2 2

Cakar dengan kuku-kukunya yang panjang tampak menekan sisi-sisi kuburan lalu mengangkat tubuhnya yang masih terbenam di dalam tanah.

Terdengar suara rintihan parau dari dalam kubur. Terdengar serak, penuh derita dan kekesalan. Bercampur kebencian.

"Hhheeeeehhhh.... hrrrrrrkkkkgh...."

Burhan mendekat kendati kakinya dirasa gemetar. Ia menggenggam erat-erat logam runcing yang ada di tangan kanannya seraya menyembunyikannya di belakang punggungnya.

Tanah kuburan mulai terbongkar. Burhan semakin mendekat sembari terus komat-kamit, sementara Ruspandi dan Mat Arpan saling berpelukan ketakutan.

Suatu ketika seraut wajah berbalut kain kafan muncul ke permukaan. Wajahnya yang pucat masih berbalut kapas disertai noda tanah kuburan.

Wajah itu lalu berputar ke arah Ruspandi dan Mat Arpan. Matanya yang sudah memutih tampak menatap kedua orang itu tanpa berkedip. Lalu bibirnya menyeringai memperlihatkan gigi-gigi yang berlumuran tanah. Kecantikannya sewaktu masih hidup telah memudar, kini berganti dengan kerut-kerut menyeramkan pada wajahnya.

Wanita yang telah meninggal itu lantas mengangakan mulutnya yang mengeluarkan darah kental seraya terus menatap Ruspandi dan Mat Arpan yang mengkerut ketakutan di pinggir tembok rumah.

"Hiiiiii..." Ruspandi dan Mat Arpan menutup matanya dengan tangan. Tak sanggup melihat pemandangan menyeramkan itu. Apalagi mata putih almarhum Masniah terus menatap mereka tanpa berkedip.

Mayat hidup itu menggeliat-geliat, berusaha mengeluarkan tubuhnya dari liang kubur. Gerakannya kaku, tapi tenaganya luar biasa. Ia terus menggeram penuh kebencian dan kemarahan. Dengan mata masih nyalang menatap Ruspandi dan Mat Arpan ia terus berusaha mengeluarkan tubuhnya yang berbalut kain kafan. Kedua teman Burhan itu bergidik karena ketakutan.

Burhan secepat kilat lari dan meloncat ke hadapan isterinya, dan dengan teriakan tertahan ia segera menancapkan logam lancip itu. Tepat di tengah leher bagian belakang dari si mayat.

Darah kental bercampur cairan kekuningan muncrat dari leher yang bolong terkena tusuk!

Wajah si mayat hidup terdongak ke atas. Matanya membeliak. Mulutnya menganga lebar. Lalu terdengar suara menggeruk seperti sapi sedang disembelih.

"Hrrrrrrrrrkkkkhhh..!!!"

Tubuh yang hendak keluar dari kuburnya itu berkeloyotan. Matanya yang putih menakutkan mendelik ke atas. Tangannya menggapai-gapai liar hendak mencabut tusukan besi yang ada di belakang lehernya, tapi tak bisa. Ia menggerung-gerung terus sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, sampai akhirnya gerakannya semakin melemah. Lalu berhenti. Tubuhnya yang semula hendak keluar dari liang kubur tampak terbujur kaku. Kedua lengannya terangkat ke atas, seakan-akan hendak menjangkau rembulan yang bersinar redup. Matanya mendelik. Penasaran!

Bulan semakin bersinar pucat!

Ruspandi dan Mat Arpan yang melihat kejadian singkat itu tampak menahan nafas dengan mata masih melotot.

Burhan mundur dengan tubuh bersimbah keringat. Ia menyapu peluh di keningnya dengan tangan tampak gemetaran. Wajahnya tampak pucat pasi.

Angin pun mendadak berhenti berembus. Suasana mendadak hening. Sepi mencekam. Jangkrik pun enggan berderik.

Dengan wajah tampak letih, Burhan menatap hampa ke arah makam isterinya, ia terduduk di sisi makam.

"Maafkan aku Masniah! Ini kulakukan demi nama baik keluarga kita, dan keselamatan orang-orang kampung..." bisiknya.

Ditatapnya mayat isterinya yang membujur kaku, dengan separuh badannya masih tertanam di dalam tanah. Bunga-bunga tabur tampak berserakan di seluruh sisi makam.

Burhan berpaling ke arah Ruspandi dan Mat Arpan yang masih merungkut ketakutan di pinggir tembok. "Tak apa! Aku sudah berhasil mencegah ia bangkit dari kuburnya," bisiknya. Burhan kemudian membelai rambut isterinya tanpa merasa takut.

"Kemarilah kalian! Bantu aku menguburkannya kembali secara layak..."

Ruspandi bertanya, ragu-ragu. "Kau berani jamin ia tak akan bangkit lagi, Burhan?"

"Tak akan. Sepanjang tak ada orang yang mencoba membongkar lagi makam isteriku ini dan mencabut paku perak itu dari lehernya," kata Burhan seraya tersenyum. "Besok akan kupasang pagar besi dan tembok di sekeliling makam agar tak ada orang yang bisa mengusik makam ini jika aku meninggal kelak...." bisiknya.

***

avataravatar
Next chapter