1 Menemukan Tespek

Sore itu Intan yang sudah pulang dari kantor segera bergegas masuk ke dalam rumah karena mobil yang mengangkut sampah sebentar lagi sampai di depan rumahnya.

Intan melihat bahwa sampah-sampah di rumahnya belum dikeluarkan oleh Bi Ijah dan Ani.

"Haish... kayaknya mereka lupa keluarin sampah deh!" rutuk Intan sembari memasukan sampah-sampah yang ada di semua tong sampah ke dalam plastik hitam besar.

Sampai di ruang dapur, Intan mengangkat plastik yang ada di dalam tong sampah dapur, namun naas tangannya tergelincir dan membuat plastik yang berisi sampah itu berserakan di atas lantai.

Intan bergegas memunguti sampai yang berceceran itu, namun gerakan tangannya tiba-tiba terhenti saat kedua mata Intan melihat ada sebuah tespek tergeletak di antara sampah-sampah itu.

"Tespek" gumamnya

Intan mengambil tespek itu dan melihat ada dua garis warna merah tercetak disana.

"Tespek siapa ini?!" Intan bertanya-tanya dalam hati.

"Kalau punya Bi Ijah tidak mungkin!" sangkal Intan. "Bi Ijah kan sudah tidak bisa hamil lagi. Selain itu Bi Ijah tidak mungkin membuang tespek di tong sampah rumah ini. Dia kan pulang pergi!" Intan mulai berpikir kembali. "Ataukah ini punya Ani?!" Intan kini mulai mencurigai Ani pembantu muda di rumah ini yang merangkap sebagai pengurus Kakek Anwar yang sudah lanjut usia.

Tiiit tiit tiit

Suara klakson mobil pengangkut sampah mengklakson rumah Intan karena tidak ada kantung sampah di depan rumah ini.

"Mobilnya sudah dateng!" Intan bergegas mengambil plastik setengah kiloan dan memasukan tespek itu ke dalam plastik setengah kiloan itu sebelum memasukannya ke saku jasnya.

Semua sampah yang berserakan segera dipunguti oleh Intan tanpa rasa jijik karena dia sedang diburu waktu.

Intan segera berlarian keluar rumah sambil membawa dua kantong plastik besar sampah dengan sedikit kepayahan karena bobotnya lumayan berat.

"Ini Pak!" Intan menyerahkan kantong plastik sampah itu ke petugas yang bertugas mengambil sampah di komplek ini.

"Loh kok malah Ibu yang keluarin sampahnya?!" tanya petugas sampah itu yang usianya sekitar dua puluh limaan.

"Lagi tidak ada orang di rumah!" jawab Intan. "Bi Ijah kayaknya tadi siang kelupaan tidak mengeluarkan sampah keluar rumah!" lanjut Intan.

"Lah kalau Ani kemana?!" petugas muda itu yang bernama Indro melongok ke sana ke sini mencari keberadaan Ani.

"Kurang tahu kalau Ani!" jawab Intan. "Mungkin dia lagi nganterin anak saya main ke rumah tetangga sebelah!" ucap Intan mengira-ngira

"Oh. Kalau gitu permisi!" petugas itu segera melanjutkan tugasnya.

"Makasih ya sudah ditungguin" ucap Intan sedikit berteriak karena dia tadi lupa mengucapkan kata terimakasih sudah ditungguin oleh petugas itu.

Besok adalah hari libur panjang, jika hari ini sampah di rumah Intan tidak segera di keluarkan, maka akan sangat menumpuk setelah tiga hari ke depan, karena para petugas itu libur di tanggal merah.

Intan masuk kembali ke rumahnya, dia langsung mencuci tangan begitu sampai di ruang dapur.

Pikiran Intan melayang memikirkan tentang tespek di saku jasnya.

Intan masuk ke dalam ruang kamarnya, lalu menyimpan tespek itu di tempat yang aman dan langsung mengunci laci itu.

Intan membersihkan dirinya di kamar mandi dengan perasaan yang tidak tenang karena tespek yang Intan yakini adalah milik Ani.

"Sebenarnya siapa yang sudah berani-beraninya menghamili pembantuku?!" gumam Intan bertanya-tanya saat air shower mengguyur tubuhnya.

"Bisa-bisanya aku kecolongan seperti ini!" kesal Intan yang tidak menyangka dirinya bisa kecolongan dan tidak bisa menjaga pembantu termudanya dengan baik.

