6 Perayaan Terakhir Lajang ⭐

Novel ini hanya ada di aplikasi WebNovel kalau ada di aplikasi lain berarti dibajak

Saya kasih catatan karena udah banyaknya kasus novel dibajak, dan saya kena, ga dapet royalti

Jadi bagi pembaca belum tahu apa itu aplikasi WebNovel, kalian bisa download aplikasi bertuliskan WebNovel di playstore

Di WebNovel koinnya lebih murah dan ada voucher baca gratis sampai 3 loh

Terima kasih,

Nona_ge

***

Mereka berdua berhasil keluar dengan bantuan Mia, meskipun awalnya tidak suka ide ini yang bisa membuat citra Faye buruk.

Ketika cukup jauh dari restoran, mereka berhenti untuk mengobrol mau main ke mana.

"Aku tentu saja mau main dengan temanku," kata Denis.

"Aku tidak mungkin main dengan temanmu," kata Faye, sudah cukup berhadapan dengan satu Denis, ia tidak mau ada dua apalagi tiga Denis merayunya.

"Kalau begitu kita berpisah di sini, Fay," kata Denis dengan santainya.

Faye menyipitkan matanya jengkel. Ia rela merelakan harga dirinya demi Denis tapi Denis malah membuangnya? Berani sekali, jika begitu ia juga akan menikmati dirinya, "Baiklah, aku mau ke klub malam."

Denis berhenti melangkah dan kembali pada Faye, "Apa kau bilang?"

Faye menyeringai samar akan mudahnya Denis dipancing, kasihan, "Maksudku, ini hari terakhirku berstatus lajang jadi aku akan menikmati diriku," Ia berhenti untuk berpikir sesaat, "mungkin menyewa beberapa penari lelaki~"

Denis ternganga mendengarnya, "Oh, hell no! Sebagai suamimu, aku tidak mengijinkan mu Fay!" katanya, "tidak tahukah klub malam itu keamanannya rendah? Berbahaya!"

Faye tertawa aka rasa cemburu Denis begitu terlihat di matanya sampai-sampai mencoba menutupi dengan alasan logis, "Aku ke klub malam elit. Kau tahu klub 'Shappire'? Di sana keamanannya ketat sekali bahkan pegawai memakai nama palsu demi privasi mereka. Aku ke sana jika sedang butuh hiburan," Ia menjelaskan santai.

"Aku baru dengar," kata Denis, "apa pun itu aku tetap melarangmu, Fay."

"Sayang, kau belum resmi menjadi suamiku~" kata Faye sambil melemparkan ciuman main-main, "aku duluan, ada lelaki tampan yang perlu aku goda~"

Denis langsung mengejar, "Aku ikut!"

"Tidak menyenangkan kalau kau ikut, carilah tempat lain," kata Faye ketus.

"Sayangnya kau bukan istriku Fay, aku bebas melakukan apa pun yang aku mau," Denis membalas dengan menggunakan kata-kata Faye.

Faye mengepalkan tangannya emosi menahan untuk tidak memukul Denis, "Jangan bergurau, carilah tempat lain bersenang-senang."

Denis malah melenggang pergi, "Seperti ada yang bicara, iya?" ejeknya.

Giliran Faye yang mengejar, "Kau ini, iya!"

***

Pada akhirnya, Faye dan Denis bersama ke klub 'Shappire', klub malam paling elit di kota New York. Mereka mengantri terlebih dahulu untuk diperiksa keamanan.

Denis tampak terkagum, "Aku baru lihat ada klub seketat ini," katanya, "pemiliknya pasti orangnya paranoid," Ia bergurau yang garing di telinga Faye.

"Well, Denis, pemilik klub ini menjunjung tinggi keselamatan pengunjungnya meskipun artinya kau membayar lebih mahal dari klub lain, tetapi lebih baik membayar lebih mahal ketimbang kehilangan nyawamu," kata Faye panjang lebar.

"Santai saja, sayang~" kata Denis, "aku akan melindungi mu kok~" Ia berjanji tetapi mengedipkan mata menggoda memberikan sinyal yang sulit diartikan Faye apa lelucon atau bukan.

Inilah yang tidak mengenakan, Faye mau pesta lajang, tapi calon suaminya malah ikut, enak dari mananya coba? Yang ada Denis bakal mengusik lelaki yang mencoba menggodanya.

"Hm ...," Kecuali Faye mengambil ruangan VVIP klub, yang yakin Denis takkan mungkin sanggup membayar mengingat ke restoran sebagai Sugar Baby-nya. Bibirnya menyeringai kecil.

