webnovel

20. Liar

"Baguslah, Pap. Terima kasih atas pengertian Papa." Argan mendekat ke Papanya.

"Oh, iya, Argan, tolong jemput Pak Santoso ke rumahnya lalu bawa ke sini, ada hal penting yang akan kami bahas," perintah sang Papa. Entah Melzy mencium kebusukan niat dari sebuah perintah itu.

"Aku? Bukankah Papa punya banyak tangan kanan, kata Papa? Kenapa harus aku yang jemput, aku sudah libur sehari kemarin, kerjaanku banyak, Pap," protes Argan sambil mengernyitkan dahi.

"Memang, tetapi harus kamu yang menjemputnya ke sana, karena pak Santoso akan datang bersama putrinya yang baru lulus kuliah, kupikir kau bisa mengenalnya dulu. Siapa tahu kamu suka dan bisa melupakan wanita tak tahu diri itu!" sahut si Papa.

"Hentikan menghina, Lily, Papa. Dia sangat tahu diri! Dan jangan sebut lagi namanya!" bentak Argan.

"Oke, sudah, pergilah sekarang, aku tunggu secepatnya, lagipula aku ingin bicara sedikit dengan Melzy, mengingat hanya tinggal besok dia tinggal di rumah kita, Papa harus memulangkan dia ke kotanya."

"GLODAKH!" Argan menjatuhkan buku besar yang tadi berada di mejanya ke lantai.

"BRAKH!" lalu menutup pintu ruangannya dengan keras.

"Hehe, masih saja tempramen, dasar anak tidak dewasa-dewasa!" umpat Sena.

"Tempramen? Pria sebaik dan selembut itu memperlakukan ibunya dikata tempramen? Tuan, yang salah! Aku rasa mas Argan cukup dewasa daripada Papanya yang sama sekali kekanak-kanakan dan tidak pengertian sama sekali!" gumam Melzy dalam hati membela Argan yang memang dia kenal sangat baik kepadanya, adik dan Mamanya, dia adalah pemuda yang sangat tanggung jawab bagi dia.

"CKLEK!" pintu ruang kantor ini dikunci. SIAL! Mau apa orang tua ini?!

"Tu-Tuan, kenapa harus dikunci? Katanya mau bicara? Bicara apa, Tuan?" Melzy mulai berkeringat deras.

"Hahaha, itu cuma alasan agar putraku menyingkir, Sayang. Untuk apa berbicara? Aku mau kita saling bicara dengan bahasa tubuh dan aneka gaya. Yuk, sudah gak ada siapa-siapa." Sena melonggarkan dasinya, lalu membuka jasnya.

"Ti-tidak, Tuan! Apa yang ingin anda lakukan di ruangan ini?" Melzy memundurkan langkah.

"Hadeeh! Sudah berapa kali kita memadu asmara, Sayang. Jangan pura-pura tak tahu dan tak merasakan gejolak di dadaku setiap menatap tubuhmu." sorot mata licik Sena.

"Tidak! Tidak boleh di sini, ini ruang kerja putra anda, tuan Argan sangat baik dan sangat menghormati anda, anda tidak boleh merusak aura ruangan ini! Anda harus percaya magnet rejeki yang ditarik karena ruangan yang bersih." Melzy berusaha menasehati, tetapi sepertinya nihil karena uap panas Sena sudah sangat tampak nyata.

"Hahaha! Persetan dengan itu semua, buktinya aku selalu berjalan sesuai logikaku dan aku kaya, sukses, bahkan keluargaku sejahtera. Sudahlah, kamu seperti anak kemarin sore yang tidak pernah kusentuh saja, akui saja kalau kamu juga ketagihan, 'kan?" Semakin berani orang itu menurunkan resleting celananya dan membuka kancing-kancing baju.

"Akhirnya fantasiku menjadi nyata, aku bisa bercinta dengan sekretaris muda di kantor kerja anakku, sejak dulu aku menginginkannya dan kau sangat cantik hari ini, tidak sia-sia aku membawamu pulang, kau selalu mampu membakar geloraku, Manis." Melzy sepertinya terpojok dan sudah menempel berada di dinding.

"Aku tahu aku perempuan murahan, tetapi aku bukan perempuan nakal, hatiku masih suci! Aku juga selalu menghargai istri anda, sungguh sangat kasihan beliau," balas Melzy.

"Hei, jangan mengalihkan topik, lihatlah si Joni-ku sudah bergerak-gerak dalam sangkarnya. Dia menuntut segera keluar dan masuk ke sarang penuh madu milikmu!" Astaga perkataannya sudah tidak terkendali.

