8 PERSIAPAN

Reyhan buru-buru kembali ke mobil setelah kunjungan kerjanya selesai. Dia meninjau proyek pembangunan sebuah hotel di bali. Rencananya, Deandra group akan mulai menginvestasikan aset mereka ke dalam bentuk properti. Bali menjadi lokasi yang dipilih karena tentu saja dilihat dari beberapa faktor pulau ini sangat menunjang bisnis perhotelan. Hotel yang dibangun pun tidak tanggung-tanggung nilainya, dan akan menjadi salah satu hotel mewah di Bali nanti. Dalam pembangunannya, Deandra group akan bekerja sama dengan Pilar Corp.

Ini bukan kali pertama Deandra Group bekerja sama dengan Pilar Corp. Selain hubungan pertemanan antara bapak-bapak mereka dan Reyhan-David tentunya, kualitas bangunan yang dihasilkan Pilar Corp memang sudah tidak diragukan lagi, selalu saja mengagumkan. Bahkan beberapa gedung untuk perusahaan cabang Deandra Group juga dikerjakan oleh Pilar Corp. Luar biasa kan.

Reyhan yang tengah mencopot helm keselamatan dan hendak meninggalkan lokasi, langsung dicegah oleh David.

"Where are you going, bro? Buru-buru amat.."

"Sore ini gue kudu flight balik ke Jakarta, biasa lah ada pertemuan dadakan!"

"Lo pulang ke Jakarta tanpa ke pantai dulu?" David tidak yakin. Dia kenal Reyhan si pecinta kegiatan traveling apalagi yang bernuansa air. Setiap ke Bali, cowok itu pasti akan menyisihkan waktu walaupun cuma sebentar untuk mampir ke pantai. Entah Pantai Kute, Pantai Pandawa, atau pantai-pantai lainnya.

"Next time, bro. Urgent banget soalnya!" Tolak Reyhan halus.

"Lo baik-baik aja kan?" David masih saja bertanya dengan tatapan tidak percaya. Reyhan yang dia kenal mau ada badai topan juga gak akan peduli, apalagi cuma pertemuan bisnis. Dia tidak akan mengabaikan pantai begitu saja dan menolak pesona Bali. Sekarang kalau tiba-tiba dia pergi tanpa pantai, cowok itu menduga pasti ada sesuatu dahsyat yang terjadi. Sesuatu ini dipastikan sangat spesial hingga bisa memporak-porandakan fikiran sahabatnya.

"Gini ya Rey, gue itu kenal lo bukan sehari dua hari. Bahkan kita dulu tetangga apartemen pas kuliah. Kita sekelas, makan sama-sama, bikin tugas secontekan, kemana-mana selalu bareng kecali kalo elo pup. Gue tau nih, ini bukan elo yang begini!" David mengoceh panjang lebar. Reyhan tertawa. Ingatannya kembali mengenang masa-masa susah jaman kuliah di Amerika dulu.

"Elo masih inget aja soal itu.." ucapnya.

"Ya jelaslah. Gue akan selalu inget kalo elo selalu lebih banyak menang dari gue, termasuk menangin Amora!" David menepuk bahu sahabatnya itu.

Ya, semua kenangan itu terasa lucu bila diingat sekarang. Persahabatan jaman kuliah yang bermula sekitar 13 tahun lalu. Awal mula pertemuan antara Reyhan dan David. Kedua cowok tampan itu bahkan bisa langsung dekat, mungkin karena papa Reyhan juga akrab dengan bokap David. Mereka kerap bersaing dalam mata kuliah, ipk, hobi, olahraha, bahkan juga... cinta.

Siapa menyangka jika kedua cowok itu sama-sama jatuh hati pada sosok Amora. Amora yang super cantik itu memang mampu membius seluruh mata kaum adam yang memandang kearahnya. Selain cantik, cewek itu juga cerdas dan tajir. Paket komplet pokoknya. Rasanya, semua cowok di kampus gak ada yang nggak mengenal Amora. Semua tau, semua membicarakannya, dan semua juga ingin memilikinya.

