumaman abstrak terdengar, samar-samar tak jelas karena Clara total mengubur wajahnya pada dada bidang kekasihnya.

"udah ya?, ayo ambil dulu pesanannya, nanti pelanggan yang lain nunggu, kan ga enak." Pinta Dheva dengan hati-hati

Clara mengangguk, terlihat wajahnya dengan bibir peach yang mengerucut, dan pipi gembil yang ia gembungkan. Ciri-ciri seorang Clara jika sedang badmood atau tak nyaman dengan sesuatu.

"ewh, drama picisan apa ini?" Sindir Adelia.

Dheva kembali menghela nafas dan menarik tangan kekasihnya. Ia menautkan jari mereka hingga jari kecil Clara hilang di antara telapak tangan Dheva yang besar dan hangat.

"Ah udahlah Del, gausa mancing ribut." Pinta Dheva lelah

"dih? siapa yang mancing ribut mas? Adel kan cuma bilang drama picisan?"

"Drama picisan apa maksudnya?" sela Clara. Alis nya menukik dengan tajam, tautan tangan nya dan Dheva mengerat.

Sebelah tangan yang terbebas hilang dimakan Hoodie putih oversize miliknya. Tanpa di ketahui bahwa tangan mungil didalamnya mengepal erat.

Adelia yang tengah memandangi kuku bercat merah miliknya segera teralih saat mendengar suara Clara.

"huh? masih gatau? gue yakin Lo ga sebodoh itu." Tekannya dengan seyuman sinis.

Dheva yang terhimpit dua aura pertarungan hanya meneguk ludah kasar, "udah ayo ah pergi." Dengan cepat ia menarik lembut tangan Clara.

Sampai pada ia tersentak karena Clara yang menahan pergelangan dengan posisi menyentak.

"kena--"

"Lo bener, Seenggaknya manusia pintar ini punya pasangan sendiri. Dibanding harus mengemis perhatian pasangan manusia lain, atau.. bisa disetarakan dengan hewan?" balas nya sengit.

Dheva kembali panik, ia segera memeluk pundak Clara dan mengajak untuk segera pergi dari tempat itu.

"Oh ya? apa peduli gue?" Pancing Adelia.

Clara segera menarik lengan Dheva dengan kasar, ia memeluk lengan besar itu dengan senyum manis dan mendongak ke arah wajah Dheva yang sangat minim jarak di depannya.

"Ayo sayang kita pergi, males denger kicauan makhluk goib." Sindir nya, Clara sengaja menekan kata 'sayang' yang ditujukan kepada Dheva. sengaja memancing keributan di samping nya

Dheva dengan cepat mengangguk, segera melenggang pergi saat suara Adelia kembali menyela dalam keheningan.

"Jangan lupa chat aku nanti ya mas !!" teriaknya.

"Ogah !!" balas Dheva dengan sengit.

Tawa Clara meledak, beberapa meter dari jarak mereka, Clara berbalik dan menjulurkan lidah tanda mengejek.

kemudian tertawa sinis dan kembali memeluk lengan kekasihnya dengan mesra.

Adelia hanya mendengus, tak peduli dengan beberapa pasang mata yang melihat adegan mereka tadi. Pak julo pun hanya mampu diam dan melayani beberapa pembeli.

Saat dirasa jam mulai menjelang terik, ia mengibas-ngibaskan jaket ketat miliknya.

"Hai manis, sama siapa nih?" Goda seorang pria brewokan dengan perut buncit dan tinggi badan sebatas bahu Adelia.

Adelia hanya mendecih seraya merapikan rambut panjangnya, mengikat dengan anggun dan mendekat ke arah pak Julo yang tengah meracik bumbu mie ayam.

"Pesanan saya yang mana pak?"

"Oh? yang ini neng, silahkan"

"Makasih pak, ini bayaran nya ya."

Adelia bergegas ke arah motor Vespa nya yang terparkir rapi, ia segera memakai helm dan pandangan nya teralih pada ponsel yang berada di saku kirinya.

Adelia hanya mampu bersmirk ria saat melihat kontak Dheva yang tertera, foto profil kucing yang terpotong setengah membuat emosinya naik dengan cepat.

Foto couple yang menjadi tren untuk anak-anak muda yang tengah menjalin hubungan, cukup membuat Adelia semakin iri.

Ia menatap nanar foto profil Dheva dan mulai menghela nafas berat.

Mungkin di lain waktu, bukan sekarang. Pikirnya

________

Disepanjang jalan menuju rumah yang berada di komplek C, diwarnai dengan grutuan tak jelas dari si manis.

Anakan kelinci itu sedari tadi mengomel tak jelas dengan gumaman abstrak terdengar.

"Apasih Ndut? dari tadi ngomel aja."

"Apasih ! gausa ganggu-ganggu !!" Sentak nya dengan pandangan sengit.

Dheva mati-matian menahan ledakan tawa, sungguh. Raut wajah Clara yang sedang marah sangat menggemaskan, apalagi suara gumaman tak jelas yang ia keluarkan persis seperti anak kecil yang tengah marah karena permen nya yang di ambil.

"Yauda nanti aku--"

"Ga ! kamu pasti diem-diem chattingan sama Adelia kan!" Clara menunjuk wajah Dheva dengan beringas, nafas nya naik turun dengan pandangan tajam.

Anggap saja mengerikan, karena jatuhnya sangat menggemaskan Dimata Dheva.

Dheva mengulum senyum dan sedikit mengalihkan pandangan ke area sekitar.

'ya tuhan, kenapa gue dapet makhluk unyu kayak gini?! demi apapun pengen injek trus kepala nya di sepak, pasti tambah gemesin' Batinnya konyol.

"Gamau ! pokoknya gamau ngomong!"

ia memalingkan pandangan dengan pipi membulat, Dheva menahan kekehan yang akan keluar.

kemudian samar-samar getaran ponsel nya terasa.

Ia segera merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel yang ia bawa, disana tertera; ibunda ratu.

Ibunda Ratu :

Pulang ! atau ayam nya dihabisin

Ayah !

Dheva :

Sabar ibund, ini lagi di jalan kok

Ibunda Ratu :

Sekalian nitip cabe sekilo

Dheva :

dih? dah mau Deket malah disuruh beli cabe

#BrokenHome

Ibunda Ratu :

Lebay banget bujank

udah ga ada bantahan

beliin atau ga masakin ayam lagi

bye.

-read.-

_________

Dheva hanya mendengus Saat membaca pesan teks dari ibunya. Sampai pada ia melihat ke depan dan terbelalak.

"Eh !! CLARA !!"

___________

-TBC-

#Nm

avataravatar
Next chapter