12 PERMINTAAN (PART 1)

Begitu sampai di rumah, Lenny tertegun mendapati rumahnya kosong melompong, tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali. Gadis itu sudah mengetuk pintu berulang kali, namun tetap hening. Dia juga sudah ke samping rumah, mengetuk-ngetuk semua kaca, barangkali Mami nya sedang tidur siang. Tapi sampai dia capek sendiri meneriaki nama Mami, gadis itu tak kunjung mendapatkan jawaban.

Lenny coba ke belakang rumah. Di bagian rumah paling belakang sekali, mereka punya kolam ikan. Lenny berharap akan menemukan keluarganya disana. Tapi begitu dia sampai di kolam, tetap saja tak ada orang. Dia coba tanya sama ikan, eh ikannya juga gak bisa memberi jawaban. Akhirnya setelah frustasi, gadis itu memutuskan kembali ke teras rumah untuk menunggu.

Sekarang dia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Ternyata ada beberapa panggilan tak terjawab.

"David?!" Dia mengerutkan dahi. Ngapain sih orang ini nelpon terus?

Tapi sudahlah, sekarang itu gak penting. Yang paling penting dia harus menghubungi Mami nya dulu karena dia sudah pulang.

"Nomor yang anda tuju sedang sibuk jalan-jalan, silahkan hubungi kembali kapan-kapan."

"Sial!" gerutu Lenny mendengar jawaban operator. Ia bersungut, kali ini mencoba menekan nomor kak Sendy untuk menanyakan apakah Mami dan Ayah ada dirumahnya.

"Halo.. kak.. kakak dimana? sama siapa? semalam berbuat apa?" Lenny langsung menghujani kakaknya dengan pertanyaan begitu diseberang sana kakaknya menyapa dengan kata "Halo"

"Duh tenang.. kakak lagi dijalan nih bentar lagi sampe rumah.. kenapa?"

"Aku sekarang di rumah.. Kenapa kosong?Kemana semua orang?!"

"Kamu pulang ke rumah? Maksudnya ke Jambi?!" kak Sendy memastikan.

"Iya aku diteras.. Buruan dong udah kering nungguin!"

"Oke hitung mundur dua puluh sampai satu, kita semua sampai ya.."

Klik. Telpon dimatikan kak Sendy.

Dan gadis itu benar-benar menghitung mundur ala anak esde. Sekarang di hitungan sisa tiga detik, sebuah mobil berwarna hitam mendadak muncul di halaman rumahnya. Kontan saja Lenny terperangah!

Tidak butuh waktu lama, orang-orang yang berada didalam mobil hitam itu turun satu persatu. Raut wajah mereka semua ceria, memancarkan kebahagiaan yang hakiki. Dan masing-masing memegang tas belanjaan ditangan. Makin terperangahlah Lenny!

"Loh sayang... Kamu pulang?!" Mami dengan centilnya melenggang kearahnya. Tak lupa sebelum menginjak teras, agak dia hentak-hentakkan sedikit sepatu barunya di keset.

"Kok kamu pulang gak ngabarin? Jam berapa sampai?!" Kali ini Ayahnya yang bertanya sambil melirik arloji ditangannya. Agak di tiup-tiup sedikit arloji itu sama sang Ayah, takut kena debu selama pergi tadi.

"Iya, hari ini panas padahal!" Kak Sendy gak mau kalah, dia langsung melepas sebuah jaket kulit yang sedang dikenakan.

Lenny semakin teperangah. Apa-apaan mereka semua ini? Apa yang mereka lakuin? Sepatu itu.. jam tangan itu.. jaket kulit itu.. semuanya barang bermerek! Dari mana mereka punya uang banyak untuk membeli barang-barang seperti itu? Apa keluarganya ini mulai melakukan pesugihan tikus ngepet?

"Duh kamu bener Sendy, ini hari yang panas ya!" Mami menimpali. Langsung saja wanita paruh baya itu mengibas-ngibaskan tangan kirinya ke udara. Sekalian pamer cincin berlian baru, maksudnya.

Kini Lenny semakin ternganga dengan apa yang melingkar dijari manis Ibunya. Itu cincin berlian asli! Dia bisa langsung tau dari kilauannya saja!

"Mami!" Lenny langsung meraih tangan Ibunya, "Ini berlian mami dapet dari mana? Mami gak ngerampok kan?!"