Disitulah persahabatan antara Reyhan dan David mulai diuji. Kedua cowok ambisius itu mulai melakukan segala cara untuk menarik perhatian Amora. Mereka sepakat untuk berkompetisi secara fair memperebutkan hati Amora. Hingga pada akhirnya, cewek itu jatuh ke pelukan Reyhan. Reyhan keluar sebagai juaranya.

David yang saat itu kalah, sebenarnya merasa sakit hati juga cintanya kandas, bertepuk sebelah jidat. Tapi dia berusaha sadar bahwa cinta itu tidak harus memiliki. Dia mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa dia akan tetap bahagia melihat orang yang dicintai bahagia. Sebuah kalimat bullshit yang tidak teruji kebenarannya sampai detik ini.

Nyatanya, David dulu selalu cemburu bila melihat Amora banyak menghabiskan waktu dengan Reyhan. Rasa cemburu adalah bukti bahwa cinta itu harus memiliki. Tapi gimana David gak cemburu coba, kedua sejoli itu sering banget nampak di depan hidungnya. Mereka bisa mojok di kampus, di kantin, di parkiran, di tembok, bahkan dimana-mana ada mereka. Udah alay dan lengket banget pokoknya, kayak permen karet bekas yang keinjek sepatu itu loh. Yah, namanya juga lagi jatuh cinta. Dunia serasa milik berdua coy!Yang lain sih cuma ngekost. Bau ketek aja serasa bau bunga mawar.

"Ya udahlah bro.." Reyhan merangkul David, "Lagipula sekarang kita berdua sama-sama gak ada yang memiliki Amora.. doi udah mau nikah, man!"

David melirik tangan kanan Reyhan yang merangkulnya. Tangan itu masih dibalut oleh perban. Tangannya yang terluka akibat menghantam cermin kemarin.

"I know bro, tapi gimana sih rasanya elo ditinggal nikah setelah bertahun-tahun pacaran? Bayanginnya aja gue udah ngilu!"Tukasnya, "Dan tangan lo ini... Astaga lo gak coba bunuh diri kan?"

Jangan ditanya, Vid. Gue masih bisa ngelanjutin hidup aja udah syukur! Pikir Reyhan.

"Ya gimana, sakit lah yang pasti. Sembilan taunan gue sama-sama dia. But life must go on! Jadi ya udah... Harus ikhlas." Dia tertawa. "Kalo tangan nih.. biasalah anak cowok!"

Pinter banget itu cowok nutup-nutupi perasaannya. Emang kadang omongan sama pikiran suka enggak sinkron. Padahal jauh di lubuk hati Reyhan sebenernya dia masih cinta banget sama Amora.

"Hebat lu bro! But I believe that, suatu saat lo bakalan dapat pengganti yang jauh lebih baik dari Amora" Hibur David, "Tinggal gimana elo mau ngejemput jodoh, cepat atau lambat!"

Menjemput jodoh? Reyhan terkekeh mendengar istilah yang diucapkan David. Sebentar lagi dia juga akan menjemput jodoh ke Jambi. Kita lihat saja!

"Thanks bro, kalo gitu gue cabut dulu ya. Gue harus balik ke Jakarta nih!"

"Oke, take care ya bro!"

Mereka berdua bertoast ria. Setelah itu berpisah, masuk ke mobil masing-masing.

***

Reyhan dan sang ajudan setianya, Bambang, segera melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Rasanya cowok itu sudah tidak lagi sabar ingin flight ke Jambi. Dia ingin segera tau apa reaksi cewek 'pemberani' itu bila tau tindakannya. Apakah cewek itu akan histeris? menangis? pingsan? kejang-kejang? Atau yang lebih ekstrim lagi... kesurupan!

"Kita langsung ke mall terdekat!" perintahnya begitu mereka mendarat di bandara di Jakarta. Bambang yang agak kerepotan mendorong trolli berisi koper hanya membuntuti dari Belakang. Ajudan pribadi itu memang tidak pernah protes apalagi menuntut. Makanya Reyhan senang punya ajudan kayak gitu.

"Kamu gak telepon orang rumah kan?" tanya Reyhan sambil berjalan.

"Enggak bos, tadi saya pesan taxi online buat antar jemput ke mall!"

