18 17. Siluet Pengakuan

Aku mengarahkan motorku menuju kampus, seperti biasa, hari ini kuliahku nggak terlalu padat, ya seperti biasanya aja, kuliah, pulang, kalau ada rapat organisasi ya lanjut rapat. Di belakangku, tentu ada Keisha yang senantiasa selalu bersamaku setidaknya jika berangkat kuliah.

Kami pun tiba di kampus, hari ini ku jalani hari dengan biasa, pokoknya benar- benar biasa saja deh!

Sampai pada akhirnya ada pesan broadcasat jika hari ini ada rapat PANSUS LDKO sore ini.

"Apa? Hari ini rapat LDKO?" Rana menyipitkan matanya kepadaku.

"Ran... Aku dibroadcast message sama JP. Kamu masa nggak dapet?"

"Halah... JP keterlaluan banget! Dia Cuma ngebroadcast kau doang kali... Aku mana ada... Dia nggak ngrim BBM apalagi SMS ke Aku ya..."

"Baru hari ini kok Ran! Mungkin masih pending kalau di Kamu!" ujarku mencoba menghibur Rana.

"Halah... JP... JP..." ujar Rana geleng- geleng.

Tiba- tiba Ayu menimpali. "Jangan- jangan yang diajak rapat kamu doang kali Nya!" Ia cekikan.

"Ngaco sih Ayu!" ujarku.

"Coba Aku tanya Fajar..." ujar Keisha.

"Tanya Abang Fajarnya ya Kei..." Ayu melirik Keisha seakan sedang menggoda Keisha.

Keisha pun menghubungi Fajar.

"Halo Fajar, sore ini Kamu ada rapat?"

"Iya... Hari ini rapat LDKO plus sparing futsal anak BEMT, Kei... Kamu ikut aja nanti nemenin nonton futsal kalo nggak ada jadwal kuliah!" jawab Fajar.

"Oh Ok..."

Keisha pun menutup pembicaraannya dengan Fajar.

"Udah gitu doang?" Ayu memandangi Keisha.

Keisha menyipitkan matanya. "Kamu apaan sih Yu?"

Ayu terus menatap Keisha dengan senyuman menggoda.

"Kata Fajar ada rapat kok sore ini, tapi emang sekalian ada sparing futsal cowo-cowo."

Tiba- tiba Rana mendapat pesan. "Nih, baru masuk broadcastnya JP!" Ia menunjukan Hpnya kepada Kita semua.

"Tuh kan... makanya jangan negatif thinking dulu Ran!" ujar Ayu sembari menggeleng- geleng.

"Yaudah, Kita kosong jadwal kuliah sampai nanti sore kan? Langsung ke sekre aja yuk!" ajak Ayu.

"Yang rapat siapa, yang semangat siapa!" ujar Rana geleng- geleng.

Kami pun bersama- sama pergi ke Kesekretariatan BEMT.

**

Kami pun menyelesaikan rapat Pansus LDKO.

Cowok- cowok BEMT yang sudah ada di Kesekretariatan BEMT untuk berlatih futsal di lapanan futsal yang sebelumnya telah selain JP adalah Randy, Fajar, Richard, Dido, Wildan, dan Ilham. Mereka sudah membooking terlebih dahulu lapangan futsal kampus yang jaraknya tak terlalu jauh dari Gedung Kesekretariatan. Sementara cowok- cowok lainnya yang akan ikut latihan menunggu langsung ke lapangan tanpa mampir dahulu ke Kesekretariatan BMT.

"Kalian cewek- cewek lanjut pada mau nonton kita kan?" tanya Richard.

Disini selain ada Aku, Rana, Ayu, dan Keisha, ada juga Wanda, Della, dan Hani.

"Tergantung..." ujar Della.

"Del, lo jangan pacaran mulu ama Depoy!" ujar Richard. "Bilangin Depoy, kuat nggak tuh satu babak aja ke lapangan!"

"Brisik lo Cad! Depoy lagi nggak enak badan tahu!"

"Alasan aja si Depoy!" celetuk Dido.

"Udah deh, Gue balik duluan ya!" ujar Della.

"Ya Del... udah mau balik aja?" tanya JP.

"Sorry ya Jep, Gue nggak bisa nonton kalian sparing!" Della pun menelgos keluar ruangan.

Lalu Ayu pun tiba- tiba mendapatkan pesan. "Aku juga mau balik duluan ya... Sorry banget nggak jadi nonton kalin sparing... Beneran deh, Aku ada urusan mendadak!" ujar Ayu.

Ayu pun berdiri.

"Aku juga..." ujarku. Aku sendiri agak bingung dan agak panik melihat Ayu yang memilih pulang, tak jadi menonton sparing futsal. Aku sebenernya mau ikut nonton, tapi... Aku sendiri nggak mau terlalu lama melihat JP, rasanya bercampur aduk jika terus melihat orang itu. Aku saja benar- benar penuh usaha agar bisa seprofesional mungkin jika harus berhadapan dengan pekerjaan maupun tugas kuliah dengan Dia. Ini sih mending Aku pulang saja, toh nggak ada lagi alasan Aku bertahan disini.

"Loh... Lo mau pulang juga, Vanya?" tanya JP tiba- tiba.