"Eh.. sembarangan kalo ngomong!" Langsung saja mami menarik tangannya kembali, "Ini berlian seratus persen halal ya!"

"Gak mungkin!" Lenny merebut lagi tangan Maminya, "Ayo copot! Copot!"

"Ih.. anak ini apaan sih!"

Dan terjadilah adegan tarik menarik berlian antara Lenny dan Maminya. Langsung saja ibu dan anak itu dipisahkan oleh kak Sendy dan Ayah.

"Stop! Stop!" Kata Ayah, "Ini pada ngapain sih?!"

Baru saja ayah ngomong begitu, kini perhatian mereka semua teralih ke seseorang terakhir yang turun dari mobil. Orang itu segera membuka bagasi belakang dan menurunkan beberapa barang-barang belanjaan. Orang yang kian membuat emosi Lenny memuncak.

"Pasti dia..." Lenny menunjuk ke arahnya dengan tatapan marah.

"Hai!" Sapanya sambil berjalan ke arah mereka.

"Masih bisa bilang hai?!" Gadis itu melotot gak terima.

"Emmm enggak maksudnya gue nyanyi, Hai tayo.. hai tayo.. dia bis kecil ramah!" Cowok itu melanjutkan kata-katanya sambil memindahkan barang-barang dari bagasi ke teras. Sontak saja semua orang terkikik melihat Lenny diprank begitu.

"Kurang ajar!" Desis Lenny marah. "Jangan coba-coba ngeledek ya!" Cewek itu kini menyingsingkan lengan ditangannya. Dengan cepat dia melangkah untuk berhadapan face to face dengan cowok itu. Cowok yang memang paling dia intai untuk digaplok, siapa lagi kalo bukan Reyhan Deandra.

"Apa kabar?" kata Reyhan dengan enteng. Cowok itu masih bisa tersenyum, seolah tidak peduli dengan sorot kemarahan yang dipancarkan oleh gadis dihadapannya.

"Menurut bapak? Ups, sori..." Lenny buru-buru meralat kalimatnya, "Karena tehitung mulai hari ini gue resign, jadi gak ada kewajiban lagi untuk manggil elo dengan sebutan bapak!" katanya tajam.

"Bagus dong!" sahut Reyhan "Karena emang mulai hari ini juga, lo harus ganti sebutan 'bapak' dengan 'calon suami'! Bukan begitu, Mami?" Reyhan melirik ke arah Mami yang mengangguk setuju.

"Iya betul sekali nak Reyhan! Biar agak romantis sedikit kayak waktu kita muda dulu, iya kan ayah?"

"Iya sayang!"

Keduanya terkikik sendiri mengenang masa muda mereka puluhan tahun lalu.

"See?!" Reyhan mengangkat kedua bahunya, tersenyum penuh kemenangan.

"Mami! Apa-apaan sih! Emangnya siapa juga yang mau nikah sama dia?" Lenny menunjuk Reyhan tepat di depan mukanya, "Aku gak mau! Gak akan!"

"Heh.. anak ini!" Buru-buru mami mendekat, "Kamu gak boleh bilang kayak gitu, masih untung nak Reyhan ini mau nikahin kamu!"

"Masih untung?!" Lenny mengulangi kalimat itu, seolah tidak percaya, "Justru gara-gara dia ini hidup aku jadi menderita! Dia ini udah keterlaluan! Dia sakit jiwa! Ngapain coba lo dateng ke rumah gue?"

"Eh si dia!" Mami buru-buru membungkam mulut putri bungsunya. "Kamu ini gak sopan! Kayak gak pernah makan bangku sekolahan aja!"

"Ya emang gak pernah!" Lenny langsung menepis tangan Mami dari mulutnya, "Ngapain juga bangku sekolahan dimakan! Emang aku rayap apa?!"

"Oiya ya.." Mami terkikik, "Maksudnya kayak gak pernah sekolah!"

"Arrrgh!" Lenny geram sekarang. Lagi tegang begini masih sempet-sempetnya Ibunya itu ngelawak, "Elo ya!" Kini Mata gadis itu kembali menatap Reyhan, "Lo pasti sengaja kesini ada maksud jahat kan? Lo pasti udah ngedoktrin keluarga gue nih! Ngaku aja, ayo ngaku! Elo ini udah gak waras atau gimana sih? Bisa-bisanya ya... ADAW!" Lenny buru-buru memegangi kupingnya yang memerah, dijewer mami.