"Oke bagus, masih ada waktu beberapa jam sampai kita lanjut flight ke Jambi!"

Mereka segera bergegas masuk ke dalam taxi online. Sepanjang perjalanan, Reyhan sibuk mengotak atik handphonenya, dia browsing seputar brand fashion terbaru. Soalnya, selama ini cowok itu gak pernah ngikutin apa mode yang sedang hits di dunia fashion. Secara nih, dia udah punya fashion stylish sendiri. Jadi gak usah buang-buang waktu kalau belanja mau memadukan baju ini, baju itu, celana ini, celana itu, dia tinggal angkut aja. Dan emang dasarnya juga cowok ini gak mau ribet, apa yang dia pakai adalah apa yang dia suka.

Begitu sampai di mall, cowok itu segera naik ke lantai atas. Ini adalah salah satu mall kelas premium yang amat terkenal di Jakarta. Berbagai merek ternama dunia ada di mall ini. Reyhan sengaja memilih mall ini karena selain dekat dari bandara, mall ini juga cuma menjual barang-barang branded original, no kw kw club pokoknya. Dia emang anti sama barang kw, biaa alergi. Maklumlah, tajir mlintir!

"Biar cepet, kamu cari mainan anak-anak di lantai atas!" perintahnya. Bambang mengangguk dan secepat kilat berlalu. Mata Reyhan kini sibuk mencari-cari berbagai fashion mulai dari baju, tas, sepatu, hingga jam tangan.

Tapi cowok itu bingung bukan main. Dia ragu dengan pilihan-pilihannya, takut norak nanti. Dia emang jarang belikan barang untuk orang lain. Dulu kalau sama Amora, cewek itu akan dibebaskan sendiri mau memilih apapun yang dia suka. Sama mama dan adiknya juga gitu, Reyhan cuma tinggal bagian pembayaran aja. Menurutnya, selera cewek emang ribet. Dan dia benar-benar tidak paham. Cuma beda warna secuil aja, bisa jadi masalah.

"Pak Reyhan?!" seseorang dari arah sebelah kanan menyapanya. Refleks, Reyhan segera menoleh. Betapa terkejutnya dia mengetahui ada Eriska disini juga.

"Loh, Eriska kan?! Kamu ngapain disini?"

Reyhan panik. Matanya mulai melirik kanan-kiri. Eriska ini kan sahabatnya Lenny. Bisa jadi ada cewek itu juga disini, wah bisa berbahaya!

"Kebetulan saya lagi cari tas juga pak.. bapak kok cari tas cewek?" Eriska mengerutkan dahi.

"Oh.. ini.. ah iya, saya mau ngebeliin mama saya sama adek saya. Yah, semacam surprise gitu lah!"

Eriska manggut-manggut. Ternyata pak Reyhan ini so sweet juga!

"Tapi kamu sendirian aja nih?" Mulailah cowok itu ngerasa gak nyaman. Bener-bener takut terciduk dia. Gimana coba kalo Lenny tiba-tiba muncul depan mata?

"Iya pak, kebetulan saya lagi sendiri.. Bapak tenang aja!" seolah tau dengan apa yang dikhawatirkan Reyhan, Eriska mencoba meyakinkan.

Diam-diam Reyhan menarik nafas lega, untung saja!

Dan karena udah ketemu orang yang dikenal disini, langsung saja Reyhan memanfaatkan Eriska untuk membantunya memilih-milih barang apa yang kira-kira cocok untuk wanita seperti mama nya dan adiknya. Eriska yang seleranya juga lumayan tinggi akhirnya membantu Reyhan. Mau gimana juga Reyhan itu kan atasannya, gak mungkin dia menolak.

Begitu selesai memilih tas, mereka bergeser ke sepatu. Selesai sepatu bergeser lagi ke jam, pakaian, aksesoris dan lain-lain. Dan sebagai bonusnya, Reyhan juga turut membelikan barang yang Eriska suka. Sama-sama asik kan?

"Aduh pak, saya jadi gak enak nih.." Eriska langsung menyetel tampang menyesal setelah Reyhan menutup dompetnya. Padahal dalam hati sih dia bersorak-sorak senang. Ya, cowok itu baru saja membayar semua tagihan belanjaan ini ke kasir, yang kalau di total jumlahnya bisa membuat sobat missqueen menjerit.

