webnovel

MOVING ON

Gadis itu hanya bisa mematung. Kaget, bingung, campur aduk perasaannya atas apa yang barusan Reyhan lakukan. Walaupun itu hanya sebuah kecupan singkat, dan cuma berdurasi dua detik aja, namun ini tetaplah dikategorikan sebuah ciuman bibir.

Jadi mereka berdua baru saja berciuman?

Gila! Pikir Lenny dalam hati. Apa-apaan sih Reyhan ini? Memangnya kalau mereka berciuman itu bukti keseriusan nya apa? Ini sih malah membuktikan kalau cowok itu otaknya mesum bin ngeres! Belum menikah aja udah main nyosor nyosoran, udah kayak angsa aja nih.

Parahnya lagi, cowok itu tidak berkata apapun. Setelah melakukan adegan itu padanya, dia bergegas pergi. Menyisakan Lenny sendiri yang masih berdiri didepan pintu kosan. Gadis itu mulai memegangi bibir tipisnya, tangannya bergetar.

Ya Tuhan, dia sama sekali tidak pernah menyangka bahwa Reyhan akan melakukan ini padanya. Lenny merasa sangat malu sekarang. Malu pada diri sendiri, malu jika bertemu Reyhan lagi, malu kepada rumput yang bergoyang. Arrrgh, sekarang pipinya justru memerah!

Gadis itu segera mengunci pintu kostnya. Dia berlari masuk ke dalam kamar dan menyembunyikan wajahnya dalam bantal. Membayangkan adegan beberapa saat yang lalu itu, membuat Lenny jadi berpikir kemana-mana. Duh, kenapa? Kenapa sih Reyhan melakukan ini padanya? Dalam perjanjian kan sudah dituliskan, bahwa dalam kehidupan rumah tangga mereka tidak boleh berciuman kecuali dalam kondisi terdesak atau khilaf.

Ah, tapi iya. Gadis itu lupa bahwa perjanjiannya hanya berlaku setelah menikah. Wajar saja Reyhan santai melakukan itu, kan sekarang mereka berdua masih belum menikah. Resmi bertunangan saja juga belum!

Duh, dia merasa menjadi seperti gadis yang bodoh sekarang!

***

Dan pagi-pagi buta sekali mendadak pintu kost Lenny kembali di gedor makhluk hidup. Setelah semalaman gadis itu menderita insomnia pasca dicium Reyhan, rasanya malas sekali dia membuka mata. Kepalanya terasa sangat berat. Lagipula siapa sih yang bertamu jam segini? Sungguh tidak ada etika babar blas!

Lenny melangkah gontai. Sayup-sayup dia mendengar suara orang dibalik pintu itu lebih dari satu orang. Hmm, apakah ada demo di kost pagi buta begini?

"Selamat pagi mbak"

"Bam.. bang?!" Lenny mengucek matanya, terperangahlah gadis itu. "Ada apa kesini jam.. yaampun ini masih jam 5 pagi! Terus ini ngapain bawa orang sekecamatan?" Lenny mulai celingak-celinguk, menghitung dalam hati berapa jumlah orang yang dibawa oleh Bambang ke kostnya.

"Maaf mbak, boss Reyhan yang suruh saya kesini. Katanya pagi ini juga mbak mau pindah ke apartemen."

"Apartemen?" Lenny mengerutkan dahi. "Apartemen apa? Punya siapa? Dimana?"

"Apartemen boss, mbak. Pokoknya sekarang mbak berkemas dulu aja dibantu team saya. Nanti saya jelaskan di mobil."

"Eh tapi.. tapi.."

"Mari mbak, nanti boss Reyhan marah sama saya kalau terlalu lama."

Bambang langsung menyelinap masuk ke dalam. Disusul oleh rombongan cowok-cowok yang disebut teamnya. Mereka mulai packing barang-barang Lenny satu persatu. Sementara gadis itu hanya mematung, shock bukan main. Bahkan nyawanya saja belum terkumpul sejak baru terbangun, dan sekarang Reyhan sudah membuatnya kembali nyaris jantungan.

***

Dan dengan keadaan yang baru bangun tidur, sekarang Lenny dan team Bambang telah berada di sebuah apartemen mewah Ibukota. Interior apartemen ini sangatlah bagus. Lenny dibuat terkagum-kagum. Pasti harganya juga sangatlah mahal, membuat jiwa missqueennya akan menjerit dan meronta.