"Duh maaf ya nak Reyhan, anak ini memang mulutnya gak ada rem.. udah blong!"

"MAMIIII!!" Lenny memekik. Gimana bisa sih ibunya ini bukannya belain dia malah belain orang lain. "Sakit tau!"

"Sukurin!" Sahut kak Sendy yang dari tadi cuma nonton, "Kenapa gak sekalian aja rambutnya dijambak sampai ke tanah!"

"Kakak!!" Lenny kembali memekik, "Adek kakak ini hampir gila gara-gara orang ini! Kakak harusnya ngebelain aku, bukan dia!"

"Ehm.. udah kak Sendy, gak apa-apa!" Reyhan buru-buru berlagak gak enak. Dia sengaja membuat posisinya terlihat tidak bersalah, makanya sedari tadi dibiarkan saja gadis itu meledak-ledak semaunya. Sebenarnya Reyhan sudah tau hal ini akan terjadi, dia sudah memprediksi semuanya. Ya, semua keadaan ini memang terjadi secara alami, tapi tentu saja berjalan sesuai dengan rencananya. Dan dia menyukai ini semua. Respon gadis ini yang begitu marah.. inilah yang paling dia tunggu! Dengan begitu, semua ini akan semakin mendekatkannya ke tujuan.

"Gak usah sok baik! Lo pasti sengaja udah nyogok semua keluarga gue kan?" Tuduh Lenny, "Oh.. atau lo sengaja udah guna-gunain mereka semua biar pada ngebela elo!"

"Ya ampun stop stop!" Ayah buka suara, kesel dia sama drama ini, "Lenny kamu ini ngomong apa sih? Nak Reyhan ini udah baik, jauh-jauh dari Jakarta ke rumah kita buat silaturahmi, dia punya niat baik!"

"BAIK APANYA AYAH!" Lenny menjerit, pengen nangis dia rasanya. Kenapa sih semua anggota keluarganya ini! "Gara-gara dia masa depan aku hancur! Itu yang kata ayah baik? Kalian semua udah silau nih sama dia!"

"Iya ayah ngerti.. tapi itu kan gak sengaja! Itu musibah! Dan yang terpenting kan nak Reyhan mau tanggung jawab!"

Maksud Lenny masa depan dia hancur itu ya karirnya yang susah payah dibangun jadi berantakan. Dia jadi resign dan kena bully gara-gara ulah Reyhan. Tapi, karena cerita bohong yang dikarang Reyhan tempo hari sekarang membuat beda pemahaman antara Lenny dan keluarga, sehingga sekarang ayahnya mengira anaknya membahas masalah kehormatannya yang telah direnggut!

"Tanggung jawab gimana?!" Lenny jadi gak ngeh.

"Ya dia ini mau nikahi kamu, bertanggung jawab."

"Menikah itu tanggung jawab yang gimana? Itu terlalu berlebihan!"

"Berlebihan gundulmu itu!" Mami buru-buru menjitak kepala Lenny, "Masih untung nak Reyhan ini gak ninggalin kamu, masih ada etika baik!"

"Etika baik?! Apa sih?" Lenny mengusap-usap kepalanya, semakin bingung dengan omongan orang-orang. Buru-buru Reyhan mengalihkan perhatian agar kedoknya tidak terbongkar.

"Sabar Mam, sekarang kita masuk aja dulu ya. Kasian kan Seno dan Seina dari tadi berdiri disini!"

"GAK USAH SOK PEDULI SAMA PONAKAN GUE!" Kata Lenny lagi, "Puas kan elo sekarang liat keluarga gue belain elo?"

"Anak ini... kenapa sih dia? Kesurupan atau gimana?!" kak Sendy jadi geram.

"Wah kakak, ini udah fix banget kalian semua nih yang udah di guna-guna!"

Lenny segera berlari ke belakang rumah. Beberapa detik kemudian dia balik lagi. Gadis itu membawa beberapa tangkai daun kelor dan sebaskom air putih. Dengan songongnya, dia komat kamit baca sesuatu, lalu mencelupkan daun kelor ke dalam baskom berisi air putih dan mengibas-ngibaskannya ke semua orang. Gayanya udah persis kayak mbah dukun baca mantra.