"Tuan, anda konyol, aku tidak suka yang begini. Kumohon bawa saja aku pergi ke hotel, anda bisa melampiaskan di sana, jangan di tempat ini. Akan menimbulkan kesuraman dalam suasana kerja nanti, Tuan!" mohon Melzy masih terus merayu.

"Konyol? Kenyal, iya. Memang Joni-ku sangat kenyal, ayo, lakukan tugasmu, kau harusnya memainkan lollipop kenikmatan itu dengan bibir seksimu. Aku tak sabar membayangkannya."

"Tuan, jangan sakiti aku. Aku tidak ingin menjual diri, tetapi aku dipaksa, jadi dalam lubuk hatiku yang paling dalam, aku tidak mau berbuat ini." Melzy mulai menangis.

"Itu bukan urusanku! Aku sudah membayarmu mahal kepada Bosmu!" bentak lelaki itu.

"Tuan! Kenapa putra dan keluarga anda sangat santun dan baik hati, tetapi anda sangat kejam dan tak tahu diri? Istri sakit parah malah berleha-leha dengan wanita lain! Anda kejam!" Melzy menyuarakan isi hatinya. Dia tak mampu menahan tangis.

"PLAKH!" Tamparan keras mendarat ke pipi Melzy, tuh, benar 'kan? Lelaki pemuja nafsu tidak akan pernah ada santun-santunnya, hanya baik di awal saja.

"AUGH!" Melzy merasakan pipinya perih dan ia pegang sambil tersungkur.

"JANGAN BAWA-BAWA KELUARGAKU!" bentak sang tuan.

"Hiks, hiks," tangis Melzy semakin terisak.

"Kesabaranku sungguh ada batasnya, bukan urusanmu mengatur-atur sikap seluruh anggota keluargaku! Sekarang puaskan aku jika kau mau aku bersikap manis, aku menyukaimu, tapi tak menyukai sikapmu yang terus-terusan sok suci! Jalang tetaplah jalang!!" umpat Sena yang lagi kalap.

Ia langsung menarik dan mengangkat paksa tubuh Melzy setelah ia jatuh tersungkur tadi, dia angkat lalu direbahkan di atas meja kerja putranya, dengan kasar membuka pakaian kerja Melzy, sayangnya walaupun tidak menginginkannya, Melzy takkan mungkin berteriak, sebab tuannya saat ini adalah pemilik dirinya selama lima hari. Tak mungkin juga meminta tolong kepada orang lain karena pasti itu mempermalukan tuan juga dirinya.

"Aaaaaaah, Tuan, kumohon, jangan di sini!" teriak Melzy menyedihkan masih tak mampu melawan tuannya. Dia terus dipaksa dalam keadaan telentang dengan tubuh kekar yang menindihnya dan meminta lebih.

"Kenapa sudah berulang kali, tetap sikapmu begini, Sayang. Jangan kau buat aku bermain kasar, lebih menurutlah kepadaku, pasti semua akan baik-baik saja. Jangan melawan, kau tahu aku sangat menyukaimu. Mana mungkin aku menyakitimu. Aku hanya minta kehangatan dari dirimu. Sekian lama aku tak dapat dari istriku!" bisik lelaki yang telah membara dibakar gelora kepada perempuan lemah itu.

"Tu-tuan, bukankah banyak perempuan yang dengan mudah kau dapatkan bahkan sebanyak yang anda mau?!" balas Melzy.

"Sungguh, tidak ada yang seperti dirimu, kau membawaku kepada keindahan masa lalu yang aku memang sangat merindukan dia." Mulai merendah nada tuannya itu.

Dengan lembut dia kemudian memperlakukan Melzy, mulai dari mengelus, meraba dan memainkan lidah untuk menyapu seluruh kulit halus sang dewi cinta yang sudah pasrah di atas meja. Pria itu melumat bibir tipis berwarna nude milik Melzy dengan penuh semangat, tak ada yang bisa dilakukan oleh Melzy, lagi-lagi dia hanya pasrah saja. Dia tak mampu menghentikan nafsu tuannya.

Tanpa terasa keduanya lepaslah sudah dari balutan pakaian masing-masing, hanya bentuk yang polos tanpa sehelai pun menjadi gambar kesaksian bisu benda yang tak bergerak, air mata itu jatuh yang ke sekian kali tanpa bisa dihentikan. Remuk tulang hatinya dan beginilah yang akan ia terima setiap waktu entah sampai kapan.