22 21. Aku Mulai jadi Bucin?

"Mending Gue gotong Vivi ke bawah sekarang!"

"Iya Jep, Gue bantuin gotong Vivi."

"Bismillah aja bisa turun!" JP memastikan lagi keadaan Vivi yang nampak semakin parah.

"Kak Galang, Vivi nggakpapa kok! Vivi masih kuat jalan ke bawah!" ujar Vivi.

Fajar tiba- tiba datang menghampiri dari bawah bukit. Nafasnya masih terengal- engal. "Yuk Vi, mobilnya udah siap di bawah! Kita ke puskesmas sekarang!"

JP pun membantu Vivi berdiri, juga Fajar mebantu Vivi berjalan menuju bawah bukit.

"Ran, Aku nitip perlengkapan PMI ke Kamu ya! Aku mau nganterin Vivi ke puskesmas!" pintaku.

"Sok, Nya... Aku bakal gantiin Kamu di Medis! Kamu teh tenang aja ya Nya!"

"Thanks banget ya Ran!"

Aku pun menyusul Mereka bertiga dengan bergegas menuruni bukit. Aaku berjalan mengikuti Mereka di belakang, membantu menuntun Vivi dari belakang, jaga- jaga jika Vivi benar- benar pingsan.

Akhirnya Kami sampai di bawah bukut dimana, Randy sudah siap dengan mobilnya membawa Vivi ke puskesmas.

Fajar dan JP mendudukan Vivi di jok belkang dengan perlahan. Aku pun duduk di sebelah Vivi dan membantu Vivi yang kepalanya pusing dengan memeijat kepala Vivi pelan- pelan.

JP pun memberikan pesan terakhir sebelum Kamqi berangkat ke puskesmas.

"Vanya, thanks banget ya... Gue nitip Vivi ke lo!" ujar JP sembari menatapku dengan penuh percaya.

Batinku. Tatapan JP ga pernah gagal membuat jantungku berdegup lebih kencang, kali ini mungkin bukan moment yang tepat memikirkan tatapan JP namun Aku nggak bisa mengendalikan perasaan ini yang bisa meleleh dengan ditatap seperti itu olehnya.

Aku pun mengangguk. "Jep, lo nggak usah khawatir! Lao lanjutin aja acara Kita! Gue bakal semaksimal mungkin ngurusin masalah Vivi!"

JP tersenyum hangat kepadaku dan Aku pun tak bisa menghapuskan senyumannya itu begitu saja.

Pintu mobil pun ditutup.

Randy mulai menjalankan mobilnya.

Tampak JP berdiri di pinggir jalan, seakan menunggui mobil menjauh. Aku menoleh ke belakang melihatnya berdiri, namun bayangannya semakin lama semakin kecil dan menghilang.

**

Aku bangun dari tidurku, rasanya hariku penuh dengan bunga- bunga yang wanginya semerbak.

Perutku sangat geli, seakan- akan kupu- kupu sdang bermain- main di dalam kerongkonganku, hinggap kesana kemari.

Rasanya, hari mendung, tetap Aku bilang cerah.

Tak ada kata gelap maupun abu- abau dalam kamusku pada hari itu. Semua serba merah muda.

"Nya, Kamu kenapa?" tanya Tiara dengan tatapan yang seakan- akan mengintimidasiku.

"Paan sih Ra? Aaku nggak kenapa- napa!"

Aku mendadak merasa awkward saat Tiara menatapku dengan begitu tajam.

"Kamu lagi jatuh cinta ya?!" terka Tiara.

Batinku. Mampus Gue! Tiara kok bisa tahu?!

"Ngaku! Iya kan Kamu lagi falling in love?!" terka Tiara sembari menunjuk tangannya kepadaku.

Aku maerasa kelu ingin bersilat lidah karena Aaku tak bisa bohong di depan Tiara, karena Tiara pasti akan menangkap kebohonganku. "Eng... Eanggakk..."

"Jangan bohong Kamu Nya! Mata Kamu udah menjelaskan semuanya!"

"Mataku kenapa?!" tanyaku mendadak bodoh, walau sebenarnya Aku memang bodoh.