"Padahal orang tua Ani sudah menitipkan Ani padaku!" Intan menerawang satu tahun yang lalu saat dia dan keluarganya main ke kampung halaman Ani, pembantu yang sudah bekerja selama dua tahun di rumahnya namun sudah Intan anggap seperti adik sendiri.

"Jika mereka bertanya(tentang kehamilan Ani), aku harus jawab apa?!" Intan pusing memikirkan hal ini.

"Kira-kira laki-laki bejat mana yang telah menodai Ani?!" kepal Intan sambil sedikit memukul tembok di depannya dengan kepalan tangannya.

"Apa Indro?!" Intan tahu bahwa Indro naksir kepada Ani, dan Ani pun sering malu-malu saat digoda oleh Indro.

"Ataukah Hendri satpam rumah sebelah?!" Intan kini mengarahkan tuduhannya kepada Hendri satpam rumah sebelah yang dulu pernah minta ijin mengajak Ani pergi ke pasar malam. "Sepertinya Hendri!" putus Intan saat dirinya ingat bahwa Ani kerap berteleponan dengan Hendri, satpam rumah sebelah.

"Tapi bisa jadi juga Ricko suamiku!" gumam Intan yang tidak ingin melewatkan satu pun tersangka yang kemungkinan adalah pelaku sesungguhnya.

***

Intan sedang menyapu halaman rumah depan karena berdebu.

Intan ini orangnya tidak tahan jika melihat ada sesuatu yang kotor, makanya dia turun tangan menyapu halaman rumahnya.

Mobil Ricko memasuki gerbang pintu rumah ini, mobil itu terhenti di tempat parkir, anak kedua Intan dan Ricko yang masih kecil sekitar usia 6 tahunan keluar dari dalam mobil dibantu oleh kakak perempuannya yang sudah berusia tiga belas tahun.

Ani pembantu termuda di rumah ini juga keluar dari dalam mobil itu disusul oleh Ricko.

"Kalian habis dari mana?" tanya Intan yang sudah mendekat ke arah tempat parkir.

"Kami habis dari tempat hiburan, Ma!" jawab Ilham anak kedua mereka yang paling bungsu.

"Permisi, Bu!" Ani memilih untuk segera pergi dari tempat parkir karena hari sudah sore dan sudah saatnya Kakek Anwar makan malam.

"Iya!" Intan mengangguk dan membiarkan Ani berlalu dari tempat ini.

Intan ingin sekali langsung menanyai Ani tentang tespek yang dia temukan, namun setelah dipikir-pikir dia memilih mengurungkan niatnya.

Intan ingin menyelidikinya sendiri saja, jika ditodong dan bertanya langsung, Ani bisa mengelak dengan berbagai alasan, seperti tespek itu bukan punya dia dan bla bla bla.

"Sore sayang!" sapa Ricko yang langsung memeluk Intan dari belakang.

Intan tersenyum ke arah Ricko yang saat ini sedang memeluknya.

"Kenapa kalian semua tinggalin Mama?!" rajuk Intan yang tidak terima tidak diajak ke tempat hiburan bersama mereka semua.

"Mama kan belum pulang! Kalau nungguin Mama pulang kerja, tempatnya keburu tutup, Ma!" sahut Ilham.

"Maaf ya!" Ricko mengecup pipi kanan Intan di depan kedua anaknya.

"Hiss" desis Intan. "Jangan terlalu mesra di depan anak-anak, Mas!" pinta Intan.

"Lha kenapa?!" Ricko mempertanyakan

"Takut tidak baik bagi tumbuh kembang mereka! Tolong lepas pelukanmu juga!" ucap Intan sambil melepaskan pelukannya Ricko dari tubuhnya.

"Kan bukan adegan uhuk-uhuk, yank!" timpal Ricko

"Ah tetap saja!" sahut Intan yang merasa kalau kemesraan yang terlalu berlebihan bisa berdampak buruk bagi anak-anak mereka.

Tiba-tiba Intan baru menyadari bahwa aroma tubuh suaminya agak aneh, aroma tubuhnya seperti orang baru selesai mandi.

"Mas kamu abis mandi ya?"

"Hah!" Ricko kaget dan langsung gugup mendapatkan pertanyaan seperti itu.

***

Author's note : Pembaca yang baik adalah pembaca yang menghargai para penulis dengan memberikan tekan bintang, komen, dan dukungannya.

Saya yakin semua reader cantik di wattpad, NT, Webnovel akan vote, komen, dan share cerita pertamaku.

Salam kenal dari Author Uhuk😏

avataravatar
Next chapter