1 Masa Kecil Ayu

Kehidupan Eneng Ayu Duschenka sewaktu kecil dan sekarang sangatlah jauh berbeda. Dahulu ia tinggal bersama Orang Tua dan Saudaranya di rumah megah di Ibu Kota. Ia dan 4 saudaranya terlahir berparas rupawan dan bergelimang harta sehingga dapat bergaya hidup mewah. Bagaimana tidak? Ibunya merupakan mantan model internasional asal Rusia yang jatuh cinta kepada bisnismen lokal yang sukses menanamkan investasi di berbagai perusahaan lokal maupun internasional.

Bukan hanya kekayaan yang dimiliki oleh ayahnya yang membuat sang ibu jatuh cinta, namun juga wajah tampan dan warna kulitnya coklat dianggap macho serta kepribadiannya yang humoris sehingga sang ibu rela meninggalkan tanah kelahirannya mengikuti sang suami. Keputusannya tidaklah membawa penyesalan bahkan senang dengan tempat tinggalnya yang baru yang dianggap surga duniawi yang merupakan daerah tropis banyak tumbuh beragam jenis tanaman dengan suhu hangat sepanjang tahun. Berkat bimbingan dari suaminya yang penyabar, akhirnya ia dengan sukarela mengikuti suaminya menjadi muslim. Mereka dikaruniai anak-anak yang tampan dan cantik. Mereka mendidik anaknya untuk mencintai tanah air, berkepribadian baik serta menjadi muslim yang taat. 

Suatu ketika, saat berusia 6 tahun keluarganya berlibur ke pantai untuk merayakan akhir tahun. Bukan pantai yang biasa mereka dikunjungi, wisata pantainya sekaligus merangkap wisata religi yang kental akan daerah ke islamannya yaitu Nanggroe Aceh Darussalam. Mereka menginap di villa pribadi tepi pantai Ujong Blang yang indah berlokasi di Aceh Utara. Kawasannya masih asri, tidak banyak pengunjung (jika dibandingkan dengan pengunjung pantai di pulau Jawa) dan air lautnyapun jernih sehingga tempat yang bagus untuk dijadikan snorkling, atau menikmati pemandangan pantai dengan damai.

Keluarganya tiba disana 10 hari sebelum tahun baru, mereka mengelilingi kawasan villa dan sekitarnya karena jiwa petualang mereka bangkit untuk memenuhi rasa ingin tahunya ke daerah yang belum pernah mereka kunjungi. Namun 5 hari sebelum akhir tahun tepatnya 26 Desember 2004, terjadilah peristiwa bencana tsunami itu. Hari itu sekeluarga berwisata ke daerah kota Banda Aceh, daerah pertama yang dikunjungi yaitu ke pantai Lhoknga. Rencananya dari situ lanjut ke wisata lainnya. Namun sayangnya pagi hari sekitar pukul 8 pagi ketika mereka tiba di pantai, terjadi gempa bumi yang dahsyat. Ayu kaget dan takut, segera berlindung di pelukan Ayahnya. Sedangkan adiknya yang masih bayi sedang digendongan sang Ibu yang mulai menangis, mungkin kaget juga. Entah kenapa tiba-tiba ayah menyuruh kita agar segera pergi dari pantai. 

Sekitar 15 menit kemudian terjadi tsunami, mobil mereka terbawa arus dan terombang ambing membentur berbagai rumah dan bangunan hingga tak sadarkan diri. Ayu tersadar ketika mobil mereka dalam keadaan terbalik dan tertimpa pohon besar. Ia terbatuk-batuk, mulutnya terasa asin akibat tertelan air laut, matanyapun perih dan badan serta rambut basah kuyup sehingga menggigil kedinginan. Lalu melihat orang tua dan saudaranya terhimpit ke tanah dan darah dimana-mana. Ia memanggil ayah ibu dan saudara-saudaranya, namun mereka diam tak menyahut panggilannya. Untungnya sewaktu mobil terbalik, ia meringkuk sehingga tubuhnya terlindungi kursi yang menghalanginya terhimpit ke tanah. Selain itu, karena ukurannya terbilang kurus dan kecil maka bisa keluar dari sabuk pengaman kemudian merangkak keluar dari mobil tersebut. 