Tiba saatnya pemeriksaan mereka, Faye menunjukan kartu identitas dan kartu VVIP yang dimilikinya ke Bodyguard klub yang lalu memeriksa keaslian barangnya setelah semua oke, baru mengecek seluruh tubuhnya, yang mengecek Bodyguard perempuan tentu saja.

Itulah yang Faye suka dari klub ini, mereka menghormati privasi perempuan, beruntung sekali yang menjadi kekasih pemilik klub.

"Aku bersama dia, Alen," kata Faye menunjuk Denis yang berada di sampingnya.

Bodyguard bernama Alen melirik Denis melalui bahu Faye sebelum mengangguk.

Faye menoleh ke Denis, "Dadah sayang~" Ia melemparkan ciuman manja.

"Eh? Fay, tunggu!" Denis tentu saja berusaha menangkap Faye, tapi Alen menghentikannya karena belum diperiksa.

Faye masuk ke dalam, segera naik ke lantai atas agar Denis tidak menemukannya, di sana lebih sedikit orangnya, kebanyakan di sini para artis atau pengusaha, di sini juga suka ada penyanyi terkenal menyanyi khusus VVIP tentunya.

Tetapi sekarang bukan keberuntungannya, tidak ada penyanyi, jadi para pengunjung menyanyi bergantian, terkadang membuat telinga Faye sakit karena mereka tidak tahu cara bernyanyi, namun tidak protes karena memiliki hak bersenang-senang, ini bukan klub miliknya lagipula.

Faye memesan minuman seperti biasa, dan teringat mau memesan penari seksi, namun niatnya menjadi turun karena Denis.

"Hm ...," Irama musik yang pelan berubah ketika salah seorang pengunjung mulai menyanyi rap sambil memainkan alat DJ di atas panggung.

Orang itu nampaknya terampil sekali memainkannya bahkan berhasil membuat orang-orang yang tadinya hanya minum atau mengobrol mulai berdansa.

Faye meminum lagi. Orang itu tampak tidak asing di matanya apalagi memakai topi yang sama dengan Oliver punya, "Oliver punya!?" Ia sontak berdiri untuk memperhatikan lebih dan alangkah terkejutnya mengetahui kalau yang memainkan musik ternyata Denis.

Faye tidak tahu Denis bisa main musik apalagi rap, yang terpenting dari ini semua bagaimana bisa Denis masuk VVIP!? Ia yakin sekali Denis takkan bawa uang karena tugas sebagai Sugar Baby.

Kecuali Denis memang membawanya sebagai jaga-jaga. Tentu bisa membayar, pekerjaan Denis itu Sugar Baby, uang yang diberikannya pasti belum habis.

Faye mengambil minum lagi, tubuhnya mulai terasa ringan dan ingin sekali berdansa juga melihat orang-orang menikmati alunan musik yang Denis mainkan.

"Hm ...." Faye berjalan ke lantai dansa, dan mulai berdansa mengikuti orang-orang, dan di saat itu juga merasakan ada yang menyentuh pinggangnya. Ia yang memang ingin menikmati masa lajang dan alkohol yang sudah mempengaruhi tak menolaknya.

Sayangnya musik berhenti, Denis menyingkir, digantikan oleh orang yang mungkin bekerja di situ.

Faye ikutan berhenti berdansa, namun tangan yang berada di pinggangnya tidak menyingkir justru orang itu membisikan sesuatu yang membuatnya mual.

"Mau membawa ini ke tempat lain, babe?"

Faye membalikan tubuhnya, dilihatnya seorang pria muda berambut cokelat mengedipkan mata nakal padanya, "Ah ... bagaimana, iya? Aku ma—" Sebelum sempat menyelesaikan kata-katanya, suara berat memotongnya.

"Kau tidak akan bersama siapa-siapa."

Faye dan pria muda itu menoleh secara bersamaan, dan memutar bola matanya mengetahui itu hanyalah Sugar Baby-nya, "Acuhkan dia, dia bukan siapa-siapaku."

"Sungguh~?" Pria itu menatap Faye lagi dengan menggoda.

"Aku bilang kau takkan bersama siapa-siapa," kata Denis ketus, "Pak, lebih baik tinggalkan dia, dia sudah menikah denganku, lihat tuh cincin kami berpasangan," Ia menjelaskan sambil mengangkat tangan Faye dan dirinya secara bersamaan, menunjukan cincin mereka kepada pria itu.