"Pergilah kau setan! Hus hus! Pergi!!"

"LENNY!!! KAMU APA-APAN?! HEII?!" Mami buru-buru merampas itu daun kelor setelah kena percikannya, tapi Lenny lebih gesit menghindar.

"Mami udah kena ilmu sihir! Makanya mami lebih ngebelain dia daripada Lenny!" gadis itu buru-buru memercikkan air dan daun kelor ke Reyhan, Malahan dia siram sekalian, "Ayo keluar lah semua perewangan Reyhan! Kalian gak akan bisa menang! Keluarlah setan setan keluar!"

Mami yang sangat marah tidak bisa lagi menahan tingkah laku putrinya yang sangat liar itu. Sekarang dia berpikir bahwa sebenarnya yang jadi korban dalam kasus ini bukanlah Lenny, tapi Reyhan! Jangan-jangan waktu kejadian malam itu justru Lenny yang ngapa-ngapain Reyhan, bukan sebaliknya.

"SENDY KAMU TAHAN!"

Kini dengan kompak mami memegangi tangan kanan Lenny sedangkan kak Sendy memegangi tangan kiri Lenny. Gadis itu terus saja memberontak dan tetap mengata-ngatai Reyhan.

"Eh apaan sih ini! Lepas! Lepas! Arrgh puas lo liat gue? Dasar Lelaki kardus!"

"Pegang yang kuat Sen!" perintah mami

"Siyap mi! Tapi tenaga anak ini lumayan kuat! Kayak banteng!"

Reyhan mengusap wajahnya yang kini basah disiram air comberan bekas daun kelor. Dalam hati dia sebenarnya marah, kurang ajar sekali cewek ini menyiramnya dengan semena-mena. Tapi sekali lagi, dia harus tetap kalem, tenang. Dia harus berada dalam posisi aman.

Lenny yang mengamuk jadi semakin tak terkendali, kini kakinya yang berancang-ancang akan menyerang Reyhan. Dia menarik nafas dalam-dalam dan dengan cepat meloncat cukup tinggi, kedua kakinya kini melayang di udara.. Bersiap melayang ke arah cowok itu.

"Ciaaattt!" Teriaknya. Lagaknya udah kayak ninja hatori.

BRUKKKK!

Yeah! Kakinya dengan sukses melukai orang!

Berhasil! Bravo!

"AYAAAHHHHH!!!!!!"

***

Lenny shock, ternyata dia salah tendang!

Cewek itu tadi berniat menendang Reyhan, hampir saja sedikit lagi dia berhasil menendang cowok itu. Sampai kemudian ayahnya mendadak menghadang, melindungi Reyhan. Langsung saja ayahnya jatuh pingsan ditempat, saking kerasnya tendangan Lenny.

Dan tadi semua orang membopong ayah untuk masuk ke dalam. Semua panik termasuk sang pelaku tunggal, Lenny. Untunglah Reyhan dan kak Sendy segera mencari dokter terdekat, dan dokter itu kini sedang memeriksa keadaan ayah.

"Gimana keadaan suami saya dokter?" disebelahnya Mami menangis sesenggukan. Suasana jadi panik dan sedih sekarang.

"Gak apa-apa bu, ini luka bekas tendangannya juga gak terlalu parah!" kata dokter menenangkan. Dokter itu menempelkan minyak angin beberapa kali ke hidung ayah agar cepat sadar. Dan tidak beberapa lama, ayah memang tersadar.

"Sayang! Aduh.. sukurlah kamu gak papa! Aku gak bisa hidup tanpa kamu!" ucap mami lebay banget. Dia masih aja nangis meraung-raung. Terlalu berlebihan.

"Ehm, ini saya kasih resep ya nanti bisa ditebus di apotek. Lukanya yang lebam ini bisa dikompres biar cepet kempes ya bu!"

"Terimakasih banyak dokter!"

"Baik kalo gitu saya permisi dulu!"

"Mari biar saya antarkan dokter!" kata Reyhan menawarkan. Soalnya tadi dokter datangnya kan dijemput, masa pulang gak diantar? Dia bukan jelangkung dong.

"Oh gak usah, biar kakak aja!" Kata kak Sendy cepat, "Dik Reyhan dirumah aja jagain ayah!"

