10 9. Gini Aja Baper

Aku pun mengakhiri praktikum hari ini dengan sedih karena aku tak berhasil mendapatkan nilai yang memuaskan saat tes awal dan tes akhir Praktikum APSI.

Aku pun seketika teringat, aku akan pulang bareng JP malam ini. Aku kembali bersemangat namun aku juga takut JP akan lupa atau berubah pikiran maka saat keluar lab, sebelum aku keluar lab, aku ingin memastikan lagi.

JP mengikuti praktikum APSI di kelasku karena jadwaL kuliah APSInya di kelasku sehingga harus mengambil praktikumnya juga menyesuaikan dengan kelasku. Jika praktikum begini, yang mengajarkan adalah Kating yang merupakan anggota laboraturium yang memang bertugas mengajari praktikum.

Begitu praktikum ditutup aku menunggu JP yang duduk di belakang berjalan ke depan pintu keluar lab.

"Jep!" sapaku.

"Iya, Van."

"Jadi nganterin gue ke kontrakan kan?"

"Iya Vanya jadi..." JP pun tersenyum lebar.

Aku pun bernfas lega. Aku takut banget sejujurnya jika dia berubah pikiran.

"Ayo!" ajaknya.

"Ayo kemana?" aku bingung.

"Ayoo pulang lah!"

"Oh iya..." Aku cengengesan.

Lalu di depan pintu sudah menunggu Keisha. "Nya, gue udah dapet tebengan! Gue barang Richard!" Keisha menunjuk Richard yang berdiri di sampingnya.

"Iya Kei, gue juga udah. Ini JP yang bakal nganterin gue!" Aku menunjuk JP disampingku.

Keisha terkejut dengan kehadiran JP.

Ia memandangi JP dengan sekasama , Ia pun mengangguk. "O... Yaudah, tadinya aku mau minta tolong Ilyas kalo kamu belum dapet tebengan."

"Gapapa biar Vanya sama gue aja!" ujar JP.

"Yuk ke parkiran!" ujar Richard.

Kami berempat pun berjalan menuku parkiran motor.

Rasanya kakiku sudah tak sakit lagi, aku sudah lupa rasa sakit di kakiku.

Kami pun tiba di parkiran motor.

"Gue ambil motor dulu ya!" ujar JP.

"Gue juga!" Richard mengikuti.

Aku dan Keisha menunggu di depan parkiran saja tak ikut ke dalam parkiran.

Akhirnya setelah beberapa menit, mereka pun keluar membawa motor mereka masing- masing.

"Nunggu ngabisin sebatang dulu ya!" Richard pun mengeluarkan bungkus rokok dari saku celananya.

Keisha pun menyetujuinya.

JP juga menunggu Richard merokok dahulu. "Tungguin Richard dulu ya Van!"

"Iya, gapapa kok Jep!" Aku pun menurut saja.

Keisha menceletuk. "Lo ga ngerokok Jep? Kayanya gue ga pernah ngeliat lo ngerokok deh Jep?"

"Ngerokok ga bagus buat jantung Kei!"

"Taeee lo Jep!" celetuk Richard. "Lu ngemeng rokok ga baik!"

"Emang kenyataanyanya kan Cad!"

Aku hanya diam saja mendengar mereka bersenda gurau. Berusaha tak ikutan.

"Jep, lo lagi pedekate kan sama si PP!"

"PP yang mana lagi? Pevita Pearce?"

"Ah pura- pura ga inget lo Jep! Taek emang lu!"

"Omongan lu dari tadi Cad!"

"Cewe yang mana lagi? Yang ada dari dulu gue ditikung mulu ama temen masalah cewek!" ujar JP.

Richard pun tertawa. "Oh, sory... Gue emang ga seganteng lu Jep, tapi gue selalu gercep kalo masalah cewe! Ga kaya lu yang selalu bergerak lamban dan udah keburu ditikung!"

Keisha pun tertawa saja.

"Tenang, masih banyak cewek Jep!" ujar Richard menenangkan JP. "Lo kan gampang banget dapet Cewek, Jep! Banyak yang naksir sama lu, Jep!"

"Siapa sih yang suka ama gue? Ngaco aja lu Cad!" ujar JP merendah. "Lebay banget emang Richard!"

Keisha pun cekikikan.

"Dasar lu sih susah tipenya!" ujar Richard.

"Siapa bilang? Gue gampang kok, asal ceweknya mau ama gue, gue ayo aja... tapi ga tahu siapa yang lagi jomblo sekarang!" ujar JP sembari manggut- manggut.

