webnovel

JANDA SEBELAH

Tok! Tok! Tok!

Seseorang mengetuk pintu rumah Seli.

"Iya sebentar," teriak wanita itu.

Seli baru selesai mandi. Karena mendengar ada orang bertamu di rumahnya ia pun segera menjatuhkan handuk yang masih membalut tubuhnya. Kemudian tangannya menggapai baju daster pendek yang berada di atas ranjang.

Seli memakainya sambil berjalan santai menuruni anak tangga, lalu melewati ruang demi ruang. Rumah tampak lengang, sebab ia hanya tinggal sendirian. Statusnya seorang janda, cantik dan seksi, oleh karena itu tidak jarang laki-laki datang ke rumahnya sekadar untuk mengapeli. Dan kini, hanya dengan mengenakan daster pendek saja Seli sangat percaya diri membukakan pintu untuk tamunya yang datang.

"Ada yang bisa aku bantu?" tanya Seli pada laki-laki yang memunggunginya.

"Selamat malam, Sayang."

"Bara?" Seli langsung menarik laki-laki itu masuk ke dalam rumah, menoleh-noleh sebentar keluar, lalu menutup pintu. Bara bersandar di pintu dan janda itu berada di depannya dengan tubuh berdekatan. Dia tidak mau ada tetangga yang melihat Bara datang ke rumahnya.

"Bara, kamu ngapain ke sini malam-malam? Kalau istrimu tahu bagaimana?"

Bara hanya terdiam sambil melihat tubuh Seli yang seksi, berbalut daster kuning saja malam ini. Kini tubuh mereka sangat dekat sampai tercium bau harum sabun mawar yang masuk ke lubang hidungnya dan membuat pria itu ingin mencium janda itu.

"Istriku lagi kerja ke luar kota dan seperti biasa malam ini dia tidak pulang." Bara mendengus.

Laki-laki itu mencoba menahan birahinya dengan memalingkan muka dan melihat vas bunga yang ada di atas meja. Meski sejujurnya ia tidak tahan memendam hasrat terlalu lama. Apa lagi tubuh Seli sangatlah menggoda iman, membuat Bara rasanya pengen murtad.

"Ya ampun, Bara, Sayang. Kenapa nasibmu malang sekali?" tangan Seli membelai pipi kiri laki-laki itu dengan lembut.

Hal itu membuat Bara kegirangan. Ia menatap wajah Seli yang masih cantik meski usianya sudah menginjak empat puluh tahun.

"Kamu benar. Arum memang terlalu sibuk hingga lupa kalau ada suaminya yang selalu kesepian di rumah."

Seli mengangguk. Dia memang bisa mendengar curahan hati Bara setiap kali laki-laki itu bercerita tentang istrinya yang sering pergi ke luar kota.

"Aku paham sekali bagaimana perasaanmu. Ya sudah kamu duduk dulu biar aku buatkan kamu teh panas."

Bara setuju. Dia memang sangat membutuhkan perhatian. Mereka berdua pun saling melempar senyuman hangat.

Seli menggandeng Bara dan menyuruhnya untuk duduk di sofa. Kemudian ia berjalan masuk dapur untuk membuatkan minum.

Pandangan Bara buyar saat melihat paha Seli yang putih dan jenjang. Apalagi janda itu sengaja melenggak-lenggokkan pinggulnya saat sedang berjalan.

'Shit!' batin Bara menahan sesuatu yang hendak memberontak di balik celana.

Jujut saja Bara merasa lebih betah berada di rumah Seli ketimbang di rumahnya sendiri. Karena di sini ia merasakan hangatnya perhatian yang diberikan oleh si janda seksi itu.

Tak lama, Seli kembali dengan membawa secangkir teh panas untuk Bara. Sambil berjalan dia memberikan senyuman hangat dan membuat laki-laki itu terpesona dengan senyuman manis yang berhasil menghipnotis.

"Ini minum dulu. Kamu harus habiskan biar pikiranmu lebih tenang." Seli membungkuk, meletakkan tatakan cangkir hati-hati.

"Terima kasih."

"Sama-sama." Kemudian Seli duduk berhadapan dengan laki-laki itu. Lalu sengaja ia melipat kakinya, mempertontonkan kedua pahanya yang mulus.

Bara tertegun meneguk air liur, pandangan matanya tertuju pada paha putih janda seksi itu. Apa lagi daster pendek yang sedang dikenakan sedikit tersingkap, membuat bulu tipis yang tumbuh di paha Seli jadi terlihat menawan.

"Ehem!" Seli berdehem.

Bara langsung gelagapan seperti maling tertangkap basah.

"Kok didiemin aja sih tehnya? Nanti dingin lho," ucap Seli manyun.

"E-e-iya, ini juga mau di minum, kok."

Bara mengambil cangkir itu. Tangannya gemetar hingga menimbulkan bunyi cangkir yang diangkat dari lambar.

Seli hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala melihat tingkah laki-laki di depannya.

"Aw," teriak Bara saat tehnya menumpahi kemeja yang dia pakai. Sengaja ia melakukan itu.

