18 DINNER

Hari ini David sengaja datang jauh-jauh dari Bali ke Jakarta. Selain untuk berkoordinasi terkait proyek antara Deandra Group-Pilar Corp, dia juga menyempatkan waktu untuk bertemu dengan Lenny. Namun sayang seribu sayang, seusai rapat tadi, David tidak kunjung menemukan sosok wanita itu. Dia datang ke ruangan Divisi Keuangan di gedung sebelah pun, Lenny tidak ada disana. Dicoba bertanya pada pak Bayu, pria paruh baya itu malah mengatakan berita buruk.

"Wong dah resign lho pak beberapa hari lalu, dia malah pulang kampong!"

"Pulang kampung?" David tertegun, "Dimana kampungnya? Apa pak Bayu tau?"

"Walah ndak tau e saya pak.. Kalo ndak salah juuaauh tenan pak, di Sumatera sana!"

Begitulah, David sekarang jadi lesu. Bagaimana mungkin Lenny bisa pergi begitu saja tanpa sempat pamit dulu padanya? Minimal telepon lah, ini kan bukan jaman Siti Nurbaya yang harus kirim surat dulu berbulan -bulan baru sampai. Padahal baru saja beberapa waktu lalu mereka mendeklarasikan hubungan persahabatan. Tapi sahabat macam apa yang tidak mau berbagi penderitaan dengan sesama sahabatnya?

David juga sebenarnya lagi pusing dan tertekan sekarang. Ada beberapa masalah pribadi yang ingin dia ceritakan dengan Lenny, dan berharap gadis itu bisa menenangkannya. Tapi sejak menelpon beberapa hari lalu, mendadak diseberang sana David mendengar ada suara air yang sangat banyak, lalu nomor Lenny tidak pernah aktif lagi sampai sekarang. Sudah dicoba hubungi lewat semua sosial media yang dia tau, tapi juga tidak ada jawaban. Gadis itu tidak pernah online lagi barang sedetikpun, benar-benar menghilang secara misterius.

Ah, andai saja Lenny tau betapa merindunya David saat ini.

Cowok itu jadi gagal fokus sekarang. Dia berjalan gontai menurini tangga menuju ke lobby. Pikirannya jadi kemana-mana.

"Aduh!"

David tercekat. Ternyata tanpa sadar dia nenabrak orang lain saat menuruni tangga. Buru-buru dia membantu membereskan berkas orang yang ditabraknya karena berceceran disepanjang jalan kenangan.

"Oh Iam so sorry! Aku bener-bener gak sengaja.." ujar David sambil menyerahkan berkas yang telah terkumpul, "Are you ok? Ada yang sakit? Atau luka?" Dia memandang dengan cemas.

Ternyata eh ternyata, orang yang ditabraknya itu adalah Eriska. Gadis itu juga sempet meleng karena mengamati warna cat baru tangga ini. Gak ngelihat ada David yang juga melamun didepannya.

"It's ok. Aku gak papa. Aku juga minta maaf karena gak ngeliat." jelas Eriska. Dia menundukkan kepalanya tanda hormat dan segera pergi, tapi David mencegahnya.

"Aku David Tama Pilar, salam kenal ya!"

DEG!

Apa kata orang ini barusan? David Tama Pilar? Calon pewaris Pilar Corp yang terkenal itu? Apa Eriska ga salah denger?

Selama ini dia cuma pernah tau berita yang berseliweran di kantor soal nama David dan segudang prestasinya yang telah berkontribusi membesarkan Pilar Corp. Gak pernah mimpi sekalipun buat ketemu secara langsung. Lah sekarang malah dia diajak kenalan? Pantes pas liat mukanya itu asing, ternyata ini the next bibit unggul!

"Eh.. saya Eriska pak, dari Divisi Keuangan Deandra Group. Saya minta maaf banget gak sengaja nabrak bapak. Saya emang ceroboh, tolong maafkan saya pak David!"

"Oh no, kamu gak perlu seperti itu. Saya yang salah.." David tersenyum. Eriska juga tersenyum. Jadi kaku banget keadaannya. "Tadi kamu bilang dari divisi keuangan ya?"

"Iya pak!" Eriska mengangguk cepat. Duh kenapa ya? Jangan sampai diaduin apalagi sampai ke pak Reyhan. Mereka kan sahabatan, Pikir Eriska.