Keisha menceletuk. "Lah ini, sohib gue jomblo Jep!" Ia menunjukku.

Aku pun tertegun. Aku yang dari tadi diam malah menjadi bahan bully.

"Nya, lo mau kan sama JP?" tanya Richard.

Aku pun tak menjawab apa- apa. Batinku. Jangan gini dong bercandanya, kalian ga tahu kalo aku nanti jadi baper.

JP pun mengalihkan. "Udah- udah, si Vanya ga mungkin lah naksir sama gue!"

Aku pun menghela nafas panjang.

"Yuk, balik aja... rokok lu tinggal dikit buang aja lah!" ujar JP.

Aku pun berjalan mendekati motor JP. Ia pun memakai helmnya. Aku melihat sisa jok motor di belakang JP tinggal sedikit sekali.

"Gue naik nih Jep?"

"Iya... Ayo naik!" JP sudah menyetarter motornya.

Aku melihat box motornya yang besar.

"Jep, ini boksnya gede banget ya..." Aku berpikir. Ini emang muat kalo aku duduk di belakangnya JP?

"iya gede, bisa diisi apa aja tuh!" ujarnya.

"Emang buat bawa apa sih?"

"Sepatu, tas, helem..."

"Wah, serbaguna banget ya!"

"Iya, sampe bayi aja bisa masuk kesitu!"

Aku pun bergidik. Batinku. Bisa aja bercandanya si JP.

"Bayinya siapa lagi yang mau dimasukin..." timpalku.

JP hanya tersenyum dibalik helmnya.

"Ayo naik Van!"

"OK, gue naik nih Jep! Lo tahan ya!"

"Iya... gue kuat kok!"

Aku pun mau tak mau naik ke jok belakang motor JP dengan memegang pundak JP sembari menaiki gagang kaki motor Mionya.

JP dengan pasrahnya pundaknya aku pegang. Aku pun akhirnya berhasil duduk di belakang motor JP. Aku membetulkan rokku agar sampai ke bawah lutut. Untungnya aku pakai legging panjang jadi tak masalah dengan betisku.

Jarak antara JP dan aku terlalu dekat. Ini sangat sesak untukku. Aku berusaha menjaga jarak antara JP dan aku. Aku juga tak mungkin menyentuh JP sesempit apaun sisa joknya di belakangku.

Richard pun memimpin di depan, sementara Jp mengikuti saja.

"Jep, masih inget GANG rumah gue kan?"

"Masih dong!"

"Jep, berat ya bawa gue?" Aku serius loh bertanya ini.

"Iya nih... berat, gue kaya bawa dua box sekarang!"

Aku pun ingin menabok pundak JP rasanya mendengar candaannya, namun aku berusaha menahannya.

Tiba- tiba JP mengolengkan motornya ke kanan dan ke kiri.

Aku pun terkejut.

"JP... ati- ati...." ujarku ingin merintih ketakutan.

"Maaf Van..."

Entah Dia sengaja atau tidak, yang jelas Dia membuatku baper. Aku diajak bercanda aja baper. Bagaimana ini?

Untungnya aku masih bisa mengontrol jantungku agar tak terlalu kelihatan aku sedang deg- degan berada di dekatnya. Aku hanya takut Ia menyadari jika Aku sudah mulai merasakan sesuatu kepadanya.

Akhirnya tak lama kami pun tiba di depan kontrakanku. Sementara Richard dan Keisha sudah sampai duluan di depan. Richard tampak ingin blik arah.

"Jep balik duluan ya gue!" Richard pun berlalu.

JP membalas. "Ati- ati Chard!"

Aku pun akhirnya diturunkan dari motor JP. Aku dengan susah payah akhirnya bisa turun dari motor JP.

Ini jauh lebih baik, daripada tadi siang harus naik vespanya Dido.

"Gue mau balik dulu ya Van..."

"Iya, Jep!" Aku pun menunggui JP sampai balik arah baru masuk ke dalam rumah mengunci pintu.

Maka begitu JP pulang, aku pun langsung masuk dan mengunci semua pintu karena sudah tak ada lagi yang akan keluar.

Lagi- lagi rasanya aku seperti abis pulang darimana sama pacarku, halusinasiku berjalan sempurna dengan didukung dengan kejadian hari ini.

Oh Tuhan, terlalu berat rasanya untuk tak mulai jatuh cinta dengan dia. Aku harus bagaimana lagi menghentikan perasaan ini. Semua ini terlalu kebetulan, aku tak mampu mengehentikan perasaan ini.

**

avataravatar
Next chapter