Ia mencoba mencari bala bantuan, namun daerah sekitarnya sunyi dan senyap, tak ada orang dan semua bangunan serta pohon rata dengan tanah. Padahal sejam sebelumnya daerah tersebut ramai penduduknya. Apabila Tuhan berkehendak, bisa saja kehidupan langsung mati seketika. Ia mencoba masuk mobil kembali untuk menolong keluarganya, namun yang dilihatnya membuatnya terpukul. Sekarang bisa melihat dengan jelas bahwa Ayah Ibu dan adiknya sudah meninggal dengan cara menyedihkan. Ia tetap tak patah semangat berusaha menolong kakak-kakaknya, siapa tahu masih dalam keadaan hidup. Namun tenaganya tak kuat untuk menolong mereka. Betapapun kuatnya anak kecil apalagi Ayu hampir berusia 6 tahun, tetaplah termasuk lemah yang tidak bisa mengangkat mobil yang terbalik dan terhimpit batang pohon besar. Akhirnya ia menangis histeris dengan ketidakberdayaannya menolong keluarganya hingga akhirnya iapun tertidur kelelahan. 

Ketika tersadar, ia sudah berada di penampungan korban tsunami terdekat di dalam masjid Rahmatullah Lampuuk. Segera bertanya kepada bapak-bapak yang selamat yang berada disana "Dimana Ayah Ibu? Kak Hans, Ka Adi, Ka Sisca dan Ade Fitri?". Namun bapak tersebut menjawab "Sebaiknya adek berbaring dulu". Ia bertanya lagi "Kenapa tidak menjawab? Dimana mereka?". Lama bapak itu terdiam, lalu dengan berat hati menjawab "Maaf dek, Bapak tidak tahu. Masih beruntung adek selamat walaupun terseret tsunami, banyak yang tidak selamat. Kita berdoa saja semoga keluarga adek bisa selamat juga. Korban yang selamat dikirim kesini, silahkan cari disekitar masjid ini. Mungkin ada keluarga adek yang selamat". Ayu pun segera mencari keluarganya. Namun, setelah ditelusuri, tidak ditemukan keluarganya. Entah mereka terdampar dimana dan harus mencari kemana, ia pun tak tahu. Ia hanya bisa menangis dan menangis hingga kelelahan. Sampai akhirnya ia melihat korban lainnya yang bernasib sama dengannya kehilangan anggota keluarganya, baik muda maupun tua. 

Mereka bergotong royong saling membantu sesama yang membutuhkan pertolongan. Walaupun ia ingin mencari keluarganya, namun keadaan didepan mata harus dihadapi. Akhirnya ikut menolong para korban yang membutuhkan bantuan. Tak banyak yang bisa diberi bantuan karena ia hanyalah anak kecil dengan tenaga yang masih lemah. Ia mendapatkan makanan dari bahan makanan yang hanyut tersapu tsunami dan dikumpulkan oleh warga yang selamat. Tak ada transaksi jual beli makanan, makanan yang dikumpulkan bersama-sama dan dimakan bersama-sama. Menunyapun seadanya, tak selengkap makanan yang biasa dimakan. 

Bala bantuan datang pada hari ke 3, dari daerah sekitar perbukitan dan luar Aceh. Walaupun ada bantuan, namun tak lengkap akibat jalan rusak dan rumah serta bangunan runtuh sehingga menghambat bala bantuan. Trauma tsunami sebelumnya belumlah hilang ditambah lagi dengan gempa yang sering terjadi setiap hari sehingga membuat keresahan penduduk setempat yang selamat, mereka takut akan tsunami susulan yang berikutnya. Mereka hanya bisa pasrah menerima ujian dari Tuhan dan berdoa semoga mereka selamat dari bencana berikutnya. Keadaan diperparah dengan bau busuk yang mulai tercium akibat korban tsunami yang wafat yang jumlahnya ratusan ribu orang, letaknyapun dimana-mana. Korban yang selamat didaerah masjid itu sedikit jika dibandingkan dengan korban yang meninggal, korban yang selamatpun tenaganya semakin lemah akibat lapar dan terluka kehilangan darah yang diobati sekedarnya tanpa ada tim medis. Jadi mereka kekurangan tenaga untuk mengubur korban yang meninggal, bahkan banyak korban meninggal terhimpit rumah, bangunan dan pohon sehingga sulit dikeluarkan dan dikuburkan dengan layaknya.

