Hari Minggu telah tiba lagi, Aku tiba di perpustakaan desa siap untuk belajar lebih banyak lagi tentang fuinjutsu dari Yoru-sensi.
Yoru-sensei sudah menunggu di sudut perpustakaan, dengan buku-buku tua tentang fuinjutsu tersebar di meja di depannya dengan Wajahnya yang tenang.
"Selamat pagi, Ryoma," sambut Yoru-sensei dengan ramah.
"Selamat pagi, Sensei Apa kabar?" balasku dengan senyuman.
Kami duduk bersama, dan Yoru-sensei memulai pembelajaran dengan memperkenalkan konsep-konsep baru dalam fuinjutsu. Aku mendengarkan dengan seksama, mencatat setiap kata yang diucapkannya dan bertanya saat ada yang kurang dimengerti.
Setelah beberapa waktu belajar, Yoru-sensei tiba-tiba mengalihkan pembicaraan "Ryoma, aku ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu."
Aku memperhatikan dengan serius, menunggu apa yang akan dia katakan selanjutnya.
"Tahukah kamu, di Desa Konoha terdapat Akademi Ninja. Di sana, calon ninja muda dilatih untuk menjadi yang terbaik dalam bidang mereka. Aku yakin bahwa kamu memiliki potensi besar untuk menjadi seorang ninja yang luar biasa, meskipun usiamu baru 10 tahun. Aku berpikir bahwa kamu bisa mulai belajar dari sekarang" ucap Yoru-sensei.
Aku terkejut dengan perkataannya, namun juga merasa bangga bahwa Yoru-sensei memiliki keyakinan yang begitu besar padaku. "Terima kasih, Sensei. Tapi, bagaimana aku bisa masuk ke Akademi Ninja?" tanyaku
Yoru-sensei tersenyum. "tenang saja, aku akan menjadi penjamin mu. nanti aku kabari setelah aku menghadap tuan Hokage-Sama"
"Terima Kasih Sensei. telah mempercayaiku" ucapku.
Kami pun melanjutkan pembelajaran Fuinjutsu kami. dan berdiskusi tentang variasi segel ledakan yang aku sarankan jika membuat variasi dari kekuatan dan waktu segel itu meledak.
--Makan malam, kediaman keluarga Ryoma.
suasana hangat menyelimuti kediaman keluarga Ryoma. Meja makan terhampar rapi dengan hidangan lezat yang menggoda. Ayah, duduk di ujung meja dengan menunggu ibu yang sibuk mengatur hidangan.
"Kau memiliki berita menarik untuk kami, Nak?" tanya Ayah.
dengan semangat yang membara aku mengangguk. "Ayah, Ibu, kemarin Yoru-Sensei menyarankan agar aku masuk akademi ninja lebih awal," ungkapku dengan wajah yang berseri-seri.
Sebuah gelombang kejutan melintas di wajah kedua orang tuanya. Ibu menatap anaknya dengan cemas, sementara Ayah mencerna berita tersebut dengan serius. Namun, sorot matanya berkilau dengan kebanggaan.
"Apakah Yoru-Sensei serius tentang ini, Nak?" tanya Ibu, suaranya penuh kekhawatiran namun juga penuh harapan.
"Ya, Bu. Bahkan Yoru-Sensei yang akan menjaminku," jawabku.
Sebuah gelak tawa keras terdengar dari Ayah. "Haha! Berita yang bagus, Nak! Ayah bangga padamu!" serunya dengan suara gemuruh. "Minggu depan, ajaklah Sensei mu untuk makan malam bersama kita ya," tambahnya, wajahnya berseri-seri dengan kebanggaan.
Ibu, meskipun terlihat sedikit sedih karena harus melepaskan anaknya, juga merasakan kebanggaan yang mendalam. Hatinya dipenuhi dengan campuran perasaan; cemas akan bahaya yang mungkin dihadapi anaknya di masa depan, tetapi juga bangga akan tekadnya yang kuat untuk mengejar mimpinya menjadi seorang shinobi.
--Siang hari akhir bulan. Workshop Take-san
Hari itu, langit cerah saat aku memasuki Workshop Take-san dengan membawa beberapa segel peledak baru yang telah aku buat sendiri.