"Kau menikah!?" Pria itu syok, "sorry man, aku tidak maksud mengganggu istrimu."

Denis mengangguk, "Tak apa, man."

"Alex Enzo." Pria itu memperkenalkan diri.

"Denis." Denis juga memperkenalkan diri.

Faye syok melihat mereka berdua saling berjabat tangan dengan akurnya.

Apakah ini yang dinamakan akhir yang bahagia?

"Membosankan," sindir Faye lalu tertawa, "akan lebih seru kalau kalian berantem demi aku, ayo! Berkelahi! Perebutkan aku!" perintahnya, lalu cegukan akibat alkohol yang mulai bekerja ke sistem tubuhku.

Alex dan Denis menatap Faye seakan di depannya wanita aneh.

"Aku pikir sudah saatnya kau berhenti minum, Nona," kata Alex memperingati.

"Fight! Fight! Fight!" Faye berseru semangat tak menghiraukan ucapan Alex lalu tertawa lagi diikuti cegukan.

"Aku dan Alex takkan berkelahi, Fay," kata Denis.

Faye memutar bola matanya, "Membosankan~ kalau kau ingin mendapatkan cintaku, ayo berantem! Setiap wanita mendambakan dua orang pria tampan memperebutkan mereka~"

Alex mundur perlahan takut-takut, "Baiklah Nona, aku positif ijin pergi. Denis pastikan istrimu tidak minum lagi," katanya, kabur ke lantai bawah.

"Wooo~ pengecut~" Faye menyoraki sambil menunjukan jempol ke bawah.

Denis mengembuskan napasnya, "Lihat dirimu, mabuk-mabukan begini, kau itu sepertinya ketagihan alkohol, iya?"

"Aku tidak," sahut Faye lalu tertawa akan sosok Denis ada banyak dihadapannya.

"Ayo kita pulang," kata Denis.

"Tidak! Aku masih mau pesta," kata Faye ketus hendak mengambil gelas yang entah kenapa ada banyak juga di meja bar, sayangnya sebelum dapat meraihnya, Denis merebutnya, "hey!"

"Aku bilang pulang. Pulang. Faye Grace," perintah Denis begitu dingin.

Hati Faye seketika terluka mendengarnya, untuk pertama kalinya Denis berkata sedingin itu padanya "Kau jahat, Denis jahat!"

Denis terkejut akan sikap Faye yang tiba-tiba sedih, dengan segera mengelus punggung Faye, "Sayang, jangan menangis, kau sulit sekali menurut jadi aku terpaksa berkata tegas padamu," katanya lembut, "maafkan aku sayang, aku yang salah, tapi berhenti minum, iya?"

Tetapi Faye tidak begitu mendengar, ucapan Denis terdengar jauh sekali, sebelum detik berikutnya pandangan matanya menggelap.

"Faye!"

***

Faye terbangun dengan kepala dan tubuh yang terasa berat sekali, "Hm ...."

Apa yang terjadi?

Faye melirik ke depan, lagi-lagi mendapati dirinya berada di kamar asing. Ia tidak terlalu terkejut kali ini, memang suka terjadi setiap kali habis minum, Mia selalu membawanya ke hotel atau rumah dia.

Tunggu!

Faye kemarin tidak bersama Mia.

Faye terkesikap, pelan-pelan melirikkan mata ke samping, dan benar saja ada lelaki di sana tanpa mengenakan baju atasan, parahnya itu Denis. Tubuhnya membatu.

Apa yang terjadi semalam? Apakah mereka melakukan yang tidak sepantasnya lagi?

Faye segera mengecek tubuhnya dan mengembuskan napas lega mengetahui mengenakan kemeja putih yang sepertinya milik Denis dan celana yang masih melekat di kakinya. Ia kebingungan kenapa hanya baju yang diganti.

Apakah Faye melakukan sesuatu semalam?

Faye terkesikap lagi.

Tidak mungkin, 'kan?

Faye terhenyak dari pikirannya ketika Denis di sela tidur bergerak memeluk tubuhnya. Di posisi yang tidak nyaman seperti ini, Faye sungguh-sungguh bangun sepenuhnya.

Dengan mata yang masih tertutup, Denis berbisik di telinga Faye yang sensitif, "Pagi, sayang~"

"Kau sudah bangun dari tadi, 'kan?" tanya Faye curiga.