Akhirnya bala bantuan dari pemerintahpun datang, lalu disusul bantuan kemanusiaan dari seluruh rakyat Indonesia serta dunia internasionalpun turut serta menyumbangkan bantuan yang dibutuhkan oleh para korban tsunami. Ayu pun dirawat di tenda kesehatan akibat luka tergores kaca mobil dan benda-benda tajam lainnya yang berada disekelilingnya bersama para korban yang terluka lainnya. Tim SAR, dan relawan mengecek data penduduk yang berada dikawasan tersebut dengan bertanya mengenai identitas tiap korban yang selamat disertai pertanyaan mengenai anggota keluarga yang hilang. Untungnya Ayu dididik untuk mengingat identitas pribadi yang penting berupa nama, alamat, nama keluarga dan nomor teleponnya. Dulu ayah takut anak-anaknya nyasar, apabila mengingat identitas pribadi maka bisa pulang dengan meminta bantuan petugas kepolisian ataupun orang lain yang dianggap baik mau membantu memulangkannya. Jadi ada untungnya juga didikan sang ayah, ia bisa menjawab pertanyaan para petugas dan relawan dalam mendata para korban yang selamat.

Salah satu tim SAR yaitu seorang tentara datang yang mendata para korban disaat Ayu dirawat "Maaf nona kecil yang cantik, siapa namanya? Umurnya berapa? Sudah sekolah belum? dan dimana tinggalnya?". Ia menjawab "Aku Eneng Ayu Duschenka, panggil saja Ayu, bulan depan Ayu umur 6 tahun, udah sekolah dong Om ganteng, SD kelas 1 di SD Global Islamic School Jakarta dan tinggal di Jakarta Timur. Maaf om, boleh pinjam hpnya? Ayu mau menelepon paman Ayu". Pak tentara itu menjawab "Oh, adek Ayu ingat nomor telepon paman ya. Boleh deh pinjam hp om, silahkan pakai, tapi jangan langsung ditutup ya! Om mau ngobrol dengan Paman adek" .

Pak tentarapun memberikan teleponnya, segera Ayu menelepon pamannya. Kring.. Teleponpun diangkat oleh pamannya "Hallo.. hallo..dengan siapa saya berbicara?". Ia menjawab "Paman.. Ini Ayu. Ayu takut.. Hiks..hiks.. Ayah ibu sudah pergi.." Pamannya kaget "Ayu? Ayu dimana? Bagaimana bisa Hendra pergi?". Ayu menjawab " Ayu ga tau ini dimana. Tau-tau Ayu ada di masjid". Pamannya kaget lagi "Hah dimasjid? Astaga..Ayu diculik. Berikan hp ini ke orang yang menculik Ayu!". Ternyata ada kesalahpahaman antara paman dan keponakannya. Ayu berkata "Om tentara bukan nyulik Ayu, Ayu minjem hpnya buat nelepon Paman". Paman Agus semakin bingung dengan pernyataan Ayu, iapun bertanya "Coba cerita ke paman, sebelum Ayu di masjid, Ayu ada dimana bersama Ayah Ibu?". 

Ayu menjawab "Ayu berlibur ke pantai sama Ayah, Ibu, Ka Hans, Ka Adi, Ka Siska dan Adek Fitri. Ayu lupa nama pantainya, tanya om tentara aja. Paman cepet jemput Ayu ya! Ayu sendirian disini. Ayu takut". Mendengar hal itu, pak tentara meminta Ayu untuk menyerahkan teleponnya agar pak tentara dapat mengobrol dengan pamannya. Dengan berat hati iapun menyerahkan teleponnya. Pak tentara pun melanjutkan telepon dengan paman dan bertanya mengenai hal-hal yang tidak ia ketahui disebabkan pak tentara keluar tenda kesehatan tempat ia dirawat. Setelah beberapa menit berlalu, pak tentarapun kembali dan menyampaikan bela sungkawa kemudian berpamitan. Setelah pak tentara pergi, dokterpun menggantikannya dan bertanya mengenai perasaan yang dirasakan serta menyampaikan informasi mengenai kesehatannya secara keseluruhan.

avataravatar
Next chapter