"Selamat siang, Take-san! Saya membawa beberapa segel peledak baru yang telah saya buat sendiri. Saya pikir Anda mungkin tertarik untuk melihatnya," ucapku dengan semangat.
Take-san menunjukkan minat pada barang daganganku. "Kamu benar-benar hebat, Ryoma-kun. Ini adalah pekerjaan yang bagus," puji Take-san.
Ryoma tersenyum bangga. "Terima kasih, Take-san!"
"Berapa banyak yang kamu punya, Ryoma-kun? Dan apa harga yang kamu tawarkan?" tanya Take-san dengan antusiasme.
"Saya memiliki beberapa puluh segel peledak di sini, Take-san. Dan harga yang saya tawarkan sangat bersaing, saya bisa memberikan diskon khusus untuk Anda," jawab Ryoma dengan semangat.
Mereka pun terlibat dalam negosiasi yang hangat, berdiskusi tentang jumlah, harga, dan persyaratan lainnya. Meskipun Ryoma masih belajar dalam bisnisnya, dia berusaha sebaik mungkin untuk memberikan penawaran terbaik bagi Take-san.
Setelah beberapa saat, mereka akhirnya mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Take-san tersenyum puas, merasa senang dengan kesepakatan tersebut.
"Terima kasih banyak, Ryoma-kun. Saya yakin pelanggan ku akan senang dengan segel peledak baru ini. Kamu benar-benar talenta muda yang menjanjikan," ucap Take-san dengan tulus.
Ryoma tersenyum bangga, merasa senang bisa membantu Workshop Take-san dengan usahanya. "Terima kasih, Take-san! Saya akan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik."
Setelah selesai dengan segel peledak, Ryoma juga membeli beberapa peralatan ninja yang dia butuhkan. Dengan perasaan puas, dia meninggalkan Workshop Take-san.
Sore harinya, aku dan Naruto berkumpul di lapangan latihan seperti biasa. Sinar matahari yang hangat menyinari badan kami yang penuh keringat.
"Naruto," panggilku sambil mendekatinya.
Naruto berhenti sejenak dari latihannya dan menoleh padaku "Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu," ucapku.
Aku lihat ekspresi kejutan di wajah Naruto saat aku mengungkapkan rencanaku untuk masuk ke akademi ninja lebih awal. Rasanya seperti beban besar yang terangkat dari pundakku saat aku melihat kebanggaan dan kebahagiaan di matanya.
"Wah, Ryoma! Itu kabar yang luar biasa!" serunya dengan antusias. "Aku sangat bangga padamu!"
Senyum itu membuatku merasa hangat di dalam. bahkan idolaku bangga padaku. Namun, sesuatu terasa tidak beres. Meskipun senyumnya cerah, aku bisa melihat kesedihan yang tersembunyi di balik matanya yang cemerlang. Aku mengerti. Apakah keputusanku ini membuat Naruto merasa kesepian lagi?
"Ryoma, aku senang mendengarnya," ujar Naruto, mencoba menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. "Tapi, aku akan berlatih sendirian lagi..."
"Naruto, jangan khawatir. Meskipun aku akan belajar di akademi, aku janji akan tetap berlatih bersamamu setiap sore. sepeti biasa"
Naruto menatapku, matanya penuh dengan rasa terima kasih. "Benarkah, Ryoma? Kau akan melakukan itu?"
Aku mengangguk mantap. "Ya, Naruto. Kita adalah teman. tentu aku akan menemanimi."
Senyum lebar kembali muncul di wajah Naruto, tapi kali ini itu bukanlah senyum palsu. Dia tahu bahwa meskipun aku akan belajar di akademi, persahabatan kami tidak akan pernah berubah.
Kami pun melanjutkan latihan kami.
--Senin, Akademi Ninja
Hari itu, detik-detik sebelum aku melangkah ke dalam kelas Akademi Ninja, jantungku berdegup kencang dalam campuran antara gugup dan antusias. Dengan perasaan yang campur aduk, aku memasuki ruangan itu dengan langkah mantap.
Di depan kelas, seorang guru yang ramah, Iruka-sensei, menyambutku dengan senyum lembut yang membuatku merasa sedikit lebih tenang.
"Selamat datang, Ryoma," sambut Iruka-sensei dengan hangat. "Mari kita mulai dengan perkenalanmu kepada teman-teman sekelas."