Apartemen ini jelas jauh lebih baik dari kostnya yang sempit dan penuh suara keributan tetangga. AC nya juga kenceng, fasilitasnya lengkap, pemandangan luarnya juga kota dan ruangannya amat luas. Aduh, dia sih bisa sambil koprol di sini, gak usah susah susah ke tempat olahraga lagi.

"Jadi mulai hari ini sampai hari H pernikahan, mbak akan tinggal disini!" kata Bambang dengan amat sopan. Lenny masih bingung. Kenapa sih dia dipindahin begini? Udah kayak kena gusur kost nih.

"Tapi kenapa ya dia nyuruh pindah?"

"Ini demi kenyamanan dan keamanan mbak Lenny. Nanti kan, keluarga besar di Jambi akan tiba ke Jakarta. Saya juga sudah mengurus semuanya mbak. Mbak Lenny tenang saja." jelasnya panjang kali lebar. Lenny mengangguk-angguk. Nurut sajalah, percuma juga protes lagian udah pindah begini.

"Kalau begitu saya dan team permisi dulu mbak. Kalau ada apa-apa mbak bisa menghubungi boss Reyhan langsung."

Bambang dan teamnya menganggukkan kepala satu kali dengan serentak, tanda hormat. Kemudian mereka semua pergi berlalu. Kini, Lenny sendirian di dalam apartemen ini. Ini semua sangatlah terasa asing baginya. Bagaimanapun cewek itu harus melakukan apartementour sebelum mulai melanjutkan hidup!

Yup, ini adalah sebuah ide bagus untuk nambah konten di Youtubenya. Gakpapa deh upload bulan depan, atau tahun depan sekalian. Yang penting bikin video aja dulu, daripada gak ada kerjaan.

Namun sebelum bikin video, tentu yang pertama dan utama dia harus menelpon Reyhan. Dia harus kasih tahu kalau sekarang dirinya sudah pindah ke apartemen elit ini. Tapi bagaimana bilangnya ya? Lenny ngerasa malu sendiri sejak adegan kecup kecup itu. Dirinya sekarang sudah mengambil ponsel jadul itu, bersiap menelpon Reyhan. Tapi... kenapa jadi berat sekali ya rasanya?

Dan dirinya memang beruntung sekali, karena sekarang justru cowok itu yang menghubunginya duluan.

"Hal.. haloo.." ucap Lenny ragu, setelah diseberang sana Reyhan menyapa duluan. "Kenapa gue dipindahin ke apartemen sih?"

"Kenapa? Apa lo mau pindah ke rumah gue aja biar kita bisa ketemu terus?" sahut Reyhan demgan enteng. Buru-buru Lenny disini menggeleng kuat, walau Reyhan sebenarnya juga gak akan tahu cewek itu mau geleng, ngangguk, atau guling sekalian.

"Enggak kok! Gue cukup disini aja!" kata Lenny cepat.

"Oke good. Gue cuma mau kasih tau kalo keluarga lo nanti bakalan jengukin ke apartemen. Tapi sori gue gak bisa ikut, gue tetep masuk kerja weekend ini. Gak masalah kan?"

"Iya gak masalah."

"Oke kalau gitu, enjoy your time!"

Tut tut tut. Reyhan memutus sambungan telponnya.

Jadi cowok itu cuma mau bilang begitu aja? Dia kirain bakalan minta maaf kek, atau apalah atas kejadian semalam. Tapi ternyata Reyhan begitu santuy. Terus nih, sejak kapan pula Reyhan lebih tau skhedule keluarganya daripada dirinya sendiri? Hashh, lagi-lagi dunia memang sudah terbalik nih. Jadi anak kandung itu sebenernya Reyhan atau Lenny?

***

Eriska benar-benar tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya atas kehidupan Lenny. Sahabatnya dinilai amatlah durhaka, tidak lagi ingat pada dirinya. Oleh karena itu mumpung sedang weekend begini, Eriska menyempatkan diri untuk berkunjung ke kosan Lenny. Gadis itu harus cerita selengkap-lengkapnya, se detail-detailnya, plus seakurat-akuratnya tentang apa yang terjadi selama dirinya pulang ke Jambi. Jangan sampai ada bagian yang hilang barang sebutir pasirpun.