"Iya Nya? Kalau Kamu pulang, entar Aku pulang sama siapa?" tanya Keisha.

"Ada Aku..." celetuk Fajar.

Ayu cekikan. "Udah boleh nih? Udah mau go..."

Keisha menimpali langsung. "Fajar, nggak usah repot- repot."

"Kei, Aku..." Aku hampir gemetar saat JP menatapku langsung.

"Lo emang lagi ada urusan juga, Van?" tanya JP lagi. "Nggak jadi mau nonton futsal?"

Aku pun tak bisa menolak JP. "Eng... Iya... Gue ikut nonton futsal kok hari ini!" jawabku agak terbata- bata.

"Kita mau ganti baju nih... Kalian mau di dalam atau keluar?" tanya Dido sembari tersenyum- senyum.

"Iya ini mau keluar Do!" ujar Wanda ketus.

**

Kami pun sudah berada di Lapangan Futsal Kampus, ternyata yang dibooking adalah lapangan futsal yang outdoor bukan indoor. Suasana senja sangat indah. Mereka berlatih futsal di bawah sinar matahari yang sudah teduh.

Aku bersama Rana, Keisha, Wanda dan Hani duduk di pinggir lapangan menonton performance futsal cowok- cowok BEMT.

Di babak pertama ini, JP ikut main. Ia ditempatkan sebagai gelandang. Ia berlari mengejar bola. Tubuhnya yang tinggi seakan hampir menggapai matahari. Aku melihat seakan- akan matahari tepat di atas kepala JP. Seragam futsal kuningnya membuatnya terlihat semakin bersinar. Siluet tubuhnya sangat proposional. Aku pun diam- diam mengeluarkan Hpku.

Tanpa bersuara. Kamera Hpku menangkap foto JP dari belakang. Lalu yang tak kalah penting adalah Aku menangkap gambar siluetnya tersebut. Kamera Hpku memang tak sebagus itu hasil jeperetannya namun cukup lumayan jika hanya untuk mengambil gambar seperti ini.

Matahari dan JP.

Aku tak tahu apakah ini sangat mengerikan, Aku sendiri tak pernah berniat dengaja mengambil foto JP. Aku pun takut- takut saat mengambil fotonya sehingga yang berani kufoto hanya gambarnya dari belakang dan juga siluetnya saja. Aku tak berani lagi mengambil gambarnya setelah ini.

Akhirnya waktunya istirahat.

Ku melihat ke arah JP yang mana tubuhnya dipenuhi peluh keringat. Rambut gondrongnya seketika menjadi lepek terkena keringatnya. Di mataku Ia semakin tampan jika berkeringat.

JP pun mendekati tempatku duduk. Ia pun mengambil air minum di dekatku. Ia berdiri tepat di depanku yang tengah duduk di bawahnya. Matahari pun terhalang oleh tubuhnya hingga membuatku teduh. Senyumnya mengembang. Aku semakin sulit untuk berkata.

Ia pun berpaling dari hadapanku, matahari kembali menyapaku.

JP pun mengibaskan rambutnya dan mengguyur kepalanya dengan air.

Aku hanya bisa menelan ludah dan menggenggam Hpku erat- erat.

Batinku. Aku sadar... sadar kok... Aku masih sadar... Aku harus tahu diri, nggak boleh suka apalagi cinta sama Dia... cukup Vanya.

Aku pun terus menolak perasaanku yang sudah terlanjur terbentuk ini.

**

Di kamar kontrakanku, Aku sibuk mengejarkan tugas- tugas kuliahku hingga larut malam.

Kini waktu sudah menunjukan pukul setengah dua belas malam.

Mataku pun mulai sudah terkantuk- kantuk, namun karena tugas belum juga selesai, Aku harus menahan rasa kantuk tersebut sampai tugasnya tuntas.

Aku pun mencari intermezzo agar rasa kantukku tak semakin membara dengan membuka sosial media.

Aku menemukan foto yang baru diupload oleh JP. Ia mengupload foto- foto saat Kita survey tempat Malam puncak LDKO di Sumedang.

Aku pun buru- buru membuka album foto di FB JP tersebut. Ia mengupload semua foto, tanpa terkecuali termasuk foto saat kami berfoto bersama, termasuk foto candidku dan JP yang diambil oleh Fajar.

Aku pun langsung menyimpan foto tersebut ke folder dalam Laptopku, begitu juga foto saat bersama- sama, Aku berdiri tepat di sebelah JP. Tentu ini adalah foto langka untukku.

Diam- diam, Aku terus memadang foto JP sendiri yang berdiri dengan pemandangan belakang kebun teh dan tampak seperti ada pelangi di atasnya. Aku pun menyimpan satu foto tersebut sebagai dokumentasi pribadiku di folder laptopku.

Kini pikiranku sudah semakin kacau, mengingat waktu pun telah hampir menunjukan jam 12 malam.

Aku pun tiba- tiba terpikirkan suatu hal yang cukup gila dan tak pernah menyangka jika Aku senekat ini.

Aku pun mengingat seminar ESQ yang pernah Aku hadiri. Jika Kita ingin sesuatu, Kita harus memvisualisasikan keinginan kita tersebut.

'Galang Jaya Pradipta is My Future Husband'

Tanpa suara. Kamera Hpku mengabadikan sebuah foto.

**

avataravatar
Next chapter