Dengan perasaan berdebar, aku berdiri di depan kelas, mencoba menampilkan senyuman yang percaya diri. "Halo semuanya, namaku Ryoma. Senang bertemu kalian semua," ucapku dengan suara yang berusaha tetap mantap.
Tenten, dengan ekspresi ceria, menyambutku dengan hangat. "Halo, Ryoma! Aku Tenten. Senang bisa bertemu denganmu!"
Lee, dengan semangat yang tak kalah, mengangguk ke arahku. "Halo, Ryoma! Aku adalah Lee. Mari kita menjadi ninja yang hebat bersama!"
Neji, dengan sikap yang tenang, memberi sapaan singkat. "Halo, Ryoma. Neji"
Meskipun tanpa formalitas, sambutan mereka membuatku merasa diterima di antara mereka. mereka adalah orang yang akan menjadi ninja hebat nantinya.
Hari Senin hingga Jumat adalah hari-hari yang penuh dengan hal baru, ternyata buku yang ada di perpustakaan tidak selengkap yang dijelaskan di akademi. tentu saja di akademi juga diajari beberapa rahasia umum desa dan dokrin semangat api nya.
Senin: Hari ini adalah hari di mana kami fokus pada pembelajaran dasar teknik ninja. Iruka-sensei mengajar kami tentang prinsip-prinsip dasar chakra, teknik-teknik dasar pertempuran, dan strategi-strategi dasar dalam pertarungan. Kami juga memiliki sesi latihan praktikum di lapangan latihan untuk menguji keterampilan yang baru kami pelajari.
Selasa: Hari Selasa adalah hari di mana kami belajar tentang sejarah desa ninja dan kisah-kisah pahlawan masa lalu. Iruka-sensei bercerita tentang perjuangan para ninja terdahulu dan bagaimana mereka mengatasi berbagai tantangan dalam misi mereka. Kami juga melakukan sesi diskusi kelompok untuk membahas pelajaran yang telah kami terima.
Rabu: Pada hari Rabu, kami fokus pada pelajaran taktik dan strategi. Kami belajar tentang berbagai jenis formasi tim dan bagaimana cara bekerja sama dalam tim untuk mencapai tujuan yang sama. Kami juga melakukan simulasi pertarungan tim di lapangan latihan untuk menguji keterampilan kolaboratif kami.
Kamis: Hari Kamis adalah hari di mana kami mempelajari tentang seni bela diri dan teknik bertarung. Kami diajari berbagai jenis gerakan dan teknik bela diri dari berbagai aliran, serta bagaimana menggunakannya dalam pertempuran nyata. Kami juga memiliki sesi latihan praktikum di mana kami berlatih teknik-teknik ini satu sama lain.
Jumat: Hari Jumat adalah hari di mana kami fokus pada pelajaran tentang moral dan etika seorang ninja. Kami belajar tentang kode etik ninja, tanggung jawab sebagai pelindung desa, dan pentingnya integritas dan kejujuran dalam setiap tindakan kami. Kami juga memiliki sesi diskusi reflektif di mana kami berbagi pemikiran dan pengalaman kami tentang topik-topik ini.
saat istirahat aku kadang menyempatkan diri untuk membaca di perpustakaan. banyak hal baru disini yang ternyata berbagai versi sempurna daripada yang aku baca di perpustakaan umum. aku juga menemukan beberapa jutsu, meskipun disimpan secara rahasia, tapi mungkin ini semacam teka-teki untuk para murid akademi agar melatih mereka untuk mencari informasi.
Gulungan jutsu api yang aku temukan saat di perpustakan, aku membuka halaman-halaman yang mengungkap rahasia teknik-teknik jutsu api dengan teliti.
Aku memutuskan untuk memulai dengan teknik yang tampaknya paling dasar: "Hōsenka no Jutsu", atau yang dikenal sebagai Teknik Bola Api. Aku meneliti setiap gerakan dan segel yang diperlukan dengan hati-hati, mencoba memahami cara untuk mengubah cakra menjadi bola api yang membara.
Mataku fokus pada gulungan di hadapanku saat aku mulai meresapi cakra ke dalam tubuhku. Aku merasakan energi panas yang mengalir di dalam diriku, menyebar ke setiap ujung jari-jariku. Setelah cukup merasa konsentrasi, aku memposisikan tangan ku dengan hati-hati, siap untuk melakukan segel-segel yang diperlukan.
