20 PREPARE FOR ENGAGEMENT

"Jadi sekitar bulan depan pak Reyhan baru akan berangkat ke Turki ya?"

"Iya pak, setelah saya resmi menikah nanti saya akan langsung berangkat ke sana dan kita bisa lakukan perubahan di perusahaan itu."

"Baik kalau begitu kami akan mulai siapkan berkas dan acara serah terima jabatan nya pak"

"Tolong siapkan juga penginapan yang tidak jauh dari kantor. Saya mau kita bisa menghemat waktu nantinya."

"Kalau soal itu bapak tenang saja, rumah mendiang kakek bapak sangat dekat dengan kantor.

Reyhan mengerutkan dahi. Seingatnya dulu rumah kakeknya cukup jauh dari kantor yang terletak di kota Istanbul sisi Eropa. Dulu sekali, ketika dia masih berusia 6 tahun, rumah kakek masih berada di Istanbul sisi Asia. Apa kakeknya sempat pindah rumah?

"Kakek pindah rumah?" tanyanya penasaran.

"Ya pak, sejak nenek anda meninggal dunia kakek tidak lagi menempati rumah lama. Beliau sangat sedih dan memutuskan untuk memulai hidup di tempat yang baru."

Oh sad! Cucu macam apa dia ini yang tega membiarkan sang kakek hidup sebatang kara di hari tuanya? Reyhan merasa dia cucu yang sangat jahat. Sebagai cucu tunggal dia merasa sangat gagal sekarang. Kakeknya yang malang itu bahkan tidak punya siapapun di dunia ini sampai menghembuskan nafas terakhirnya. Dan Reyhan, dia tidak ada disana, disisinya. Saat kakek merasa sedih, merasa merana, kesepian, Reyhan malah sibuk dengan urusannya sendiri di sini. padahal hanya dialah satu-satunya anggota keluarga yang kakek punya.

Mata cowok itu mulai berkaca-kaca. Ternyata keputusannya untuk menikah adalah keputusan yang tepat. Tapi nasi sudah jadi bubur. Kakek yang sudah berpulang tentu tidak bisa hidup lagi, dan dia tidak punya kesempatan untuk meminta maaf. Jadi sekali lagi, melalui perusahaan inilah dia akan menebus dosa-dosanya yang telah menelantarkan kakek seorang diri. Dalam hati dia berjanji akan menjadi pemimpin yang baik setelah ini.

"Baiklah, tolong urus semuanya dengan baik. Saya pastikan secepatnya saya berangkat kesana!"

"Baik pak kalau begitu kami permisi dulu!"

Dua orang utusan dari perusahaan kakek di Turki itu segera bersalaman dan meninggalkan ruang kerja Reyhan. Menyisakan dirinya yang penuh penyesalan sekarang. Ah, seandainya saja dia masih punya kesempatan untuk berbincang dengan kakeknya, pasti dia akan menghibur wajah tua itu. Ini juga menjadi peringatan keras baginya untuk bisa membahagiakan kedua orang tuanya. Ya, selagi masih ada waktu, jangan pernah sia-siakan kesempatan untuk selalu bisa saling menyayangi keluarga. Karena ingat, harta yang paling berharga adalah keluarga!

Lagi merenung gitu mendadak handphone Reyhan berbunyi. Malas-malasan dia mengambil handphone itu. Ada satu nomor berkode luar negeri yang tertera dilayar hape mahalnya.

"Kode jepang?" Reyhan mengerutkan dahi dan segera menggeser layarnya untuk menerima panggilan. Dia sengaja diam dulu, membiarkan orang diseberang sana yang memulai pembiacaraan.

"Hallo.. Reyhan? Do you still remember me, baby?"

DEG DEG DUAR!

Jantung Reyhan berdegup kencang seperti genderang mau perang. Suara ini.. suara yang paling dia kenal selama bertahun-tahun lamanya. Suara yang dulu selalu mampu membuatnya tenang. Suara dari orang yang bahkan dari dulu selalu dirindukan.

"Amora?!" Desisnya. Masih harus memastikan walaupun sudah hafal benar dengan suara itu.

"Ya Baby, Oh God, aku lega banget bisa denger suara kamu.. How are you sayang?"

Bedebah, gadis itu masih bisa menanyakan kabar setelah meninggalkan dirinya begitu saja seperti orang tidak berguna? Sungguh sebuah basa basi yang teramat basi. Reyhan menghela nafas, panjang. Memorinya kembali mengingat awal perkenalan mereka sembilan tahun yang lalu. Awal yang manis namun kini menyisakan luka yang teramat dalam.

