15 OUR FIRST SATURDAY NIGHT (PART 1)

Sesuai dengan perjanjian yang dibuat antara mami dan pak erte tadi pagi, malam ini akhirnya dengan agak terpaksa Lenny berangkat ke lapangan kampung untuk menyanyi. Mau bagaimana lagi, dia harus menunjukkan rasa cinta keerteannya bukan? Lagipula komisi sudah dibayar tunai dimuka, walau sudah bisa dipastikan komisi itu tidak akan diberikan padanya barang sepeserpun. Gak masalah, buat Lenny yang terpenting Maminya senang, dan salah satu hal yang membuat mami senang tentu aja uang.

Masalahnya yang bikin dia berat hati sekarang, cewek itu harus pergi dikawal oleh Reyhan. Dan dia masih amat sangat senewen soal kejadian hape terbuang tadi. Dia masih gak mengerti apa motivasi Reyhan membuang hapenya begitu saja. Masa sih hanya karena dipandang 'tidak layak pakai' langsung dibuang? Seenak udelnya saja itu orang kaya.

Bukannya dia tadi gak mau ngambil hapenya juga ke kolam, gadis itu berfikir meskipun dia nyemplung akan percuma saja. Hapenya itu bukan tipe hape kekinian yang bisa bertahan di air. Lagipula itu kolam ikan cukup dalam. Kita gak pernah bisa menebak apa isi di dalam kolam selain ikan dan lumpur. Bisa jadi ada ular air juga kan yang nyelip disana, who knows?

Jadi yasudahlah, diikhlaskan saja. Tetap akan ditagih nanti janji Reyhan untuk belikan hape baru. Awas saja jika cowok itu berani menipu!

"Jadi begini ya keramaian di kampung?" tanya Reyhan setelah keduanya tiba di lapangan. Sejauh mata memandang, lapangan ini sudah dipenuhi oleh khalayak ramai. Warga masyarakat berbondong-bodong datang kesini untuk menghadiri pembukaan pasar malam.

"Kenapa? Lo gak pernah ke pasar malam?" Balas Lenny dengan nada mengejek. Langsung saja Reyhan membalas ejekan itu.

"Sembarangan! Di Jakarta juga banyak kayak beginian doang sih.."

"Ya memang banyak. Tapi masalahnya, lo pernah dateng gak?" Sindir Lenny, "Pernah naik wahana di pasar malem gak?"

"Ya pernahlah!" cowok itu menyingsingkan lengan kaos panjangnya, "Lo nantangin?"

"Kalau lo merasa tertantang sih..." mata Lenny menyapu seluruh wahana yang ada di pasar malam, sedang dia pikirkan ide apa yang bagus untuk mengerjai cowok itu, "Bolehlah, abis diresmikan nanti kita naik beberapa wahana disini."

Reyhan tersenyum kecut, "Lo jual, gue beli!"

"That's good!"

Keduanya segera melanjutkan perjalanan mereka untuk menuju ke panggung utama yang terletak di central lapangan. Area panggung juga sudah mulai dipenuhi oleh orang yang akan menyaksikan acara pembukaan dan acara hiburan. Wajar, ini sudah jam delapan kurang kurang sedikit. Sebentar lagi MC juga akan naik panggung.

"Lo tunggu disini aja, gue naik lewat belakang!" pesan Lenny. Reyhan mendelik, masa dia ditinggal?

"Gue disini?" Cowok itu menatap sekeliling dengan tidak percaya. Semua ini terasa asing baginya, tidak ada yang dia kenal. "Sendirian?"

"Sendirian apaan sih? Lo gak liat ada ribuan orang di deket lo?"

"Tapi.."

"Halah.. udah!" Lenny langsung memotong protes yang akan diajukan itu. "Lo nontonin aja dari bawah panggung. Tar kalo gue dah selesai lo baru nyusulin ke belakang, oke?"

