1 PROLOG

Pagi yang tak begitu cerah, tapi tidak begitu dipikirkan oleh sebagian murid yang ada di SMA ini, karena mereka tidak akan merasakan yang namanya kehujanan.

Dbuph

Kedua orang yang semula tengah melangkahkan kaki itu bertabrakan, sebab salah satu dari mereka yang tengah berjalan terburu-buru dan yang satunya tengah mengedarkan pandangannya melihat sekeliling yang masih terasa asing di pandangannya.

Sejenak cowok itu terdiam sambil memperhatikan orang di hadapannya. "Sorry," ucap seorang cowok yang baru saja menabrak seorang cewek berparas cantik dengan body yang begitu ideal.

Mendengar satu kata yang keluar dengan menggunakan nada bicara yang begitu datar membuat dirinya merasa begitu kesal, apalagi melihat ekspresi yang seolah menunjukkan kalau dia merasa tidak masalah akan hal tersebut.

"Kenapa di pagi hari ini gue harus bertemu dengan cowok modelan kayak lo?!" tanya cewek tersebut dengan menggunakan nada bicara yang begitu tinggi.

Dia langsung emosi, karena semula perasaannya sedang tidak baik-baik saja, sehingga saat ada sebuah hal yang tidak menyenangkan terjadi, maka emosinya langsung terpancing.

Alis cowok itu naik, dia cukup kaget mendengar kalimat tersebut dan juga ekspresi yang menunjukkan kalau cewek itu begitu tidak suka dengan apa yang tidak sengaja terjadi barusan.

Tatapan yang cewek itu berikan tidak terlihat kalau dia suka pada dirinya, bahkan sangat terlihat kalau dia tidak suka melihat dirinya, padahal selama dia melangkahkan kaki, banyak pandangan yang fokus memperhatikan dirinya dengan tatapan yang baik.

Cewek itu memperhatikan cowok di hadapannya dengan tatapan yang begitu menyeluruh sampai akhirnya dia teringat akan sesuatu hal.

"Lo anak baru?!" tanya cewek itu yang merasa tanda tanya karena melihat seragam yang cowok itu gunakan berbeda dengan cowok yang lainnya di SMA ini.

Cowok itu mengangguk dengan ekspresi yang masih datar, dia merasa begitu malas untuk berucap, terlebih saat tahu kalau cewek di hadapannya banyak ngomel.

"Baru jadi murid baru udah buat ulah sama gue! Lo sengaja ya menabrak gue agar lo bisa mencari alasan untuk lo bisa dekat dengan gue?!" tanya cewek itu yang semakin berprasangka buruk.

"Tidak usah teriak-teriak, bisa tidak?" tanya cowok itu yang terdengar begitu datar.

Sejenak cewek itu terdiam. "Tidak! Gue gak bisa bicara pelan! Terus mau lo apa kalau gue gak bisa memelankan nada bicara gue?!" tantang cewek tersebut.

Mendengar apa yang sudah cewek itu ucapkan semakin membuat dirinya menggelengkan kepalanya. Dia cukup heran dengan satu cewek yang dia rasa lain dari banyak cewek yang sudah dia temui.

"Stop berbicara."

Bibir cewek itu menungging, dia merasa kesal dengan hal tersebut. "Lo siapa gue sampai berani melarang gue?!" tanya cewek itu dengan tatapan yang masih sinis.

"Calon pacar lo."

Deg

Dengan seketika cewek itu terdiam saat dirinya mendengar sebuah jawaban yang begitu datar dari cowok itu, tapi kali ini tatapan cowok itu malah berubah begitu intens.

Cowok itu memperhatikan wajah mulus milik cewek cerewet di hadapannya dengan begitu detail, dia memperhatikan manik mata yang begitu indah, tapi sayang sekarang terpancar aura yang sinis saat menatapnya.

"Ogah gue punya cowok modelan kayak lo!" tekan cewek itu sambil memutar bola matanya malas.