"Iam good. Jauh lebih baik setelah kamu tinggal pergi." jawab Reyhan menohok. Sengaja, biar Amora ngerasa kesindir.

"Sayang aku minta maaf, keadaan yang bikin aku harus ngelakuin itu. Tapi disini aku selalu aja inget kamu darling.. Swear! I miss you!

Cerdas sekali dia pakai menyalahkan keadaan segala. Sudah jelas Amora dulu pergi atas kehendaknya sendiri. Reyhan gak kuat lagi, lama kelamaan dia bisa baper kalau dengar suara Amora. Cukup sudah dirinya dipermainkan gadis itu dulu. Cukup sudah harga dirinya sebagai lelaki setia tercabik-cabik. Kalau sekarang dia bilang rindu, lalu Reyhan apa? Jauh dilubuk hatinya dia juga sangat merindukan Amora. Amora yanh menjadi sumber kekuatannya selama bertahun-tahun, moodboosternya. Apalagi setelah sekian lama mereka bersama melalui banyak hal, gak akan semudah itu dia lupa semuanya. Seandainya saja memori otaknya seperti komputer, pasti Reyhan udah pencet Ctrl+A kemudian klik Delete!

"Iam busy right now. Kita sambung lain waktu... Bye!" Cowok itu segera menutup telponnya. Biar bagaimanapun Reyhan harus bisa mengontrol diri sendiri. Amora pasti sudah jadi istri orang sekarang, dan dia gak mau disebut pebinor alias perebut bini orang. Lagian kan dia sendiri juga mau menikah.

Cowok itu memijit-mijit pelipisnya. Ah, kenapa si mantan selalu saja muncul lagi saat kita sudah mau move on?

Tapi selang beberapa detik, mendadak handphonenya berbunyi lagi. Tidak bisa membiarkan dirinya tenang walau sebentar saja.

"Kenapa lagi sih? Aku bilang aku sibuk.. jangan ganggu.."

"Rey, ini Mama nak!"

"Astaga.. maaf Ma!" Reyhan buru buru menurunkan nada bicaranya, "Tadi Reyhan pikir tukang asuransi!"

"Heh, sembarangan aja kamu! Sekarang Mama sama Addara udah di rumah kebaya tante Winda Zaskia ya! Kamu tau kan? Ituloh, yang perancang busana terkenal itu, yang sering masuk tipi!" diseberang sana mamanya menjelaskan dengan antusias. Reyhan manggut manggut.

"Ya aku tau. Titip salam aja sama semuanya!"

"Salam? Yaampun anak ini!" Mamanya jadi senewen, "Kamu nyusul kesini sekarang juga, kita bakalan fitting baju pertunangan kamu loh! Aduhh, kamu ini jadi nikah gak sih?"

"Yaampun, emang gak bisa diwakilin? Suruh Bambang aja deh yang fitting. Badan Reyhan sama dia kan sama!" protes Reyhan. Mood nya lagi hancur banget sekarang.

"Wah wah, kamu ini mau mama jewer ya rupanya?" ancam mamanya. "Pokoknya mama gak mau tau, kamu kesini sekarang juga!"

Tut tut tut.

Telepon langsung terputus, pertanda perintah mama adalah titah yang harus dipenuhi.

Ya Tuhan, kenapa hari ini menjadi abu-abu bagi Reyhan?

***

Cowok itu bersama sang ajudan pribadi bergegas menuju ke alamat butik yang disebutkan mama tadi, ya meskipun mood nya awut-awutan pasca ditelpon mantan. Butik alias rumah kebaya ini emang sudah terkenal ke seantero negeri dalam menghasilkan kebaya dan gaun pernikahan yang bagus-bagus. Pokoknya sama juga kayak butik ceria, rumah kebaya Winda Zaskia juga langganan kaum sosialita dan para selebritis. Cuma bedanya, butik ceria lebih menyediakan busana outfit dan gaun malam yang udah ready. Sedangkan di rumah kebaya ini emang tante Winda yang akan desain sendiri dan dijait secara profesional sehingga butuh waktu beberapa hari untuk siap dipakai. Tapi tenang, soal kualitasnya sih numero uno!

"Ayo masuk Rey! Lihat itu calon kamu lagi ukur baju!" ajak tante Winda setelah cipika cipiki sama Reyhan. Cowok itu menurut dan segera masuk. Terlihat salah satu staff sedang mengukur lingkar pinggang Lenny. Disebelahnya juga ada mama Lita yang turut mendampingi.