"Kalau gitu kenal sama Lenny Addara kan? Yang selebgram itu, yang tinggi putih, tau?" David menjelaskan ciri-ciri Lenny kepada Eriska. Jelas saja Eriska tau, dia malahan lebih banyak tau daripada David. Namanya juga persahabatan bagai ulat kepompong.

"Kenal, memang ada apa ya pak?"

"Oh thank God!" David merasa ada secerca harapan. "Do you know.. where she is now?"

"Wah saya gak tau pak soalnya udah beberapa hari ini nomornya gak aktif. Saya juga khawatir sama keadaan dia."

"Kalau gitu, boleh kita tukaran nomor hape or whatsapp maybe? Saya ada urusan penting sama dia. Nanti kalau kamu ketemu dia, please call me!"

"Oh boleh pak!" Eriska buru-buru mengeluarkan ponsel dari saku blezzernya dan terjadilah adegan pertukaran nomor hape merangkap whatsapp. Wah, mimpi apa dia punya nomor hape David Tama Pilar? Kayaknya emang akhir-akhir ini keberuntungan selalu berpihak sama dirinya. Hoki banget dah!

"Oke kalau gitu saya duluan ya Eriska. Sekali lagi, saya minta maaf atas kejadian tadi." David tersenyum dan segera berlalu. Senyuman yang amat manis, bikin hati Eriska jadi meleleh dan harinya lebih berwarna.

***

Setelah resmi jadi pengangguran, Lenny merasa hidupnya sangatlah unfaedah. Apalagi dia sekarang gak punya handphone, garing banget jadinya. Oleh sebab itu kegiatan weekdays seperti ini dia habiskan untuk baca koran, cari lowongan kerja lain. Biarpun dia akan menikah sama seorang pengusaha tajir mlintir dari lahir, gadis itu berprinsip gak mau berpangku tangan. Harus bisa jadi wanita karir biar kalau suatu saat (amit-amit) didepak Reyhan, dia masih bisa bertahan hidup. Maklum, ibu kota lebih kejam dari ibu tiri coy! Kalo gak kerja keras, ya gak makan!

Lagi sibuk begitu, mendadak pintu kosannya di ketuk dengan amat keras. Lenny yang lagi duduk dilantai mendadak bangkit. Siapa sih yang bertamu siang bolong gini?

"Loh Bambang? Ngapain?" Lenny mengerutkan dahi begitu tau sosok yang sekarang mulai familiar dengannya. Bambang menenteng sebuah kotak kecil, lengkap dengan pitanya, dan langsung diberikan pada Lenny.

"Ini dari boss Rey, mbak. Silahkan diterima!"

Buru-buru Lenny membuka bingkisan itu. Ternyata isinya adalah sebuah handphone!

Eits, tapi jangan salah. Sama sekali bukan handphone android canggih masa kini, atau handphone mahal yang lambang buah digigit itu. Ini sangat jauh dari prediksi. Handphone yang kini diberikan pada Lenny adalah tipe hape jadul, yang kalau dibanting juga gak bakalan pecah atau rusak. Selain itu bisa berguna juga untuk mengganjal pintu bila dirasa pintu dirumah kita sering menutup sendiri. Lebih multifungsi kan?

Dahi Lenny nyaris keriting sekarang saking bingungnya. Apa Reyhan udah bangkrut sampai gak bisa memberi ponsel tipe lain? Minimal yang ada kameranya lah. Ini udah ketinggalan jaman banget, dia pake hape beginian jaman masih esde dulu.

Mendadak hape itu berdering. Deringan yang khas yang mengingatkan jaman masih ingusan dulu.

"Halo!" Kata Lenny dengan ketus, suara di seberang sana menyambut dengan tertawa terbahak-bahak. Puas sekali.

"Gak usah marah dong, orang tuh ngomong yang lembut. Gini gue contohin, 'halo selamat siang calon suamiku yang paling ganteng di seluruh alam semesta dan alam gaib, apa kabar sayang?' nah gitu kan enak.."

Lenny mendegus sebal, "Langsung aja ya, apa maksud lo ngirimin hape kayak gini? Lo ngejek gue?!"

Kembali Reyhan terkekeh, "Lo itu udah dikirimin hape bukannya bilang makasih kek, malah nuduh yang iya iya.. ckckck prihatin gue!"

"Yang bukan-bukan!" Lenny meralat dengan sebel. "Gue benci ya ngomong dua kali. Cepetan lo jelasin!"