"Yaudah kalo gitu mama ikut ya, sekalian pulangnya kita belanja buat makan malam!" sahut kakak ipar Serly.

"Oke, ini kunci mobilnya kak!" Reyhan segera menyerahkan kunci mobilnya ke kak Sendy. Keluarga kak Sendy dan dokter itu segera berlalu meninggalkan mereka. Kini di dalam kamar tinggal tersisa mereka ber empat.

Reyhan yang berlagak sok tau diri, setelah mami dalam kondisi gak nangis lagi buru-buru pamit keluar. Alasannya sih mau ganti baju yang basah akibat disembur mbah dukun Lenny tadi.

"Pergi sana! Kalo bisa gak usah balik lagi!" usir Lenny semena-mena. Reyhan menurut dan segera berlalu dari pandangan, meskipun sebenarnya cowok itu gak benar-benar pergi.

"Masih aja dilanjutin!" mami marah sekarang, "Gak sadar juga ayah kamu jadi begini gara-gara siapa?!" bentaknya. Lenny menunduk. Tapi gadis itu benar-benar tidak sengaja. Lagian kenapa juga Ayah pake jadi pendekar kesiangan mau nolongin Reyhan, pikirnya.

"Udah Mi.. udah.." ucap Ayah lirih. Pria paruh baya itu masih berbaring lemas. Tendangan lenny tadi benar-benar cukup dahsyat mengenai bagian dadanya. Apalagi cewek itu menendangnya dengan masih menggunakan high heels 12 cm dikakinya. Mantap kan?

"Ayah masih aja belain anak ini! Dia itu bar-bar!" Mami gusar, prihatin dengan keadaan Lenny sekarang. Bagaimana mungkin anak perempuan bisa bertindak sejauh ini.

"Maaf.." kata Lenny akhirnya, dia menunduk dalam-dalam. Ayah langsung meraih tangan anak kesayangannya itu.

"Nak, ketika seorang putri lahir ke dunia dia bukan saja menjadi anak bagi ayahnya, tapi juga menjadi sahabatnya. Ayah akan senantiasa menjaga, melindungi, menyayangi putrinya... Menjadi tempat berkeluh-kesah sekaligus menghibur dikala putrinya sedih.." Sampai disitu ayah terdiam. Lenny kini semakin merasa bersalah dengan kata-kata yang barusan diucapkan ayahnya.

"Kamu adalah putri kebanggan ayah, kamu harta yang paling berharga. Ketika ayah lalai menjaga kamu, ayah merasa gagal menjadi seorang ayah yang baik.."

"Apa maksud ayah?" Lenny mengangkat wajahnya yang kini memerah. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Apa yang sekarang kamu alami adalah akibat kegagalan Ayah. Ayah sudah gagal melindungi kamu dari kejamnya dunia ini!"

Lenny jadi teringat kembali dengan serangan netijen yang menimpanya. Pasti Reyhan sialan itu udah cerita soal masalah yang dia hadapi bukan hanya di sosmed tapi di real life. Bagaimana mungkin sekarang ayahnya yang merasa bersalah atas ini semua? Padahal jelas-jelas itu salah Reyhan!

"Nggak.. ini gak ada hubungannya sama Ayah! Ini semua salah aku! Tolong, ayah jangan nyalahin diri sendiri... Aku yang salah! Aku!"

"Sayang, kamu jangan bilang gitu!" Mami mengusap air mata yang jatuh dipipi suaminya. Suasana jadi haru, kembali penuh tangis bombay, "Kita gak bisa menyalahkan yang udah terjadi, tapi kita bisa memperbaiki masa depan!"

"Mami kamu benar... Yang sudah terjadi biarlah terjadi." kata ayah lagi, "Ayah selama ini gak pernah nuntut atau minta apapun sama kamu, tapi kali ini tolong kamu turuti kemauan ayah, tolong nak!" kata Ayah dengan raut memelas, nadanya penuh memohon

"Apa? Apa yang ayah mau?!" suara Lenny bergetar.

"Ayah sudah tua dan sering sakit-sakitan, Ayah cuma pengen liat kamu hidup bahagia dan terjamin..." Kembali ayah menteskan air mata, "Untuk itu ayah mau.. kamu.."

Sambil ikut menangis, Lenny menatap mata sayu itu.

"Menikahlah dengan nak Reyhan!"

***

avataravatar
Next chapter