"Aduh, lama banget sih kamu Rey? Ayo buruan ukur baju juga!" Perintah Mama Lita yang jadi gak sabaran begitu melihat anak sulungnya. Reyhan menurut dan langsung saja bodinya diukur secara keseluruhan. Tante Winda dengan cekatan langsung membuat desain kebaya sesuai dengan permintaan Lenny tadi. Gadis itu ingin kebaya yang sederhana saja namun tetap elegan dan nyaman dipakai. Sedangkan untuk bahan roknya sendiri, akan diseragamkan dengan batik yang akan dikenakan Reyhan. Pertunangan ini memang sengaja dibuat bertema Nusantara. Bahkan rencananya, makanan yang disajikan nanti juga masakan Indonesia. Bagus kan? Melestarikan budaya negeri sendiri.

"Cathering udah oke, baju udah.. Oh iya, venue nya kamu suka yang indoor tadi atau yang outdoor sayang?" tanya Mama Lita pada Lenny. Gadis itu terdiam sejenak, mencoba mengingat-ingat beberapa rekomendasi venue tadi.

"Indoor aja deh tante, biar lebih privat." putusnya.

"Nice, terus apa lagi ya? Mmm, make up nya kita pakai MUA langganan aja, terus dekorasi sama foto juga udah oke.. apalagi ya?" Mama Lita ikutan berfikir, duh lumayan juga ngurusin acara ginian menguras energi dan menguras bak mandi ternyata. "Astaga cincinnn!" Pekiknya heboh. "Cincin kalian kan belum ada!"

"Aduh, cincin itu paling penting loh jeng! Kan acara utamanya tuker cincin!" sahut tante Winda sambil meneruskan sketsanya.

"Iya nih jeng, maklumlah faktor U!"Mama Lita menepuk-nepuk jidatnya, "Kalian sekarang pergi ke toko perhiasan langganan mama ya! Lihat-lihat desain yang paling bagus!"

Tanpa pikir panjang, kedua calon pengantin itu menurut. Seusai urusan perbajuan dengan tante Winda selesai, mereka segera bergegas menuju toko perihasan yang direkomendasikan mama Lita.

***

Reyhan dan Lenny berjalan beriringan menuju ke toko perhiasan langganan itu. Ini adalah toko perhiasan kelas premium di Jakarta, Yaaahh, namanya juga horang kaya. Anti yang biasa-biasa club dong.

Begitu sampai, Lenny langsung membolak balik halaman katalog desain yang terletak diatas etalase. Matanya sibuk mencari model cincin manakah yang kira-kira sesuai untuk mereka berdua.

"Yang ini aja deh.." tunjuk Lenny pada salah satu desain. Reyhan curi-curi pandang pada katalog diatas etalase itu, dan langsung saja doi gak setuju.

"Norak itu! Liat deh modelnya kayak uler uler!"

"Kalo yang ini?" jari telunjuknya kini menuju pada desain lain. Cowok disebelahnya masih menggeleng.

"Terlalu biasa.. pasaran ini." komentarnya.

Lenny mendengus, tapi masih sabar. Ditunjuknya lagi desain yang lain, "Ini bagus kan?"

"Bagus sih, cuma.. gue gak suka. Terlalu aneh."

"Kalo gitu lo pilih aja sendiri!"

Gadis itu segera mengalihkan pandangan dari katalog desain, mendadak ngambek. Apa apa gak suka, apa apa jelek, jadi dia harus gimana? Bingung sama kemauan Reyhan.

"Kok lo marah sih? Gue kan cuma berpendapat!" Cowok itu membela diri. Memang ya, wanita itu sangat sensitif.

"Terimakasih atas pendapat lo, kalo gitu silahkan pilih sendiri!"

"Ya gak bisa, yang mau tunangan itu kita berdua, bukan diri gue sendiri!"

"Percuma juga kan? Pilihan gue gak ada yang lo suka! Udahlah, gue males!" Ucap Lenny ketus.

"Haiya, lu orang jangan pada ribut kenapa?" seorang koko koko paruh baya mendadak keluar dari dalam toko. Namanya Ko Aseng, temen mama Lita juga, yang punya ini toko. "Kata orang kalo mau menikah memang sering banyak ujiannya, harus sabarlah, harus ada yang ngalah!"

"Dia nih ko, banyak mau tapi gak ngasih pendapat!" Lenny bersungut sambil menyilangkan kedua tangan didepan dada.