Gadis itu mulai mengetuk pintu kost Lenny dengan penuh semangat. Namun tidak ada jawaban. Diketuknya berkali-kali lagi dengan lebih kencang, juga tidak ada sahutan. Eriska mulai menempelkan daun telinganya ke pintu, coba jadi detektif dadakan untuk mendengar suara didalam. Namun masih saja hening, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Berulangkali dia meneriakkan nama Lenny juga, masih saja nihil hasilnya. Eriska jadi frustasi. Kemana sih anak ini? Sekarang dia sering jadi siluman yang ngilang gitu aja. Mana susah terdeteksi sejak nomor lamanya gak aktif.

"Hai Ris, ngapain?" sapa tetangga sebelah kosan Lenny dengan ramah. Para tetangga disini sudah hafal sama Eriska. Wajar, dulu nyaris tiap weekend Eriska menginap disini.

"Eh ini.. gue nyari Lenny. Kemana ya dia?" tanya Eriska bingung.

"Wah kan tadi pagi-pagi buta dia pindah. Emangnya elo gak di kasih tahu ya?"

Eriska menggeleng, "Gak tuh.. dia pindah kemana emangnya?"

"Kalau gak salah denger sih pindah ke apartemen. Tadi yang bantuin packing banyak banget soalnya, ada kalik satu kelurahan!"

"Hah?! Seriusan?!" Eriska makin gak ngeh. Itu sih kalau satu kelurahan, mau pindahan atau mau demo? Banyak amat! "Alamat apartemen baru nya elo tau gak?!"

"Waduh, gue kurang tau tuh.. tadi gak sempet nanya juga soalnya dia kelihatan buru-buru banget!"

"Oke kalau gitu thanks ya!"

"Oke deh, gue masuk duluan!"

Eriska mengangguk sambil tersenyum. Dalam hati sih dia ngenes. Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini? Kenapa untuk menemukan Lenny jadi teramat susah begini? Apa iya dia kudu sewa detektif Conan karena sohibnya ngilang terus? Arrgh, satu-satunya kesempatan Eriska hanya hari esok di hotel Grand Sun. Dia akan menyaksikan sendiri dengan siapa Lenny akan bertunangan.

***

Trett Trett

Lenny yang sedang PW alias posisi wenak nonton tivi sambil ngemil, langsung beranjak begitu mengetahui ada bel dari luar. Gadis itu buru-buru membenahi rambutnya yang acak-acakan dan menggelung tinggi.

"Hallo Aunty!" Seno langsung masuk berlari sambil memeluknya. Disusul oleh Seina yang gak mau kalah saing. Setelah itu berikutnya anggota keluarga yang lain menyusul masuk ke dalam satu persatu. Wah, ternyata ini rombongan keluarga besarnya dari Jambi yang tiba. Ada Bambang juga yang sempat ikut mengantar, kemudian langsung pamit pulang.

"Keren banget ya apartemen baru kamu!" Mami berdecak kagum mengamati seluruh isi ruangan.

"Dingin ya Mi, gak kayak di rumah!" timpal kak Sendy. Mami mengangguk setuju.

"Iya, serasa lagi masuk ke kulkas!"

"Duhhh.. Please deh, ini tuh apartemennya Reyhan bukan punya aku!" Lenny meralat omongan Mami tadi. Gak mau dia mengakui yang bukan haknya.

"Hei hei anak muda.. tak kasih tau ya, sebentar lagi kan Reyhan itu bakalan jadi suami kamu, ya berarti ini jadi apartemen kamu juga dong!" Mami tetep kekeuh, "Ingat ya Len, harta suami itu hartanya istri, lah kalo harta istri.. ya tetep punya istri!" wanita paruh baya itu mulai mendoktrin anaknya dengan tingkat kematrean yang HQQ. Bikin Lenny jadi ngantuk saja dengernya.

"Ya udah pada istirahat dulu deh.. aku siapin kamarnya sebentar ya!"

"Eh.. gak usah dek ipar!" kakak ipar Serly buru-buru menolak, "Kita kesini cuma mau main kok, bukan nginep!"

"Maksudnya?" Lenny mengerutkan dahi. Lah dikira perjalanan Jambi-Jakarta cuma piknik kalik yak? Mau PP begitu makanya gak nginep?

