5 4. Denting Piano

Ketika kau diam-diam memperhatikan dia dari jauh, padahal kenal saja baru. Entah apa yang membuat jantung ini berdebar ketika mataku menatapnya.

(Nyanya, 2012)

Aku berjalan buru- buru menuju ke Gedung rektorat. Aku membawa tas berisi laptop, dengan buku dan proposal di tanganku. Di kampusku memang tidak boleh berkeliaran kemndaaraan bermotor sehingga kemana- mana harus jalan kaki untuk mengitari kampus. Untungnya semua gedung di kampusku masih cukup berdekatan sehingga masih bisa diusakan berjalan kaki meski kadang kakiku mejadi gempor karena kemana- mana di area kampus harus jalan kaki. Ya, hitung- hitung olah raga.

Aku sudah punya janji dengan Rana untuk rapat sekretaris BEMT di Ruang Kesekretariatan BEMT namun Rana sedang ada urusan di Gedung Rektorat yaitu mengajukan proposal kepada Rektor. Karena kebetulan Gedung Rektor masih searah ke Gedung Kesekretariatan Mahasiswa, maka aku pun memutuskan mapir saja ke Gedung Rektor. Gedung Kesekretariatan Mahasiswa jaraknya masih sekitar 400 meter lagi dari Gedung Rektor karena Gedung Kesekretariatan memang letaknya paling ujung, atau paling belakang kampusku.

Aku pun mengirim pesan BBM kepada Rana jika aku menunggu di lobi Gedung saja.

Rana pun membalas pesanku.

Rana: Nya, ke Aula rektorat aja sini!

Aku: Aku nunggu di lobi aja, Ran.

Rana: Ya gpp kesini aja Nya!

Aku: Ok deh

Aku pun menyanggupi permintaan Rana.

Untung Aula Rektorat lantai 1, yaudah deh aku samperin aja si Rana.

Aku pun masuk ke dalam gedung menuju aulanya.

Dari aku masuk ke gedung aula sudah terdengar suara denting piano. Di latar panggung aula Gedung rektorat terlihat seorang wanita bernyanyi diiringi sesorang yang tak bisa kulihat bermain piano duduk di depan [piano Gedung Rektorat.

Masihkah mungkin

Ku kembali tuk mengisi harimu

Yang jelas hati

Ku tak lagi sanggup jauh darimu

Aku kan berjanji

Takkan mengulang segala kesalahan

Aku kan mengabdi

Pada satu cinta dan itu dirimu

Jujur ku hanya seorang wanita

Yang terkadang tak lepas dari goda

Harus kumiliki

Kesempatan tuk menyayangmu lagi

Aku kan berjanji

Takkan mengulang segala kesalahan

Aku kan mengabdi

Pada satu cinta dan itu dirimu

Jujur ku hanya seorang Wanita

Yang terkadang tak lepas dari goda

(Pada Satu Cinta, Glen Fredly)

Aku terlarut dengan permainan piano dan suara Rana yang mendayu- dayu menyanyikan lagu tersebut.

Aku sampai terbius dan terhipnotis karena permainan piano orang yang aku tidak tahu itu.

Begitu Rana selesai menyanyi, aku pun sontak menekan buku yang kubawa di tangan ke dadaku agar aku bisa bertepuk tangan.

Prok! Prok! Prok!

"Ran, bagus Ran..." Aku sumringah menatap Rana.

Rana balas tersenyum.

Seorang Pria berdiri dari tempat duduk piano hitam besar tersebut.

Mataku terbelalak melihat siapa yang ada di balik piano tersebut.

"Thanks ya Jep, lo udah mau ngiringin gue." Rana tersenyum kepada Pria tersebut.

"Je... Jepe..." ujarku agak terbata- bata karena masih syok.

"Eh ada Vanya." Jepe sontak melemparkan senyum manisnya kepadaku.

Aku pun menjadi salting. "Eh... iya Jepe. Gue mau pergi ke sekre sama Rana."