"Nya, Cowok yang sering kesini ngerjain tugas sama Kamu itu siapa namanya?!" tanya Tiara sembari tersenyum licik.

"Banyak, cowok yang suka kesini banyak Ra!" elakku.

Tiara menggeleng. "No, no, no... Cuma ada atu yang paling sering, yang lain gantian. Tapi satu cowok yang satu ini paling sering datang kesini!"

"Semua cowok yang datang kesini tujuannya ya kan mau belajar atau nugas! Aku nggak pernah ngapain- ngapain!" elakku dengan gugup.

Tiara tak bisa menahan tawaku. "Cowok yang kata Keisha jago main piano, yang tampangnya manis banget itu loh..."

Batinku. Tiara kok bisa tahu? Sial! Sumpah, Aku benar- benar nggak bisa bohong ya sama Dia?!

Tiara geleng- geleng. "Kayanya tebakanku bener ya?!"

"Tiara, jangan bilang siapa- siapa ya..." Aku memohon.

"Ya ampun... Aku nggak akan bilang siapa- siapa Nya! Asal kamu harus cerita!"

"Aaku pasti cerita kok!"

"Sekarang aja?!"

Aku pun mengangguk. "Baiklah kalau itu mau kamu! Aku bakal ceritain sekarang!"

"Nah gitu... kalau suka sama orang itu nggak bisa Cuma dipendam aja, cerita..."

"Tapi ngomong- ngomong, kok kamu bisa nebak isi kepalaku sih? Kok Kamu bisa tahu kalau Aku..."

"Gampang banget kali lihat Kamu salting kalau lagi jatuh cinta! Di jidat Kamu ada tulisannya Saya sedang jatuh cinta!" ujar Tiara sembari tertawa puas.

"Bangke si Tiara! Ya masa beneran seterlihat itu Gue kalau falling in love!" ujarku sembari menggerutu.

"Jangankan Aku, Fira sama Keisha juga bisa ngelihat Kamu lagi jatuh cinta kali! Bukan AKU DOANG!"

"Ah serius?" Aku tentu sangat terkejut.

"Mata Kamu tuh ya kalau sama siapa namanya?"

"JP!"

"Iya JP... itu seakan berbinar- binar, beda deh... Kamu shy- shy cat banegt kalau depan JP! Aku aja gemes loh lihatnya!"

"Tiara... Aaku kan jadi tambah malu! Kamu pakai perjelas lagi!" ujarku.

Tiara masih tertawa melihat reaksiku yang memasang wajah setengah stres.

"JP kira- kira ngeh nggak ya?" tanyaku panik.

"Eanggak tahu juga ya... tapi biasanya cowok ada feeling kok kalau cewek suka sama Dia. Harusnya sih..."

"Harusnya dia sadar?" tanyaku sembari membelalakan mataku yang bulat semakin lebar.

"Sabar, sabar... Eanggak belum tentu! Tergantung cowoknya juga!" ujar Tiara menenangkanku. "Udah biasa aja... Kamu nggak usah gimana- gimana... Toh Dia masih biasa aja kan ke Kamu?"

"Biasanya Dia tuh... baik banget Ra..."

"Kamu mujiin JP terus, udah jadi bucin jangan- jangan?!"

"Ya belum sampe tahap itu lah!" sangkalku.

"Udah tenang aja, semua akan baik- baik aja asalkan Kamu tetap bersikap biasa aja di depan JP. Maungkin memang Dia belum ngeh kalau Kamu ada rasa ke Dia..."

"Semoga ya Tiara... Aku takut banget kalau ketahuan!" ujarku panik.

**

Di depan gedung Kesekretariatan Mahasiswa, para pengurus BEMT sedanqg berkumpul. Disitu ada Aaku dan Keisha, serta teman- teman lainnya.

Kami sedang ada acara pengumuman kelulusan peserta LDKO. Akan ada sesi penyerahan simbolis ditutupnya acara LDKO priode tahun 2012 ini.

Aku, Rana, Ayu dam Keisha berbincang- bnincang berempat mengingat peristiwa LDKO jaman kami maupun LDKO yang baru saja selesai.