"Lo aja yang sensian!" balas Reyhan gak mau kalah. Lenny melotot.

"Elo tuh!"

"Lo!"

"Eloooo!"

"Haiyaaa pssst pssstt!" ko Aseng menengahi sambil memberi isyarat diam. Nyaris saja mereka berdua jadi pusat perhatian pengunjung yang lain. "Jangan ribut ribut! Sudah, ko Aseng buatkan ajalo desain yang baru!" Ko Aseng mengambil sebuah kertas dan bolpoin. Dia meletakkan kertas itu diatas etalase dan mulai bertanya-tanya pada klient yang rempong itu.

"Reyhan, lu orang mau cincin yang modelnya gimana?"

"Pokoknya yang simple tapi tetep elegan, Ko. Ya, jangan yang banyak motif lah."

Ko Aseng mulai mencoret-coret kertas itu, membuat sebuah sketsa cincin sesuai dengan permintaan Reyhan. Gantian, sekarang dia menanyai Lenny.

"Kalau calon Reyhan ini mau desain yang kayak apalo?"

"Saya mau yang ada motif bergerigi sedikit aja Ko, terus diamond nya yang kecil aja buat pemanis, jangan yang besar itu terlalu mencolok!"

Ko Aseng manggut-manggut. Tangan yang mulai keriput itu kembali mencoret-coret si kertas. "Lu orang mau ukir nama juga gak di dalem cincinnya? Haiyaa, biasanya cincin pria ada nama wanitanya, cincin wanita ada nama prianya!"

Sesaat Lenny dan Reyhan yang lagi musuhan saling pandang. Mereka berdua cuma komunikasi lewat sorot mata, saking malesnya ngomong satu sama lain.

"Boleh ko!" kata Reyhan akhirnya. "Nama pendek aja, kalo kepanjangan ntar dikira lagi ujian nasional!"

"Dih lagian juga siapa yang mau nulis nama panjangnya?" cibir Lenny.

"Nyaut aja udah kayak beo!"

"Enak aja ngatain gue beo, elo tuh dasar siluman buaya ngepet!"

"Haiyaa DIAAMMM!" ko Aseng jadi pusing sekarang. Rusuh banget itu duo calon pengantin. "Mendingan lu orang pulang aja sana! Nanti desainnya koko kirim lewat whatsapp!"

Kembali, Lenny dan Reyhan saling pandang. Keduanya saling memancarkan sorot mata yang saling menyalahkan. Gara-gara permusuhan ini, mereka jadi di usir ko Aseng.

***

Sore ini begitu pulang bekerja, tidak seperti biasanya Eriska kepengen banget nonton tivi. Menghabiskan hari-hari sebagai seorang karyawati memang telah menyita banyak waktunya. Dan sekarang, gadis itu pengen banget santai, me time. Dia hampir gak punya waktu untuk diri sendiri.

Sambil berbaring dikasur kamarnya, gadis itu mulai memindah-mindah channel tivi. Sebenarnya dia hobi sekali menonton kartun, tapi kalau sore begini jarang sekali ada kartun. Adanya malah acara talkshow atau acara gimmick, males banget kan?

"Berita bisnis. Permirsa, kabar tidak sedap saat ini sedang menimpa rumah tangga pemilik bisnis Pilar Corp yaitu Tama Pilar dan Gianna Pilar. Keduanya dikabarkan akan berpisah pasca isu perselingkuhan yang dilakukan Gianna Pilar dengan seorang pengusaha asal Singapura".

Eriska terbelalak. Apa? Mereka berdua akan berpisah? Ini bukannya orang tua David Tama Pilar yang temen pak Reyhan itu? Buru-buru Eriska membesarkan volume tivinya dan mendengarkan dengan saksama.

"Kabar keretakan rumah tangga itu telah membuat saham Pilar Corp akhir-akhir ini melemah. Isu ini juga diperparah dengan menghilangnya calon penerus Pilar Corp yakni David Tama Pilar secara tiba-tiba. David bahkan tidak dapat dihubungi untuk menanyakan perihal kabar perceraian kedua orangtuanya."

"Apa.. David ngilang?" Gadis itu segera mengecek ponselnya dan mengetik nama David. Whatsapp orang itu masih ada, namun David nampak terakhir online tiga hari yang lalu, jam 23.41 malam.

Cewek itu jadi gelisah sekarang. Lenny juga menghilang sejak pulang ke Jambi dan sekarang David Tama Pilar ikutan menghilang? Ada apa ini?

***

avataravatar
Next chapter