1 Romeo Aurora

Untuk Romeo cintanya telah mengakar dalam. Romeo memang telah merenggut hal yang berharga dari seorang wanita, tapi memiliki wanita itu seutuhnya bukan karena hasrat semata. Tapi telah Romeo kalungkan pada jiwanya Aurora hanya miliknya.

Kenakalan kedua anak remaja ini di dalam kelas yang telah kosong. Seragam coklat Romeo kusut ulah dari tangan Aurora saat pelepasan ia rasakan, Romeo yang terus membantu pergerakan Aurora di atasnya tidak bermasalah dengan itu.

Bibir keduanya terus saling menguasai, rambut panjang Aurora hampir menutupi wajah Romeo. Lelaki itu kembali mengangkat panggul Aurora untuk bergerak, ia belum mencapai kepuasannya.

Aurora sudah hampir kewalahan menghadapi Romeo rasanya ia lebih baik berbaring daripada bergerak memancing Romeo untuk mencapai klimaksnya, sungguh sangat melelahkan. Disaat Aurora terus meleleh hangat, Romeo malah semakin menyeringai puas.

***

Empat tahun yang lalu keduanya masih remaja dan kini keduanya sudah dewasa dan sama-sama berada di perguruan tinggi. Salah satu universitas terbesar di kota ini. Tempat keduanya melanjutkan kuliah. Romeo yang memiliki jiwa arogan tidak segan memelintir tangan siswa lain penghuni kampus. Seperti sekarang.

Laki-laki itu terus meringis satu tangan kanannya dipelintir oleh Romeo. Rasanya Romeo tidak ingin berhenti jika tidak berhasil mematahkan tangannya.

"Ma-maaf, saya tidak sengaja. Nanti saya ambilkan kembali." Nampan makanan yang berserakan di lantai menjadi bukti jika laki-laki berkaca mata hitam besar berbingkai hitam itu bersalah terhadap Romeo.

"Kau pikir aku akan mau makan di sini lagi!" hanya Romeo yang memiliki suara rendah namun dingin seperti itu.

Jika sudah seperti ini tidak ada yang berani mengganggu Romeo sekalipun itu sahabatnya. Axel hanya bersandar pada dinding menunggu lelaki itu menyelesaikan semua amarahnya. Atau mungkin Aurora sedang halangan jadi lelaki itu tidak bisa mendapatkan jatahnya.

Axel melihat jam tangannya. Latihan akan segera dimulai. "Kau bisa menyelesaikannya lebih cepat!? Atau bisa lain waktu kau selesaikan! Kita sudah ditunggu Dominic di tempat latihan."

Tatapan Romeo saat ini seperti hewan buas membuat nyali lelaki berkacamata itu semakin mengecil, kerah yang Romeo cengkram saja sudah terasa sesak bagaimana jika ia merasakan tulang tangan Romeo. Rome sudah mengepal hendak meninjunya. Lelaki itu sudah menutup matanya ketakutan.

Tidak berapa lama Romeo seakan mendengar tetesan air. Romeo melihat ke arah kantai. Lelaki itu terkencing di celana.

Masih dengan suara dalam juga bergetar. "Ma-maaf. Saya tidak sengaja. Tadi saya buru-buru takut kehabisan, itu menu favoritku yang hanya bisa aku rasakan satu bulan sekali."

Tidak banyak manusia yang bisa merasakan bergelimang harta seperti Romeo yang dengan mudah mengganti menu makannya sehari bisa tiga kali bahkan lebih.

"Kau sedang jadi penjahat? Seharusnya jangan di sini. Ini tempat makan penghuni sekolah!" Aurora melihat mata Romeo lekat, berdiri di sebelah lelaki berkacamata itu di depan Rome. Jika diartikan Romeo tadi tubuhnya diselimuti api, sekarang saat Romeo melihat Aurora, api itu seketika padam.

"Babby, jangan seperti itu! Kau menghilangkan harga diriku, di sini." Romeo seketika melepaskan kerah baju anak itu dan menatap Aurora tidak suka.

Sedangkan dua sahabatnya Axel dan Deren hanya mengulum senyum, ketika melihat lelaki urakan itu langsung menjadi budak cinta saat berhadapan dengan Aurora. Menjijikan memang Romeo!