"Ya ampun, kamu nggak apa-apa?" tanya Seli yang sontak mendekati Bara. Dia membantu menaruh cangkir dan kemudian memastikan air teh panas itu tidak melukai bagian dada Bara.

Jantung Bara berdegup kencang. Bau harum sabun mawar pun tercium kembali. Pandangan Bara pun terpaku pada tubuh janda yang seksi itu.

"Panas? Apa dadamu sakit?" Seli berusaha mengibas-ngibas kerah baju milik Bara, hingga terlihat dada Bara yang bidang dan berbulu. Hingga kemudia yang terjadi adalah...

CUP!

Bara langsung mencium bibir Seli tanpa permisi. Karena ia sudah tak tahan dan imannya telah terguncang mendapati belahan dada Seli yang menyembul dari balik daster itu.

Si janda pun tak bisa menolaknya. Bak gayung bersambut ia malah merespon tindakan Bara dengan membalas ciuman hingga membuat laki-laki itu lebih bersemangat.

Kaki Seli naik ke atas sofa. Tangannya merangkul leher Bara dan mereka saling beradu kehebatan dalam berciuman.

"Mmmuah, Sayang..."

"Yess!! Te-terus cium aku!"

Tidak berhenti di situ saja. Bara mendorong tubuh Seli hingga terjatuh di sofa. Kemudian dia meneruskan aksinya, melumat bibir tebal si janda seksi itu, dan tangannya sesekali mulai nakal mengelus paha Seli yang sudah tersingkap dari dasternya.

"Stop!" ujar Seli tiba-tiba menghentikan aksi laki-laki yang kini berada di atas tubuhnya.

"Why?"

"Bara, kamu yakin dengan apa yang akan kamu lakukan ini?"

"Lho, kenapa tidak? Bukannya kamu juga menginginkannya?"

Seli mendorong tubuh Bara. Lalu dia duduk seraya membenarkan daster yang sedikit terbuka.

"Bukan begitu, kamu kan masih punya istri. Aku hanya tidak mau kamu menyesal nantinya."

Bara mendengus. Padahal tinggal selangkah lagi dia berhasil menguasai tubuh seksi milik Seli.

"Hm, kamu kan tahu sendiri istriku itu jarang di rumah. Bahkan aku sampai lupa kapan terakhir aku bercinta dengannya."

Bara bersandar di sofa. Dengan harapan ucapannya akan membuat Seli merasa kasihan dengannya yang selalu ditinggal Arum pergi ke luar kota untuk mengurus kerjaan kantor.

"Tapi, apa jadinya kalau Arum tahu kamu ada di sini bersamaku? Dia pasti akan marah sekali denganmu, apa lagi kalau sampai kita terlalu jauh melakukan ini..."

"Sayang, nggak akan terjadi apa pun selama hanya aku dan kamu yang tahu." Bara menyela, mencoba meyakinkan Seli. Kedatangannya ke rumah janda ini karena tadi siang, dia melihat laki-laki dengan mobil mewah mendatangi rumah Seli. Bara cemburu, dan tidak mau kehilangan wanita itu. Karena dia yakin kalau Seli mencintainya bukan karena harta melainkan lebih karena kenyamanan.

"Kita jalani hubungan ini dengan hati-hati, okay? Kamu merasa kesepian, kan? Aku juga kesepian. Kamu butuh kehangatan, kan? Dan aku pun butuh kehangatan. Jadinya pas. Kita memang sama-sama saling melengkapi dan membutuhkan. Lalu untuk apa kita tidak melanjutkannya saja?" ucap Bara mengeluarkan jurus gombalnya.

Seli menatap Bara tanpa berkedip. Dia memang sudah terlanjur jatuh cinta dengan suami tetangganya itu. Bara tampan, maskulin, dengan kulit kecoklatan dan tubuh yang bagus dan pastinya, pria itu bertenaga serta hebat di atas ranjang. Seli jadi membayangkan jika sedang dihajar oleh Bara di atas ranjang, pastinya akan sangat memuaskan.

Wanita itu langsung memeluk Bara. Entah mengapa dari sekian banyak laki-laki yang datang ke rumahnya hanya laki-laki itu yang berhasil membuatnya nyaman.

"Gimana, kamu mau, kan?" Bara ingin memastikan.

Seli mengangguk. Meski wajahnya menunduk malu-malu. Dia tidak bisa menolak lagi dengan alasan apa pun.

"Ya sudah tunggu apa lagi?" Bara langsung menggendong tubuh Seli dengan mudahnya. Dia tidak sabar untuk meneruskan aksi bejatnya yang barusan terjeda.

"Sayang, kamu mau bawa aku kemana?"

"Ke surga dunia."

Seli langsung tertawa mendengar jawaban Bara. Dia pun merasa senang sekali. Karena dia memang sudah sangat lama menjanda dan butuh sekali belaian.

Wanita itu dijatuhkan ke atas ranjang. Seli tersenyum melihat Bara membuka kancing kemejanya. Baju putih itu langsung dibuang, hingga terlihat dada bidang laki-laki itu yang berbulu dan semakin menggairahkan.

"Mau berapa ronde?" tantang Bara tersenyum miring.

Next chapter