Denis tertawa kecil, akhirnya membuka mata cokelatnya, "Aku lagi enak-enak memandang keindahan, eh dianya malah bangun iya sudah aku tidur lagi~"

Faye memutar bola matanya, dan menepuk main-main pipi Denis sebelum kemudian membebaskan diri dari pelukan hangat mereka, "Kenapa kita di sini? Dan kenapa aku ini tertidur memakai bajumu?"

Denis ikut duduk, "Kau selalu menghancurkan suasana yang susah payah aku bangun, Fay. Tahukah bahwa aku susah memikirkan kata untuk meluluhkan hatimu sayang~?"

"Jawab saja," kata Faye dengan nada memerintah.

"Baiklah," kata Denis disertai tawanya, "aejujurnya semalam kau mabuk dan pingsan, sepertinya kau meminum alkohol dengan kadar tinggi, kita berpisah tidak lama, aku yakin kau takkan mungkin sudah minum lebih dari lima gelas."

Ingatan semalam mulai memasuki otak Faye lagi, ingat hanya minum tiga gelas dan anehnya sudah berhasil membuatnya mabuk, apakah ada menunya berubah sesuai tema klub juga?

Faye menoleh ke seluruh ruangan, ruangan ini terlalu mewah dan besar untuk sebuah hotel, "Jadi ini di mana?"

"Ini kamar penthouse pemilik klub 'Shappire' itu, Alex yang menawarkan kita tidur di sini semalam," kata Denis, "awalnya aku mau tidur di hotel tetapi karena kau berat—"

"Kau bilang aku apa!?" potong Faye emosi.

"Ringan! Ringan, ringan sekali dirimu, sayang ...," sahut Denis panik, "sampai aku ingin cepat memonopolimu sendiri jadi aku menerima tawaran Alex."

Faye menyipitkan matanya, rasanya bukan itu yang diucapkan, tapi dibiarkan karena membayangkan Denis semalam kerepotan membawanya.

Alex.

Faye ingat pria itu, yang berdansa dengannya semalam, di luar dugaan pria yang baik-baik.

"Lalu bagaimana dengan bajuku?" tanya Faye kalem, detik itu juga wajah serius Denis berubah drastis menjadi jahil. Ia menelan air liurnya gugup.

Apakah salah bertanya?

"Kau mau yang detail, delapan belas plus-plus atau singkat, sayang~?" Denis balik bertanya mengedipkan sebelah matanya menggoda.

Sesuatu mengatakan di kepala Faye lebih baik cari aman saja, "Nanti di sensor lagi jadi versi singkatnya saja."

Denis mengangguk, "Kau menggodaku dengan mulai membuka bajumu hingga terkoyak, tentu saja aku menolak, kau memohon-mohon hingga akhirnya tidur. Aku meminta pegawai wanita di klub untuk memakaikan kau baju supaya tidak kedinginan."

Faye tidak bisa menyembunyikan rasa malu ketika mendengar cerita Denis. Ia menjadi penasaran dengan versi panjangnya, segera menggelengkan kepala, menyingkirkan itu dari kepalanya, "Wanita di klub?"

Denis mengangguk, "Penthouse khusus pemilik klub berada di belakang klub, beruntung dia sedang tidak ada jadi Alex menawarkan kita."

"Oh ...." Faye mengerti sekarang.

Denis bangkit berdiri dan merenggangkan tubuhnya membuat Faye berpaling untuk tidak melihat ototnya.

"Ah, iya karena kita sudah berdua, aku ingin bicara mengenai kontrak menikah kita."

"Katakan padaku kesepakatannya," kata Denis.

Faye belum memikirkan ini sebetulnya, tiba-tiba sekali dan disela-sela persiapan pembukaan restoran barunya. Maka dari itu ia berkata apa pun yang ada dipikirannya, "Kau tinggal di rumahku."

"Kenapa?" Denis bertanya.

"Kau punya rumah dekat restoranku?" Faye bertanya balik yang seketika Denis diam jadi dilanjutkan ucapannya, "kau harus memiliki pekerjaan, percayalah Mamaku lebih banyak bicara jika mengetahui kau menganggur."

"Dicatat," kata Denis sambil meneguk air liurnya membayangkan diinterogasi Claudia.

"Berapa banyak uang yang kau mau?" tanya Faye.

Denis tampak terkejut, "Kau tidak menawarkan?"

Faye menganalisa Denis sambil melirik tubuh polos itu dari atas dan bawah, "Aku tidak bisa menilai berapa, aku belum tahu kelebihan serta kekuranganmu, kurasa dari wajahmu mungkin sepuluh ribu dollar?" Atau lebih mengingat Denis bisa memasak.