Aku menghirup napas dalam-dalam, memusatkan pikiranku saat aku mulai membentuk cakra menjadi bola api di depanku. Dengan gerakan yang hati-hati, aku menyelesaikan segel-segel yang diperlukan, merasakan cakra api berputar-putar dalam genggaman tanganku.
Ketika segel terakhir selesai, aku melepaskan cakra dalam sebuah gerakan tangan tajam. Di hadapanku, bola api muncul dengan gemerlap yang memikat. Aku merasakan panasnya yang membara, tetapi aku juga merasa terkesan dengan keberhasilanku.
Aku melanjutkan latihan ini berulang kali, mencoba meningkatkan kemampuanku dalam menghasilkan bola api yang lebih besar dan lebih kuat setiap kali. Meskipun itu memakan waktu dan usaha, aku merasa semakin dekat dengan menguasai teknik ini.
Setelah berjam-jam berlatih, aku merasa puas dengan kemajuan yang telah aku capai. Meskipun ini baru awal dari perjalananku dalam menguasai jutsu api, jutsu serangan pertamaku.
setelah itu aku juga mempelajari beberapa jutsu seperti:
1. Henge no Jutsu (Teknik Transformasi): Teknik dasar yang memungkinkan seorang ninja untuk mengubah penampilannya menjadi orang lain atau benda lain.
2. Kawarimi no Jutsu (Teknik Penggantian Tubuh): Teknik yang memungkinkan seorang ninja untuk menggantikan dirinya dengan objek lain pada saat yang tepat, untuk menghindari serangan atau penyergapan.
3. Bunshin no Jutsu (Teknik Pemecahan Bayangan): Teknik yang menciptakan salinan fisik dari pengguna untuk mengelabui musuh dan mengalihkan perhatian mereka.
4. Nawanuke no Jutsu (Teknik Pelepasan Tali): Teknik sederhana untuk melepaskan diri dari ikatan tali atau jebakan.
5. Kakuremino no Jutsu (Teknik Pembalutan Tubuh dengan Mantel): Teknik untuk menyembunyikan diri dengan menggunakan mantel atau kain, sehingga ninja tampak seperti tidak terlihat.
6. Kage Shuriken no Jutsu (Teknik Lemparan Shuriken Bayangan): Teknik untuk membuat salinan bayangan dari shuriken yang digunakan dalam serangan, meningkatkan efektivitas serangan dan membingungkan musuh.
7. Katon: Gōkakyū no Jutsu (Teknik Api: Teknik Api Besar Berbentuk Bulat): Jutsu dasar untuk mengeluarkan bola api besar dari mulut, serangan langsung yang kuat dan merusak.
8. Suiton: Suirō no Jutsu (Teknik Air: Teknik Penjebakan Air): Jutsu yang menciptakan bola air besar untuk menangkap atau membatasi gerakan musuh.
9. Doton: Dochū Eigyo no Jutsu (Teknik Tanah: Teknik Penyusupan Tanah): Teknik untuk menyelinap di bawah tanah untuk mendekati atau meninggalkan musuh secara rahasia.
suatu hari Sinar matahari menyinari lapangan latihan Akademi Ninja saat Ryoma dan Neji berdiri saling berhadapan di bawah pengawasan ketat Iruka-sensei. Atmosfir tegang terasa di udara, seolah-olah ketegangan bisa dipotong dengan pisau.
Langkah pertama diambil oleh Neji. Dengan gerakan yang gesit, dia meluncur maju dengan kecepatan kilat, sementara mata seriusnya menatap Ryoma. Ryoma tidak kalah siap. Dengan sikap yang tegap, dia mempersiapkan diri untuk menanggapi serangan Neji.
Neji melancarkan serangan pertamanya dengan tinju yang cepat dan kuat, tetapi Ryoma dengan gesit mengelakkan serangan itu. Dia segera melompat mundur, menciptakan jarak antara dirinya dan Neji.
Sementara Neji menyerang dengan serangkaian pukulan berturut-turut, Ryoma memusatkan pikirannya. Dengan gerakan tangan yang cepat, dia mengeluarkan bola api yang membara dari mulutnya. Bola api itu meluncur menuju Neji dengan kecepatan yang mematikan.