"Iya, kau harus mendengarkan itu! Kau membuat anak lain ketakutan," timpal Axel yang menambah menghancurkan harga diri Romeo. Romeo sekarang sudah benar-benar melepaskan lelaki itu.

Aurora membantu Samwel membereskan buku yang berserakan di lantai ulah kekasihnya tadi. Sedangkan Romeo melihat malas apa yang dilakukan kekasihnya itu. "Baby! Hentikan, membantu lelaki lain di hadapanku! Lebih baik kau menolongku, saat ini aku lapar karena makananku tumpah olehnya! Bab, kau dengar aku?!" tangan Romeo kembali hendak terayun meninju Samwel yang so semakin mencari perhatian Aranya.

Aurora mencegahnya. "Romeo! Dia tidak sengaja! Kau sudah mendengar penjelasannya." Aurora beralih pada Samwel. Romeo semakin geram apalagi saat ia melihat senyum tipis Samwel yang jelas mengagumi Aurora.

"Jaga matamu!" nyalang saat ini mata Romeo. Dua sahabatnya yang melihat ingin sekali terpingkal pingkal menertawakan saat jagoan jalanan takluk pada wanita.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Aurora yang tidak memperdulikan bagaimana cemburunya Romeo saat ini. Bahkan seakan disepelekan.

"Terimmma, kasih. Ara," gagap Samwel mengucapkan dibawah intimidasi tatapan tajam Romeo. Ia memilih segera berlalu, mengerikan melihat tajam tatapan Romeo di belakang Aurora seakan mengancamnya. Bahkan sekarang Romeo menggerakan tanganya di leher seakan akan segera memotong kepala Samwel.

Samwel melesat pergi.

Pasangan ini sudah terkenal seantero universitas jangan harap akan ada wanita yang bisa menggantikan Aurora di hati Romeo ataupun sekedar duduk di sampingnya. Jangan mimpi! Lelaki itu benar-benar budak cinta Aurora. Banyak yang menyayangkan wajah setampan itu hanya terpaku satu wanita saja tanpa mencicipi wanita lain. Tapi, cinta Romeo tidak akan bisa diukur seberapa dalam dan luasnya, mungkin semesta mengetahui itu.

Romeo merangkul pinggang Aurora membawanya menjauh dari semua perhatian, atau lelaki yang diam-diam juga memperhatikannya. "Kau harus dihukum, Ara! Kau berani tersenyum pada laki-laki lain dan membantunya, kau selingkuh dariku."

Aurora tertawa kecil. "Mana bisa seperti itu dikatakan selingkuh, Meo! Aku tidak menerima tuduhanmu itu, apalagi harus menerima hukuman. Aku tidak mau!"

Romeo tidak menerima penolakan apa yang diinginkan harus dilakukan saat ini. Ia membawa Aurora keluar dari sekolah menuju parkiran, tentu saja dengan penolakan. "Aku masih ada kelas, Romeo! Aku tidak bisa ikut." Sedikit pemaksaan Aurora bisa terlepas dari tangan lebar lelaki itu. Lelaki yang sudah hampir empat tahun menjadi kekasihnya juga penghangat ranjangnya.

Romeo adalah atlet balap mobil. Axel berperan sebagai manajernya sedangkan Deren bertugas sebagai mekaniknya yang terakhir Dominic orang yang membawa Romeo pada kesuksesan saat ini.

Mobil balap itu sudah menggerung untuk memanaskan mesinnya. Romeo bersiap di balik kemudi siap melesat bersama kecepatan, memompa adrenalin. Kecepatan ditembus saat jalan lurus dan melewati barusa orang yang ada di tribun penonton yang masih terbatas karena hari ini hanya sesi latihan.

Aurora ada di antara para penonton, setelah kelasnya selesai Aurora langsung menyusul ke tempat latihan Romeo. Jika Aurora katakan tidak akan datang, itu bohong. Kenyataannya ia selalu datang disetiap latihan maupun pertandingan Romeo. Aurora menyukai bagaimana lelaki itu begitu menikmati pekerjaannya.

Cinta pertama itu memang ada dan Aurora sangat menyadari itu, bagaimana ia saat remaja untuk pertama kalinya melihat Romeo, entah mengapa ada rasa yang muncul begitu saja. saat itu Aurora tidak pernah menyadari jika itu yang disebut cinta. Untuk sekarang Aurora tidak akan bisa mundur lagi

avataravatar
Next chapter