webnovel

Semua telah berubah

Sore harinya Safa bermaksud pergi ke ATM di kota dengan mengendarai kendaraan sepeda motornya. Ketika ia sampai di gerai ATM, dia pun terkejut karena ternyata ATM dari suaminya sudah di blokir.

Dia kemudian mengambil ATM miliknya yang saldonya sudah semakin menipis." Sepertinya memang aku harus bekerja kembali agar anak ku memiliki masa depan yang jelas." Batin Shafa.

"Apakah masih lama?" Suara seorang wanita yang sudah mengantri di belakang Shafa."

"Saya sudah selesai, mohon maaf sedikit lama. Ada sedikit masalah tadi." Ucapnya.

"Iya nggak apa-apa, takut mesin ATM nya bermasalah, saya akan ke kantor cabang di kota mumpung masih sore." Ucap wanita itu.

Tasya keluar, kemudian mendekat kearah tantenya berada dan sedang menunggunya.

"Apakah sudah selesai mengambil uangnya?" Tanya bibinya dengan sabar.

"Sudah bi, yuk kita pulang." Jawab Shafa kemudian.

"Kita ke mana lagi?" Tanya bibinya.

"Pulang saja."

Keduanya kembali pulang Dengan mengendarai sepeda motornya. Niatnya untuk memberikan uang uang cukup banyak untuk nenek dan bibinya pun batal ketika mendapati sang suami telah memblokir ATM nya.

***

Pagi harinya Shafa kembali ke Jakarta dengan mengendarai kereta api. Dia terpaksa membatalkan janjinya dengan Dafa yang rencananya akan pergi ke kota pada siang harinya.

Membangun karir nya adalah prioritas utama nya saat ini. Demi kebutuhan anak yang sedang di kandungnya. Harapan nya untuk kembali dengan Devan sang suami sepertinya sudah tidak mungkin ketika Devan yang dia harapkan akan menyusul ya ternyata sama sekali tak menampakkan batang hidungnya.

Siang harinya Shafa telah sampai di stasiun Senen setelah berada di dalam kereta api selama tujuh jam lebih.

Tasya menyeret kopernya mencari ke arah taksi online yang di pesan nya. Tak butuh waktu lama, Shafa telah masuk kedalam taksi pesanan nya.

Sopir taksi membawanya menuju ke jalan kebon jati raya di mana rumah kos yang di belikan oleh Devan sang suami. Ingatannya kembali akan kenangannya bersama sang suami.

Shafa meraih ponsel yang ada di dalam tasnya. Dia berharap ada panggilan atau pesan yang di kirim oleh sang suami kedalam ponselnya. Sayangnya hingga ia menunggu beberapa saat itu pesan dan panggilan itu tak kunjung datang.

Shafa membuka pesan yang ternyata dari Reno atasan nya yang menanyakan kabar nya. setelah kepulangan nya, ini kali pertama pria itu menanyakan kabar.

"Setidaknya Reno jauh lebih perhatian daripada Devan yang sepertinya sudah tak peduli dengannya.

Mobil taksi yang membawanya melaju kencang membawanya menerobos panasnya jalanan ibu kota.

Suara bising jalanan ibu kota dan juga kemacetan seakan sudah menjadi ciri khas ibu kota Jakarta yang begitu padat.

Pikirannya masih melayang, memikirkan nasib rumah tangga nya.

Shafa berpikir ketika ia pulang kampung maka beban pikiran nya akan berkurang. Sayang nya semua itu tidak berlaku.

Mobil yang Safa tumpangi telah sampai di depan rumah. Dua orang memakai seragam satpam berjaga di depan rumah itu.

Rumah yang baru beberapa hari ia tinggalkan itu kini telah berubah. Pagar yang tinggi menjulang menutupi halaman rumah itu, membuat ia tak leluasa untuk masuk kedalam rumah yang beberapa bulan lalu menjadi miliknya.

"Maaf Nona. Tuan Devan tidak mengizinkan anda untuk memasukinya rumah ini." Ucap seorang satpam yang berdiri menyambut Shafa meskipun sambutan nya di ikuti penolakan.

"Ini perintah? Tapi rumah ini atas nama saya." Jawab Tasya.

"Apa nona memiliki buktinya?"

"Tidak. Aku nggak membawanya, surat itu saya tinggal di dalam rumah."

"Maaf Nona, silahkan menghubungi tuan Devan jika ingin masuk kedalam rumah. Saya hanya menjalankan tugas saja." Tukas pak satpam.

***Bersambung ***

Next chapter