"Sebenernya Aku udah selesai dari tadi Nya, tapi berhubung kamu mau kesini yaudah aku nunggu kamu aja sampe sini. Terus pas banget ternyata Jepe juga baru selesai urusannya sama Admin Rektor. Ya udah kita ngejam aja deh disini. Itung- itung latihan buat perform bulan depan pelepasan wisuda Kating." Rana pun menjelaskan.

"Pelepasan wisuda?" Aku pun heran.

"Hehehe... Aku yang bakal nyanyi buat pelepasan wisuda bulan depan Nya. Suaraku kurang bagus ya Nya?"

Aku lagsung menggeleng. "Ran, suara kamu bagus kok!"

"Alhamdulillah... makasih. Kalo Jepe udah langganan selalu jadi pengisi piano di acara- acara fakultas jadi udah pasti Jepe lagi yang ngiribg piano besok."

"O... JP yang main piano..."

"Iya Nya, kan tahun kemarin juga JP, terus yang pas kita ospek juga JP yang ngisi band. Kamu lupa atau kamu ga tahu?" tanya Rana.

Aku pun sontak mengelak. "Ya tahu lah Ran... tahu aku..." Aku pun cengengesan sembari menatap Rana dan JP.

JP menimpali. "Ga tahu juga gapapa Van."

"Enggak kok, tahu aku Jep!" timpalku lagi.

"JP ini anak jazz ITNB Nya, jadi dia famous gitu jadi anak band kampus." Rana memuji JP sembari melirik JP.

Batinku. Sumpah aku kuper amat yak, mana aku tahu JP sefamous itu sih! Aku aja baru tahu juga kalo ITNB ada UKM jazznya. Tapi denger JP main piano bener- bener buat gue tambah kagum sama dia, apalagi dia udah cukup famous di kampus.

"Nya, kamu sekelompok tubes APSI sama JP juga kan?" tanya Rana.

Aku mengangguk. "Heeh..."

"Jep, bae- bae lo ya sekelompok nubes ama temen gue!" canda Rana.

JP hanya menyengir saja.

Aku malah sedikit kikuk.

Aku berdiri di depan JP dan aku merasa seperti kurcaci bersebelahan dengannya.

Dandanan JP memang seperti urakan namun itu berbanding terbalik apabila mendengar suaranya yang halus dan agak serak- serak basah. Ia kini sedikit merapikan rambut gondrongnya tak seperti beberapa hari yang lalu nampak lebih berantakan. Jarang- jarang aku akan terpana dengan pemilik rambut gondrong dan penampilan berantakan seperti ini. Ketika JP tersenyum, Aku menjadi tambah salting. Serius, dia nampak menawan dengan senyun yang memancar dari bibir tipisnya.

Aku pun akhirnya melanjutkan perjalanan dengan Rana untuk ke Gedung Kesekretariatan dan kami pun berpisah dengan JP.

"Jepe, gue sama Nyanya duluan ya..." ujar Rana.

Aku malah udah dululuan melengos tak memberi salam perpisahan untuk JP. Aku terlalu malu untuk sekedar menyapanya.

JP membalas."Yo... ati- ati Ran, Van!"

Aku alan duluan dengan ritme langkah yang lebih cepat dan semakin cepat. Aku takut jantungku menjadi tidak baik- baik saja melihat senyuman dan mengingat permainan piano JP.

Rana ikut berjalan cepat mengikuti langkahku. "Kita harus buru- buru, 10 menit lagi rapatnya mulai!"

"iya Ran!"

**

Aku juga tidak tahu mengapa tiba- tiba dadaku berdebar dengan kencang karena JP. Ini pasti aku lagi jatuh cinta sama JP? Aku yakin inicuma bertahan sebulan seperti biasanya.. aku ga pernah lama suka sama orang, iya palingan aku Cuma kagum kok sama JP. Bulan depan juga udah buyar semua ini.

Aku meyakinkan diriku dengan pikiran seperti itu supaya aku bisa mensugesti diriku bisa melupakan perasanku yang tak menentu ini kepada JP.

Tuhan dengar doaku... Kumohon!

**

avataravatar
Next chapter