Tanpa menunggu persetujuan, langsung saja Lenny pergi meninggalkan cowok itu. Reyhan terbelalak, memang Lenny itu super tega dalam segala hal termasuk meninggalkannya sendirian disini. Sejujurnya, ini adalah pengalaman pertamanya datang ke acara seperti ini, di kampung yang asing pula. Jauh dari tanah kelahirannya. Sebagai anak kota aseli dan turunan tajir mlintir, tentu sejak kecil Reyhan lebih menghabiskan banyak waktu untuk kegiatan yang berfaedah bagi kerajaan bisnis keluarganya. Dia jarang sekali berbaur dengan kaum rakyat jelata seperti saat ini.

Tak lama kemudian, Mc segera naik ke atas panggung dan mulai membuka acara. Sekarang semua orang sudah memadati area panggung utama. Dan ini adalah pengalaman pertama Reyhan berdesak-desakan dengan mereka semua demi mendapatkan barisan terdepan.

"Baiklah tanpa perlu berlama-lama mari kita saksikan penampilan warga dari erte lima erwe tiga nomor sepuluh jalan cinta!" ucap salah satu Mc cewek dengan menggebu-gebu.

"Udah kayak lirik lagu dandgut ya alamatnya!" sahut Mc cowok sambil tertawa.

"Tentu, karena memang yang satu ini akan menampilkan lagu dangdut..." kata MC cewek lagi sambil tersenyum. Kini mereka mengucapkan nama warga itu bersama-sama.

"Baiklah please welcome, Lenny... Addara!"

Riuh tepuk tangan penonton langsung memenuhi suasana panggung. Lampu panggung dimatikan, jadi gelap sebentar. Tersisa sorot-sorot dari lampu wahana saja.

Mendadak ada satu sinar yang langsung menyorot ke sang bintang malam ini.

"Para penontooonnnnn..... Bapak-bapak, Ibu-Ibu, semuaaaanyaaaaaa" langsung saja suara merdu Lenny memecah keheningan. Gadis itu dengan percaya diri melangkah ke depan panggung dengan pelan, membawakan lagu milik mbak Inul yang berjudul Goyang Inul. Ini emang salah satu lagu dangdut favoritnya.

"Jangan heran kalau saya sedang goyang rada panas agak seksiiii..." Lanjutnya dengan gaya centil, "Maafkanlaahhh...."

Seluruh penonton kembali riuh dan bersorak-sorak senang. Musik yang mengiringi juga menambah suasana semakin ramai dan asik untuk berjoget ria. Ditambah lagi ada efek asap-asap dan api yang keluar, semakin spektakuler!

"Para penonton... bapak-bapak, ibu-ibu, semua yang ada disini..." Lenny mulai sedikit bergoyang. Cewek itu sebenernya gak bisa goyang apalagi mau niru gaya mbak Inul, itu susah banget. Makanya dia goyang sebisanya aja, agak jaim malah soalnya kurang yakin kalau nyanyi sambil goyang. "Ada yang bilang.. dangdut tak goyang.. bagai sayur tanpa garam kurang enak kurang sedap.."

Mulailah disini Reyhan tergencet karena orang dikanan kirinya sudah ikut bergoyang dengan rusuh. Cowok itu jadi risih dan jijay, gak nyaman banget didorong-dorong begini. Dia juga kurang suka ngeliat Lenny diatas panggung itu goyang meskipun dikit doang. Walaupun sebagai calon suami abal-abal, dia tetep gak rela calon istrinya goyang ditonton ribuan orang begini.

"Dari itu Lenny goyang, agar semuanya senang.. Bagi yang kurang berkenan melihat Lenny bergoyang, jangan maraaahhhh... maafkanlah..."

Seolah tau dengan apa yang difikirkan Reyhan yang tengah kegencet warga, waktu bagian lirik "maafkanlah" gadis itu memberikan senyum sekaligus satu kedipan manja ke Reyhan. Ekspresinya bahagia banget ngelihat Reyhan diposisi itu. Emang enak apa dikerjain? Makanya jangan semena-mena!