"Santai aja, saya yang justru berterima kasih karena kamu udah ngebantuin!"

"Sama-sama pak, saya juga lebih seneng!" Eriska nyengir lebar. Mimpi apa dia semalam. Tau dibayarin sih dia tadi bakalan ambil banyak, aji mumpung gitu ehehe.

"Oh iya tapi tolong ini jadi rahasia kita berdua aja, karena saya gak mau kejutannya nanti gagal. Kamu ngerti kan maksud saya?"

Reyhan emang gak pengen gadis itu buka suara kemana-mana, apalagi ke Lenny. Itulah maksud dia belanjain tuh cewek, sekaligus bonus 'tutup mulut' lah istilahnya. Walaupun sebenarnya kan cewek itu taunya Reyhan belanja untuk sang mama dan adik. Gak tau aja dia sebenernya buat siapa.

"Wah kalo itu sih aman terkendali pak!" Eriska mengacungkan jempolnya. Sungguh sangat tidak berguna juga untuknya kalau cerita-cerita ini ke karyawan lain. Emang apa salahnya kalau seorang anak kasih kejutan ke mama nya? Pikirnya.

"Bagus, kalo gitu saya duluan ya!" Cowok itu segera pamit karena masih ada tempat lain yang harus didatangi. Eriska mengangguk.

Dan langsung saja cowok itu berlalu dengan banyak barang belanjaan ditangan. Kini, bayangan Reyhan sudah tidak tampak dari pandangan Eriska.

***

"Semua ini kamu packing! Inget, jangan sampai ada yang lecet!"

"Tapi kayaknya koper kita nggak cukup boss. Barangnya terlalu banyak!"

"Ya kamu beli koper lagi dong Bambang, jangan kayak orang susahlah!"

Bambang melirik arloji butut ditangannya. Waktunya sudah mepet sedangkan dia harus balik lagi untuk beli koper. Jujur saja dia takut tidak terhandle.

Reyhan yang seolah sudah bisa menebak gerak gerik Bambang, langsung beraksi. Padahal kegiatan makannya saja belum selesai. Untung mereka masih berada di caffe sekitar mall.

"Oke biar saya yang packing, kamu pergi sekarang!"

"Tapi boss.." Bambang jadi ngerasa gak enak.

"Waktu kita gak banyak, go go go!" Cowok itu memberi isyarat kepada Bambang untuk segera pergi. Bambang segera lari kocar-kacir kembali ke mall. Sementara Reyhan, baru kali ini dia melakukan kegiatan ini.

Reyhan berjongkok di belakang meja caffe tempatnya makan, menyusun satu demi satu barang belanjaan itu. Dia harus memastikan semua barang terangkut dan aman selama perjalanan. Tidak lupa cowok itu juga menambahkan bubble wrap untuk barang-barang yang bisa pecah, misalnya makeup atau jam tangan. Karena setelah ketemu Eriska, cowok itu tadi niat banget mampir ke counter make up dan maksain untuk beli walaupun sebetulnya dia gak ngerti.

Sedang asik-asiknya packing, mendadak Reyhan mendengar suara rame-rame dicaffe itu. Sepertinya ada segerombolan anak Abege labil yang sedang mengadakan surprise birthday party. Reyhan sebenernya gak masalah sih dengan suara-suara itu, cuma entah kenapa dia ngerasa kenal dengan salah satu suara yang paling mendominasi. Suara itu terus mengganggu pendengarannya yang super tajam.

Suara paling keras, cempreng, dan rame. Mirip sama suara petasan sekardus yang dinyalakan bersama-sama.

Reyhan langsung punya feeling gak enak. Bulu kuduknya berdiri, merinding disko.

Cowok itu mulai mundur dan merapatkan punggungnya ke meja. Pelan-pelan dia mendadak jadi detektif, menoleh ke sebelah kanan, mengintip siapa gerangan yang punya suara paling ancur itu, suara paling familiar ditelinganya.

"Sarah?!"

***

avataravatar
Next chapter