Neji, dengan keahlian taijutsunya yang luar biasa, mengelakkan bola api itu dengan gerakan yang halus. Dia segera melanjutkan serangannya, dengan tinju yang menghantam udara di sekelilingnya. Ryoma dengan cermat menghindari setiap serangan, tetapi dia merasakan tekanan yang semakin bertambah.
Tiba-tiba, tanah bergetar di bawah kaki Neji. Dia menoleh ke bawah, hanya untuk diserang oleh Ryoma yang muncul dari bawah tanah. Ryoma dengan cepat meluncur ke atas, mencoba menyerang Neji dari arah yang tidak terduga.
Neji, dengan refleks yang cepat, menghindari serangan itu dan segera menyerang balik dengan serangan bertubi-tubi. Ryoma berusaha sekuat tenaga untuk menahan serangan itu, tetapi tekanan dari Neji terlalu besar.
Akhirnya, setelah beberapa menit pertarungan yang sengit, Iruka-sensei mengakhiri pertarungan dan menyatakan Neji sebagai pemenang. Bahkan tanpa byakugan pun aku kalah melawannya. sungguh memang bakat tidak mudah untuk di taklukan dengan kerja keras.
Ruang perpustakaan di Akademi Ninja Konoha adalah salah satu tempat di mana Ryoma sering menghabiskan waktunya. Hari itu, dia duduk di salah satu sudut ruangan, menunggu kedatangan Yoru Sensei untuk melanjutkan pelajaran mereka. Namun, apa yang terjadi selanjutnya jauh dari yang dia duga.
Tiba-tiba, seorang ninja masuk ke ruangan, wajahnya pucat dan napasnya tersengal-sengal. Ryoma segera menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
"Ada apa?" tanya Ryoma, mencoba menekan kekhawatiran di hatinya.
Ninja muda itu mendekati Ryoma dengan tenang, meskipun ekspresinya serius. "Ryoma kan?, aku memiliki berita penting tentang Yoru," katanya, suaranya tenang meskipun serius.
Ryoma mengangguk, mempersiapkan dirinya untuk menerima berita yang mungkin tidak menyenangkan.
"Tadi pagi, Yoru terlibat dalam sebuah misi berbahaya. Sayangnya, misi itu tidak berjalan seperti yang diharapkan, dan..." Dia terhenti sejenak, memilih kata-katanya dengan hati-hati. "Yoru telah tiada."
Ryoma merasa dunianya berhenti sejenak. Dia mencoba memproses berita itu, hatinya terasa berat.
Namun, dia segera mengingat bahwa dia harus tetap kuat. "Terima kasih telah memberi tahu aku," ucapnya pada ninja itu.
"Yoru sangat bangga padamu, dia selalu menceritakan tentang mu setiap ada kesempatan. dia juga menulis nama mu sebagai penerima buku warisan ini" kata ninja itu dengan tulus.
Ryoma mengangguk, menghargai dukungan itu. "Aku akan terus menghormati warisan Sensei," ucapku
Ryoma membiarkan kakinya membawanya menjauh dari keramaian akademi, menuju ke hutan yang tenang. Langkah-langkahnya berat, berat oleh beban berita yang baru saja dia terima. Saat dia menembus pepohonan, air mata mulai mengalir di pipinya.
Dia menemukan tempat teduh di bawah pohon besar dan duduk dengan letih. Hatinya terasa hancur, seperti kegelapan yang menelannya. Bagaimana mungkin Yoru Sensei, orang yang begitu bijaksana dan kuat, bisa pergi begitu cepat?
Air mata terus mengalir tanpa henti, menyejukkan wajah yang panas oleh kehilangan yang tiba-tiba. Ryoma menyadari betapa rapuhnya kehidupan, betapa cepatnya segala sesuatu bisa berubah.
"Kenapa... kenapa ini harus terjadi?" gumamnya dengan suara serak, suara tercekik oleh tangisnya yang memilukan. "Dia adalah mentorku, temanku... bagaimana aku bisa melanjutkan tanpa dia?"
Dia merenung sejenak, merasakan kehampaan dan kesepian yang menyelinap ke dalam hatinya. Dia baru menyadari betapa berharga dan rapuhnya hidup ini. Manusia bisa lenyap dalam sekejap, meninggalkan semua yang mereka cintai di belakang.