"Emangnya kamu gak tahu ya? Dik Reyhan kan udah bookingin kamar di Hotel yang sama dengan tempat pertunangan besok.. Jadi kami gak usah repot bolak balik!" jelas kak Sendy dengan sumringah. Tidak nampak rona lelah habis perjalanan pesawat tadi.

"Iya nak, di hotel Grendel itu loh.. yang berbintang bintang tujuh anti masuk angin!" Ayah ikutan menimpali.

"Grensan opa!" Ralat Seno. "Ngomong ngomong, grensan artinya cucu laki laki kan, Aunty?"

"Itu Grandson, yang ini Grand Sun nak.. Aduh.. kamu ini kadang pinter kadang eror ya!" kakak Ipar Serly jadi gemes sendiri. Selalu saja ada bahan omongan aneh-aneh di keluarga ini.

"Ah, udahlah gak penting mau grensan kek, grendel kek, grendol sekalian..." Mami memotong, "Oh iya Len, kemarin nak Reyhan nelpon nanya mami mau minta uang hantaran berapa!"

"Terus terus, Mami bilang apa?" Lenny jadi was was. Aduh si Reyhan, pake langsung nelpon mami segala nanyain uang hantaran. Udah tau Mami matanya langsung hijau kalau lihat duit.

"Mami sih cuma minta dikit doang kok, yaa gak seberapalah di banding kekayaan calon besan yang punya gunung emas itu.."

"Mami gak usah sok merendah, berapa mami minta duit?"

"Cuma sedikit.."

"Iyaaa, sedikit itu berapaa??!" Gadis itu jadi gak sabar. Takut maminya berbuat diluar batas.

"Cuma... ehm.. sepuluh miliar!"

"HAHHHH?!"

Gadis itu menganga saking gak percayanya. Gila gila gilaaa, hancur sudah kini reputasinya. Kemarin saja dia sudah minta mahar jet pribadi, tapi itu semua murni semata mata karena Lenny bukannya mau matre melainkan hanya gertakan untuk membuat Reyhan mundur teratur, batal menikahinya. Namun diluar dugaan, cowok itu rupanya tidak gentar dan malah semakin merasa tertantang. Itu saja dia sudah ngerasa gak enak. Lah sekarang? Malah ibunya minta uang hantaran sepuluh miliar. Pasti Reyhan makin mengira seluruh anggota keluarganya sampai titik DNA sekalipun matrealistis!

"Aduh Mami.. kenapa sampai begini sih? Terus.. Reyhan bilang apa?" gadis itu terkulai lemas. Pupus sudah harga dirinya.

"Alah lebay kamu!" Mami berkacak pinggang, "Kata Reyhan terlalu dikit sepuluh miliar, terus dia tambahin jadi lima belas em, MILIARRR!" Mami terkikik penuh kemenangan. Reyhan ini emang cocok sekali sama Mami. Pasangan mertua dan menantu ideal. Mami selalu haus uang dan Reyhan adalah orang yang gemar mencetak uang! Klop kan?

"Mami... kenapa sih pake minta uang hantaran mahal banget? Harusnya gak usah minta apa apa dong, Reyhan itu udah baik banget sama kita.. semua biaya dari pertunangan sampai pernikahan dia yang nanggung.. semua keperluan Lenny, keperluan kalian semua juga dia yang bayar!"

"Hadeh, anak ini ya! Udah disekolahin tinggi tinggi, bodohnya masih aja dipelihara!" Mami mencibir. "Suka suka Mami dong minta duit berapa, toh dia gak keberatan kan? Lagian nih, kamu sendiri udah minta mahar apa sama dia?"

Lenny tergagap. Waduh, ini namanya buah simalakama banget! Barusan aja dia ngatain Mami, padahal dirinya sendiri lebih parah.

"Eng.. itu.. nganu.. ehm.."

"Am em am em.." potong Mami gak sabaran, "Apa? Ayo apa?"

"Cuma.. tapi ini tuh gak seperti yang kalian pikirin!"

"Iya apaaa???" gantian mami yang mencecarnya. Lenny menghitung dalam hati.

satu..

dua..

dua setengah...

tiiii..ga!

"Maharnya Jet pribadi!"

"APAAAAAA????"

****

Next chapter