Dan lagu itu terus berlanjut sampai habis. Penonton yang panas semakin bergoyang suka suka menikmati alunan lagu dan musik. Bahkan om om disebelah Reyhan udah buka baju dan memutar-mutar bajunya ke udara, bergoyang-goyang yang menurut Reyhan sih termasuk ke kategori rusuh bin ngajak ribut.

Cowok itu jadi murka. Mau marah tapi gimana juga, ini bukan wilayah kekuasaan dia. Nanti yang ada dia malah dikeroyok pula. Mau gak marah, tapi tindakan orang itu udah ngebuat dia gak nyaman buat nonton. Kalau aja bukan karena rencana pernikahan gila yang disusunnya, dia gak akan pernah sudi ngikutin Lenny sampai kesini. Ini sama sekali bukan style kelasnya.

"Wow luar biasa sekali ya penampilan Lenny Addara malam ini. Dia spesial datang dari Jakarta buat kita loh!" kata Mc cowok melebih-lebihkan. Kini Lenny sudah masuk lagi ke dalam, bersiap untuk penampilan berikutnya.

Reyhan menarik nafas lega, setidaknya adegan joget rusuh untuk sementara berhenti karena acara selanjutnya adalah sambutan-sambutan orang sekelurahan. Tidak lupa juga acara potong pita sebagai peresmian pembukaan pasar malam. Dan cowok itu kini duduk jongkok dipinggir panggung, capek banget dia dari tadi berdiri terus, mana pake didorong-dorong dan bau keringat dimana-mana. Udah kayak bukan orang tajir bangetlah, sekarang mukanya memelas.

"Wah ternyata kita sekarang sudah di penghujung acara ya!" suara Mc cewek lagi setelah acara potong pita selesai.

"Betul, saya harap semua yang datang disini nanti bisa menikmati pasar malam ini dengan damai, aman, dan tertib. Jangan sampai ada keributan ya!" Mc cowok menimpali.

"Ya benar sekali, kita harus sama-sama menjaga agar kegiatan ini berjalan dengan kondusif. Jaga keselamatan diri anda masing-masing. Baiklah sebagai penutup, marilah kita saksikan kembali penampilan.. Lenny Addara!"

Lenny kembali muncul dari belakang panggung. Kali ini cewek itu sudah ganti style. Kalau waktu nyanyi lagu dangdut tadi dia pakai gaun setinggi lutut tanpa lengan dan rambut curly terurai, sekarang dia tampil lebih casual. Rambutnya digulung kebelakang, tidak begitu tinggi. Cewek itu juga menggunakan celana jeans lebar dengan lutut sedikit sobek-sobek, tak lupa atasan kaus lengan panjang yang menampakkan satu pundaknya. Cewek itu juga sekarang berganti menggunakan sneakers warna putih, senada dengan warna kausnya. Dan yang lebih bikin surprise, dia keluar sambil membawa gitar!

Seketika semua penonton kembali riuh bertepuk tangan. Buru-buru Lenny yang berlagak seperti penyanyi profesional menyapa penonton.

"Hallo semua, masih pada semangattt??" tanyanya dengan antusias. Cewek itu meletakkan mic ny ke stand mic.

"Masihhhhh!!" jawab penonton secara serentak.

"Well, kali ini aku bakalan bawain salah satu lagu favorit aku, tapi aku minta kalian semua disini damai.. jangan ada keributan, setujuuuu?"

Lagi-lagi suara para penontin riuh, memenuhi area lapangan.

"Setujuuuuuuuu!!"

"Oke kalau gitu yang tau lagunya kita nyanyi bareng ya!" Kata cewek itu. Dia mulai memainkan gitarnya untuk intro dengan sangat apik.

Reyhan yang lagi jongkok dipojokan seketika terpana. Dalam hati dia berdecak kagum. Gila, aura cewek itu begitu terpancar ketika main alat musik. Dia seperti menemukan nyawa hidupnya dipanggung.