Tapi dalam kegelapan itu, ada juga sinar harapan yang bersinar. Yoru Sensei telah memberinya banyak hal, bukan hanya pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga semangat dan inspirasi. Ryoma tahu bahwa dia harus tetap kuat, bahwa dia harus melanjutkan perjalanan sebagai ninja dengan keberanian dan tekad.
Setelah beberapa saat menangis dan merenung di hutan, Ryoma mengambil buku fuinjutsu yang diberikan oleh Yoru Sensei dari dalam tasnya. Dengan hati yang berat tetapi penuh dengan rasa ingin tahu, dia membuka halaman-halaman buku itu.
Halaman-halaman itu dipenuhi dengan lambang-lambang aneh dan rumit, dengan tulisan-tulisan yang ditarik dengan hati-hati. Setiap halaman menceritakan kisah tentang fuinjutsu yang berbeda, masing-masing dengan kegunaannya sendiri.
Ryoma memperhatikan setiap halaman dengan penuh perhatian, mencoba memahami penjelasan yang tertera di dalamnya. Ada fuinjutsu untuk mengunci pintu, fuinjutsu untuk mengikat musuh, bahkan ada fuinjutsu untuk menyegel roh jahat.
Dalam keadaan yang terus berkabut oleh kesedihan, buku itu memberinya sedikit cahaya harapan. Di antara halaman-halaman yang penuh dengan pengetahuan dan kekuatan, Ryoma merasa adanya tanggung jawab yang mendesak untuk meneruskan warisan Yoru Sensei.
"Dengan buku ini, aku akan melanjutkan perjuanganmu, Sensei," ucap Ryoma dengan suara yang hampir tersendat oleh emosi. "Aku akan belajar setiap jutsu yang kau tulis di sini, dan aku akan menjaga warisanmu tetap hidup."
Dengan tekad yang baru ditemukan, Ryoma menutup buku itu dan memasukkannya kembali ke dalam tasnya. Meskipun hatinya masih terluka oleh kehilangan Yoru Sensei, dia merasa lebih siap untuk menghadapi masa depan yang menantang. Dengan buku fuinjutsu itu sebagai panduannya, dia akan melangkah maju dengan keberanian dan kekuatan yang baru ditemukan.
Ryoma duduk di sudut kamar tidurnya, berfikir. aku harus memiliki jutsu Rank A, jutsu yang ia ingat ialah rasengan dan chidori, karena itu salah satu yang ia ingat saat jiraya mengajarkannya kepada naruto
Apakah dia juga bisa menguasai jurus-jurus itu?
Dia mengingat kembali masa lalunya, ketika dia hanya seorang anak kecil yang menonton anime Naruto di televisi rumahnya. Saat itu, dia sudah bermimpi untuk bisa menggunakan Rasengan dan Chidori seperti Naruto dan Sasuke.
Namun, ketika dia mencoba untuk mengaplikasikan pengetahuannya dalam praktik, dia menyadari bahwa perjalanan menuju kehebatan itu tidak semudah yang dia bayangkan. Setiap kali dia mencoba membuat Rasengan atau Chidori, dia merasa kesulitan untuk mengendalikan cakranya. Naruto mungkin memiliki banyak cakra yang memungkinkannya menjaga Rasengannya tetap stabil, tetapi Ryoma tidak memiliki keuntungan itu.
Tetapi Ryoma tidak menyerah begitu saja. Dia menyadari bahwa untuk bisa menggunakan jurus-jurus itu, dia harus bekerja lebih keras dari sebelumnya. Dia menghabiskan berjam-jam di hutan, berlatih tanpa henti untuk mengendalikan chakranya dengan lebih baik. naruto membutuhkan 1 minggu untuk bisa menguasainya. ia yakin dia juga bisa melakukannya,
Setelah berbulan-bulan berlatih, Ryoma akhirnya melihat kemajuan. Meskipun belum sekuat Rasengan dan Chidori milik Naruto dan Sasuke, versi yang dia ciptakan sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Dia merasa bangga dengan pencapaiannya, meskipun dia tahu bahwa masih banyak yang harus dia pelajari.
ini sungguh melelahkan. apakah aku harus punya biju juga ya?