"Oke, intinya gue mau sampai hari H pernikahan nanti tetap dirahasiakan siapa yang jadi calon istri gue. Ini demi keselamatan lo. Gue gak mau lo kena hujat netijen lagi. Plus, gue gak pengen lo online di sosial media manapun sampai kita resmi nikah. Makanya gue kasih hape itu!"

"Jadi maksudnya, gue bakalan anti sosial sampai nikah begitu?"

"Yup!" sahut Reyhan dengan cepat, "Dihape lo cuma ada nomor gue dan nyokap lo. Lo gak akan ngehubungin orang lain lagi selain kami, paham?"

Lenny menghela nafas panjang. Baru jadi calon suami aja udah kebanyakan ngatur nih mahluk idup.

"Terus kenapa nama lo disini.." Cewek itu melihat ke layar hapenya, "Reyhan chayank que chelamanya? Dih, jijik banget gue bacanya!"

"Hahahahaha sengaja biar lo kesengsem sama gue!" Lagi lagi dia tertawa, "Btw, Bambang ke kost sekalian mau jemput, tar malem lo bakalan dinner bareng keluarga gue sekaligus ada acara birthday."

"Birthday? Siapa yang ulang taun? Terus, gue harus kasih kado apa?" Lenny mulai panik. Duh, mampus dia. Bisa kering uang direkeningnya beli kado buat anggota keluarga itu walau seuprit. Sebangsa jepit rambut mamanya aja bisa seharga gaji dia sebulan. Mak nyus!

"Gak usah bawa kado, lo cukup dateng aja. Oke gue ada meeting nih, see you tonight ya, bye!"

Tut tut tut.

Telpon diujung sana terputus.

Lenny mematung. Duh, dia gak ada baju yang kece nih buat dateng ke acara itu. Ini kan dinner keluarga Deandra, tentu harus bagus dong penampilannya.

"Bisa kita pergi sekarang mbak?" tanya Bambang menghancurkan lamunan Lenny.

"Loh, kita pergi sekarang?"

"Iya, mari mbak. Saya mau bawa ke suatu tempat dulu."

***

Ternyata Bambang membawanya menuju butik ceria. Butik ini amat sangat terkenal di Ibu kota, langganan para selebritis dan kaum sosialita. Selama ini Lenny cuma bisa liat ini butik dari Instagram dan mbah google doang, dan ternyata sekarang Bambang membawanya kesini.

Begitu masuk, terlihat Bambang berdiskusi sebentar dengan seorang pegawai butik ini. Dan tak beberapa lama pegawai itu masuk lalu keluar lagi bersama seorang wanita cantikN. Penampilan wanita ini sangatlah modis. Good looking bangetlah pokoknya.

"Selamat siang, dengan mbak Lenny ya?" sapa wanita itu dengan sangat santun. Lenny mengangguk sedikit, tapi matanya menatap ke arah Bambang dengan bingung. Kok bisa tau nama gue ya?

"Perkenalkan saya Kimberly. Saya adalah fashion stylish keluarga Deandra. Pak Reyhan tadi sudah menghubungi saya dan meminta untuk memilihkan beberapa gaun acara dinner untuk mbak. Mari, ikut dengan saya!" Wanita itu mengajak Lenny melangkah ke dalam. Rupanya didalam banyak sekali koleksi pakaian keren yang bisa bikin khilaf untuk memiliki. Wah, bagus-bagus semua disini. Wajar sih, harganya juga pada bagus. Ada harga ada rupa.

"Ini beberapa gaun yang saya referensikan untuk mbak. Tapi kalau mbak ingin model yang lain, nanti akan saya bantu carikan sesuai dengan yang mbak mau."

Lenny langsung beralih pandangan ke lima gaun pilihan Kimberly itu. Waduh, semuanya super elegan. Dia jadi bingung mau pilih yang mana. Rasanya pengen dipake semua!

Jadilah karena bingung, Lenny menggunakan jurus andalan yang selalu dipake saat dia dalam kondisi terdesak, apalagi pas jaman sekolah dulu. Kalau waktu ujian udah mau habis, dia akan mengandalkan jurus itu. Ya, ini adalah jurus sakti cap cip cup!

"Cap cip cup kembang kuncup, pilih mana yang mau di cup.. Nah!!" Lenny menunjuk ke sebuah gaun berwarna hitam tanpa lengan yang memiliki tali dileher. "Yang ini aja deh!"