"Ih sumpah, padahal Aaku mau ikutan ngeLDKOin anak- anak baru! Sayang banget sih acaranya bentrok sama acaraq labku!" ujar Ayu yang masih kesal karen harus memilih kegiatan lab ketimbang jadi panitia malam inagurasi LDKO.

"Acaranya gitu- gitu aja kok Ay... nggakpapa!" ujar Rana menenangkan.

"Bukan gitu Ran, Aaku kan mau balas dendam! Tahun kemarin udaqh dikerjain abis- abisan di LDKO, eh giliran mau ngeLDKO malah bentrok!" keluh Ayu.

"Niat kamu udah jelek sih Ay! Makanya Kamu nggak direstuinjadi panitia malam puncak LDKO!" celetukku.

"Sial! Tapi Kamu bener juga sih!"

"Siapa tumbalnya kemarin?"

"Hilman!"

"Si Hilman calon kandidat anak Pengmas?" tanya Ayu.

"Kamu kok tahu Dia calon anak Pengmas?" tanyaku.

"Di interviewnya jelas banget Dia paling tertarik sama Pengmas! Jadi pasti udah ditag sama Fajar anaknya! Iya kan Kei?"

"Setahu Aku malah Dia dilirik sama Humas juga deh Ay!" ujar Rana.

"Udahlah... Nanti lihat aja Dia masuk Departemen mana... siapa tahu ternyata Dia lebih milih jadi anak Departemen Ristek?!" ujar Keisha.

Akhirnya pergibahan kami selesai.

Acara penutupan pun dimulai.

JP selaku ketua panitia acara membuka dan memberikan pidato singkat, lalu dilanjut pidato singkat dari Kak Afdhal.

Dari belakang barisan para peserta, beberapa panitia telah menyiapkan selang dan meniram para peserta. Selebrasi menyiram dengan air ini sudha menjadi selebrasi turun menurun penutupan LDKO.

Paraq peserta tak bisa menghindar dan terkena air dari selang yang disemprot oleh beberapa pengurus BMT.

Suasana tampak girang dan pecah pada malam itu.

Aku berniat ke kamar mandi di belakang. Aku berjalan menuju ke balik gedung Kesekretariatan.

Tak sengaja Aku melihat JP, Randy, dan Richard disana, namu Aku tak berani menampakan batang hidungku, Aku berniat menunggu mereka pergi baru Aku lewat jalan itu. Namun sialnya Mereka bukannya pergi tapi malah menyalakan rokok Mereka masing- masing.

Mereka pun mulai menghisap batang rokok mereka dan mengepulkan asapnya ke atas.

Richard merokok sembari berjongkok dan menitikan abu rokoknya ke bawah.

"Jadi lo dah jadian nih Jep ama si anak ITB?"

"Tae lo Jep... alus banget PDKT Lo!" umpat Randy sembari iseng ingin menyundutkan rokoknya ke Richard!"

"Au!" teriak Richard yang terkena sundutan di sikunya. "Anjeer lu ya Ran, yang ditaein JP, yang disundut Gue!" Ia kesal sembari mengusap sikunya.

"Eh sorry Chad, kagak sengaja..." ujar Randy tertawa sembari menghisap rokoknya.

"Berisik banget sih! Gue nggak perlu buat pengumuman juga kali, kalau udah jadian!" ujar JP.

"PJ nggak boleh lewat ye Jep!" ujar Randy.

JP hanya tersenyum- senyum saja.

"Gue mau cabut duluan kayanya!" ujar JP.

"Baru kemaren jadian, udah jadi bucin lo Jep?!" celetuk Randy.

"Kaya lo dong Chad! Bucin ama pembokatnya Edwina!" ujar Randy.

"Anjir, puas banget lo ya Ran ngatain Gue!"

Aku mendengar percakapan para lelaki itu dari balik tembok terasa 'DEG'. Aku mengurungkan niatku melewati Mereka dan Aku pun berjalan berbalik arah.

Saat Aaku berjalan seseorang mendekatiku dari belakang. "Van!"

**

avataravatar
Next chapter