"I will always remember.. The day you kissed my lips.. Light as a feather.. And it when just like this.. No it's never been better than the summer... of 2002.."

Suara gadis itu mulai melantunkan lagu milik Anne Marie dengan begitu merdu, ditambah kepiawaiannya dalam memetik gitar bikin penonton makin deg deg serr.. Apalagi penonton yang bernama Reyhan. Tersepona dia sekarang, apalagi ada efek-efek angin gitu diatas panggung, mirip banget sama adegan di tivi tivi.

"We were only eleven, but acting like grownups.. Like we are in the present, drinking from plastic cups.. Singing love is forever and ever.. Well I guess that was true"

Kini seluruh tangan penonton berada diatas sambil melambai ke kanan dan kiri, tak lupa mereka juga menyalakan flash diponselnya dan mengangkat tinggi, udah kayak konser besar digedung aja.

"Dancing on the hood in the middle of the woods of an old mustang where we sang.. Songs with all our childhood friends..."

Lenny segera mengambil mic nya dari stand mic dan menghentikan bermain gitar, musik pengiring pun seolah tau dan langsung menyambut.

"And it went like this yeah.. Oops I got ninety-nine problems singing bye bye bye.."

Kembali, riuh dan tepuk tangan penonton memenuhi panggung. Kali ini bahkan sampai ada yang bersiul dengan kencang apalagi melihat Lenny meloncat saat lirik "Oops" tadi. Benar-benar keren!

"Hold up, if you wanna go and take a ride with me better hit me baby one more time..."

Sekarang gadis itu mulai menguasai panggung, berjalan kesana kemari. Sepertinya penjiwaan gadis itu terhadap musik benar-benar sudah menyatu dan merasuki dia saat ini. Lenny melepaskan seluruh beban dan bernyanyi dengan sepenuh hati diatas panggung ini, dihadapan ribuan pasang mata masyarakat kampung.

"Paint a picture for you and me of the days when we were young.. singing at the top of both our lungs..."

Dan cewek itu benar-benar 'memakan' lagu berjudul '2002' itu dengan sangat indahnya. Penonton benar-benar dibuat puas menyaksikan aksi panggung cewek itu. Sampai-sampai ada yang meminta Lenny untuk menyanyi lagu satu album. Tapi kan gak mungkin, jatah menyanyi dibagi-bagi per erte. Dan dia cuma kejatah dua lagu.

Usai menyanyikan lagu 2002 tadi, Lenny segera turun dari panggung lewat belakang. Tanpa basa basi dia bergegas pergi, penasaran banget gimana nasib Reyhan sekarang soalnya setelah dilagu pertama nampak tergencet om om, cowok itu gak kelihatan lagi.

"Jangan-jangan pingsan dia!" desis Lenny. Jujur cewek itu sebenarnya agak sedikit cemas, biar gimanapun Lenny yakin kalau Reyhan seumur hidup baru sekali ini nonton konser dikampung, berdesak-desakan pula!

"REYHAN.." panggil Lenny sambil berjalan cepat. Matanya ikut sibuk mencari kesana kemari, berharap segera menemukan sosok yang dipanggil.

"REY.. REYHAN.." Kali ini badannya berputar, barang kali Reyhan ada dibelakangnya. Tapi gak ada juga. Dia mulai bingung, jangan-jangan Reyhan hilang.

Ditempat seramai ini, sepadat ini, agak susah baginya menemukan sosok menyebalkan itu. Bagaimanapun, ini adalah kampungnya, daerahnya, tanah kelahirannya. Dan setajir apapun Reyhan, dia tetaplah orang asing disini. Dipastikan cowok itu gak bakalan hafal daerah ini.

Lagian Reyhan kenapa juga sih, tadi kan dia sudah berpesan untuk nunggu didepan panggung aja dan baru boleh nyusul setelah acaranya selesai. Sekarang bahkan bayangan cowok itu bener-bener tidak nampak.

Lenny benar-benar cemas sekarang.

Kemana cowok itu pergi?

***

avataravatar
Next chapter