Alasan dia memutar bola matanya, karena dia tidak ingin ada kontak mata antara dirinya dengan cowok berparas tampan dengan hidung yang mancung di hadapannya.

"Kenapa?" tanya cowok itu dengan begitu datar.

Cewek itu menghentakan kakinya dengan penuh kekesalan, dia semakin menatap cowok itu dengan tatapan yang tajam, bahkan dia berani melangkahkan kakinya satu langkah mendekat ke arah cowok itu.

Dia menaikkan pandangannya untuk menatap serius wajah cowok itu. "Ogah gue punya cowok menyebalkan kayak lo! Wajah tampan, tapi muka datar kayak tembok dan sikap dingin kayak kulkas!"

Sebuah senyuman miring terukir di bibir cowok itu. Dengan begitu santai dia melangkahkan kakinya yang semakin membuat jarak antara dirinya dan cewek bawel itu semakin tidak ada.

Dia menurunkan pandangannya, menatap intens manik mata cewek di hadapannya sambil terus memperhatikan detail wajahnya yang pada akhirnya fokus pada bibir merah muda milik cewek itu yang terlihat cukup menggoda.

Diluar dugaan, cowok itu menurunkan pandangan dan juga memegangi kepala cewek itu dengan kedua tangannya yang tak lama dari itu dia mempertemukan bibir miliknya dengan bibir cewek itu.

Degh!

Cewek itu begitu terdiam saat merasa kalau bibirnya bertemu dengan bibir milik cowok kulkas tersebut dan jauh lebih membuat dia terdiam saat lidah cowok tersebut melumat bibirnya.

Pergerakan lidah cowok itu begitu baik, bahkan sangat lembut, jauh dari kata brutal. Seolah memanjakan dirinya melalui lumatan lidahnya, apalagi saat jari tangan cowok itu menyentuh lehernya dengan sentuhan yang sensual.

Sejenak cewek itu merasakan sebuah ketenangan saat lidah milik cowok itu semakin ingin masuk lebih menelusuri mulutnya, karena memang pergerakannya begitu soft, sehingga berhasil membuat dia terlarut dalam permainan yang tak semestinya.

Trert

"Arh, sial!" umpat cowok itu saat baru saja bibirnya digigit oleh cewek di hadapannya dengan sebuah gigitan yang tidak tanggung.

Jari tangannya menyentuh, bahkan setengah mengusap bagian bibirnya yang dirasa sedikit sakit dan setengah perih. Dugaannya benar, bahwa sekarang bibirnya berdarah akibat gigitan cewek dihadapannya.

"Kurang ajar! Ngapain lo kiss gue?!" tanya cewek itu yang penuh dengan kekesalan.

Tatapannya semakin tajam, tapi dia sama sekali tidak memedulikan bibir cowok di hadapannya yang terlihat jelas mengeluarkan bercak darah.

Smirk cowok itu terukir dengan begitu jelas, ada sebuah kepuasan yang terpancar dalam diri cowok itu, apalagi saat melihat kalau pemilik bibir yang sudah dia nikmati memasang ekspresi yang begitu kesal.

Pandangan matanya turun ke bagian dada cewek itu, dia membaca nama cewek itu yang tertera di seragamnya, bahkan dia setengah mengingat-ingat namanya.

"Pierly Aksena." Nada bicara cowok itu tidak berubah. "Sekarang, lo milik gue." Senyuman tipis milik cowok itu terukir kembali.

Kedua bola mata cewek yang sudah diketahui bernama Pierly itu membulat, dia begitu kaget saat mendengar kalau cowok di hadapannya mengklaim bahwa dia dalah miliknya.

"Gue gak mau!" tolaknya yang merasa begitu malas menjadi milik cowok menyebalkan yang sekarang dia temui.

"Tidak menerima penolakan," ucap cowok itu yang kemudian dia mengusap lembut bibir bawah Aksena dengan sentuhan yang sensual.

avataravatar
Next chapter