"Wah, bagus sekali pilihan mbak Lenny!" Puji Kimberly. Padahal dalam hati dia tertawa ngakak melihat kelakuan Lenny barusan. "Mari kita fitting dulu mbak, ruang gantinya ada disebelah sana!"

Lenny menangguk. Gadis itu segera masuk ke ruang ganti dan mencoba gaun pilihannya. Wah kebetulan sekali pas. Gaun ini juga tidak terlalu sexy, masih pede dia pakai.

"Perfect! Memang dasarnya mbak Lenny sudah cantik jadi mau pakai apapun tetap enak dilihat!" kembali, Kimberly memujinya. Pinter banget cewek itu memenangkan hati customer. Pantas saja keluarga Deandra betah berlangganan disini.

"Terimakasih mbak Kimberly, terus ini selanjutnya gimana?"

"Oh iya, ini saya ambilkan beberapa pilihan untuk sepatu dan aksesoris. Dan setelah ini mbak akan dimake over oleh MUA kami"

Make over? Wah, ternyata udah langsung sepaket? Lenny berdecak kagum. Style horang kaya memang berbeda!

***

Malam ini Reyhan dan Papa nya sengaja pulang cepat. Bukan saja karena memang ada acara dinner plus ulang tahun dirumah mereka, namun tadi pagi ketika sarapan Reyhan sudah menceritakan terkait keputusan untuk mengamini keinginan mendiang kakek dalam surat wasiat, dan dia ingin agar pernikahan itu segera dilaksanakan.

Keluarganya yang penasaran dengan siapa anak sulung itu akan menikah, tentu harus menunggu sampai malam ini tiba karena Reyhan bilang calonnya itu akan hadir ke rumah mereka malam ini. Tentu saja ini kabar yang membahagiakan sekaligus mengejutkan untuk seluruh anggota keluarga. Mereka harap harap cemas semoga saja calon Reyhan ini memang pantas dan layak bersanding dengannya. Sebagai keluarga kelas atas yang terpandang, mereka tidak akan mudah menerima pendatang baru, apalagi yang diluar kasta.

"Calon kamu masih lama datang Rey?" mamanya duduk di meja makan dengan gusar. Dinner mereka memang sengaja tidak di caffe mewah karena agak ribet kalau bawa yang ulang tahun ke luar rumah.

"Lagi dijemput sama Bambang.." jawab Reyhan sambil membenahi kancing kemejanya. "Yang ulang tahun kemana?"

"Lagi didandanin sama mbok Inem kak.." jelas Sarah sambil main hape. Reyhan mengangguk.

"Memangnya calon kamu itu orang mana Rey?" kali ini papa nya yang bertanya.

"Orang Indonesia, papa tenang aja."

"Ya Indonesia itu luas! Lebih spesifik kenapa?!" mamanya ikut-ikutan menimpali. Udah gak sabar banget pengen tau siapa gadis yang memenangkan hati anak tampannya dalam waktu singkat. Reyhan itu sangat selektif dalam hal apapun, apalagi untuk urusan pasangan hidup. Lah kalau sekarang anak itu mendadak kawin, ini sangat ajaib! Hebat banget cewek yang bisa bikin anaknya begini.

"Jangan-jangan kamu ikutan biro jodoh ya?" selidik mamanya. Reyhan tertawa keras. Enak aja nih mama.

"Ya enggaklah, Reyhan usaha sendiri. Pokoknya mama tenang aja, Reyhan kasih yang terbaik."

Baru selesai bilang gitu, tiba-tiba terdengar suara kaki Bambang dari luar. Dan hanya butuh beberapa detik ajudan itu sudah muncul dihadapan mereka semua.

"Boss, beliau sudah ada di ruang tamu!" ucapnya.

"Ya dianter dong Bambang, masa dia nongol sendiri?!"

"Baik boss!"

Bambang balik lagi ke depan. Mondar mandir udah kayak setrikaan.

Sekarang Bambang kembali lagi. Kali ini dengan seorang wanita yang tentu sudah tidak asing lagi di keluarga Deandra.

Gadis ini begitu menawan head from toe. Gaun hitam yang begitu elegan, kontras dengan warna kulitnya yang putih. Riasan wajah yang soft, mata yang menggunakan softlens, tatanan rambut yang menambah kesan anggun. Sangat jauh dari penampilannya yang biasa.

"ADDARA?!"

***

avataravatar
Next chapter