Denis tersanjung dengan apa yang Faye ucapkan, "Kau berpikir tinggi terhadapku, sayang~"

"Itu bukan pujian, kau dihargai olehku malah senang, sih?" kata Faye terheran-heran, kebanyakan orang akan kesal dihargai begitu, kenapa Denis suka!?

"Ada lagi?" Denis bertanya.

Faye berpikir, "Hanya itu, kita berbicara lagi kalau aku punya ide lain."

"Kalau begitu aku mau mandi, tubuhku bau alkohol," kata Denis.

Faye mengangguk, selagi menunggu selesai mandi ada baiknya mencari kesepakatan lain seperti jadwal memasak?

"Kau bisa bergabung denganku kalau mau, sayang~" Denis mulai menggoda dari dalam kamar mandi.

Faye memutar bola matanya.

Ingat.

Lelaki tetaplah lelaki.

***

Ketika selesai, mereka berdua keluar dari kamar, di sana ada Alex menonton televisi dengan bungkusan makanan ringan di tangannya.

"Terima kasih sudah diijinkan menginap, man," kata Denis.

Faye menyikut Denis, "Yang sopan sedikit," gumamnya pelan, "selamat pagi, Alex. Oh, terima kasih sudah diijinkan bermalam di sini dan memberi pakaian baru untuk kami."

Alex mengangguk, "Tak apa, lain kali jika tidak kuat minum, mintalah yang ringan saja."

Faye mengerti "Terima kasih sekali lagi," katanya, "sayangnya kami harus pulang, aku dan Denis ada kerjaan."

Alex bangkit dari duduknya, "Tentu."

Merwka berjabat tangan satu sama lain.

"Adakah sesuatu yang kalian inginkan? Kendaraan?" Alex menawarkan sopan.

Faye buru-buru menggelengkan kepala, menolak, "Tidak usah, kami baik-baik saja naik kendaraan umum kok," Ia melirik Denis yang berada di samping, menatap penuh cinta, "iya 'kan, sayang~?"

"Uh, oh, iya betul," Denis menjawab kaku, yang membuat Faye terheran-heran, tidak biasanya sampai merona begitu.

"Baiklah kalau begitu, kalian tahu kemana caranya keluar, 'kan?" tanya Alex.

"Uh ... aku ...." Denis berusaha mengingat, "sejujurnya aku lupa, man. Bisakah kau menunjukan jalan keluar?"

Alex mengangguk, "Aku antar sampai depan."

Sementara Faye tak habis pikir Denis bisa lupa jalan padahal tidak minum semalam, dari yang diingatnya.

Akhirnya Alex membimbing keluar gedung penthouse menuju. Selama di jalan, tidak ada yang mau berbicara, hanya langkah kaki yang memenuhi keheningan.

Ketika sampai di luar, Alex baru bertanya, "Jadi, kalian menikah sudah berapa lama?"

"Sebulan," kata Faye

"Seminggu," kata Denis.

Faye dan Denis saling memandang satu sama lain.

"Huh?" Alex kebingungan siapa yang harus dipercaya, "apa pengaruh alkoholnya masih ada sampai lupa sudah berapa lama kalian menikah?"

Faye segera mengambil tindakan cepat, mengalungkan tangan ke tangan Denis dan menyandarkan kepala di bahu tegap itu, "Maksud kami sudah satu bulan lebih seminggu, iya sayang~?" tanyanya melirik Denis yang entah kenapa merona merah.

"Iya, begitulah."

Faye menyipitkan matanya mendengar tak ada nada antusias sama sekali.

Alex menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Kalau begitu bersenang-senanglah kalian, aku ada kerjaan yang harus aku lakukan, sampai nanti, man," katanya melambaikan tangan sekali sebelum kembali ke dalam.

Faye membalas hingga Alex benar-benar hilang dari pandangan, menatap tajam Denis, "Kau apa-apaan, sih? Aktingmu buruk sekali, untunglah Alex tidak menanyakan hal lebih detail lagi."

"Maaf sayang," sesal Denis masih dengan rona merah di pipinya yang membuat Faye tak bisa berlama-lama marah karena terlihat imut, "jadi kau mau ke mana? Bekerja?"

Faye menggelengkan kepala tak habis pikir, "Kau bergurau, iya? Kita harus mendaftarkan pernikahan kita."

avataravatar
Next chapter