webnovel

CH.39 Bala Bantuan

Semuanya berlangsung begitu cepat dan sangat sengit, terlalu sengit bahkan. Setiap gerakan yang dilancakan hampir tidak bisa dilihat dengan mata orang normal karena kecepatannya tidak bisa dikira-kira. Dampaknya kepada lingkungan sekitar juga tidak tanggung-tanggung, sampai membuang wilayah yang datar ini menjadi cekung.

"Hiyaaa!! Noarou."

Dari kemampuan pedang, sihir penguat, sihir pelindung, kemampuan dari sistem game, sihir buatan, bahkan item-item yang ada di kalung pemberiaan ratu Kioku kumanfaatkan semuanya. Kalau semuanya tidak dikerahkan kami pasti tidak akan bisa bertahan.

Pertarungan ini kalau boleh dikatakan masih dalam keadaan seimbang, kami memang mengalami banyak luka, tetapi musuh juga berhasil menerima luka yang setidaknya berarti. Beberapa luka yang kualami ada yang seperti luka bakar karena sihir milik perempuan bernama Yotsuyu itu tidak bisa disembuhkan total, meninggalkan panas yang berarti.

"Kalian begitu keras kepala. May all God punish you, Hell's Fall."

Sihir apalagi ini yang dikerahkan oleh ketua mereka. Semakin lama sihir yang dikerahkan semakin tinggi tingkatakannya. Bahkan sihir dewa pun tidak tanggung-tanggung dikerahkan. Semuanya ini tidak bisa diprediksi.

"Kalau begini terus bisa-bisa kita kalah karena kelelahan melawan mereka bertujuh. Kemampuan mereka tidak mungkin bisa dihadapi kita sendiri."

"Bertahanlah Keena, pertarungan memang sulit, tetapi kita harus berjuang."

"Benar kata Koshiyu, kita harus berjuang Keena!! Shall all man be purified, Eigi."

Sebenarnya kemampuan milik kami itu seharusnya itu tidak perlu rapalan karena tingkat kepahaman kami sudah tinggi. Namun perang ini sudah berada di tingkat yang berbeda, sangat berbeda. Semua harus dikerahkan sepenuhnya sampai sihir tingkat tinggi yang memerlukan rapalan sebagai pengatarnya.

Kemampuanku sangatlah diragukan saat ini, tetapi aku sudah memiliki setidaknya 5% dari kemampuan dewi milik ratu Kioku. Tidak begitu berarti, tetapi sudah cukup untuk membantuku menggunakan kekuatan dewi juga.

"Menyingkir!!"

Yang dikerahkan oleh ketua 7 Deadly Sins adalah sihir yang hampir menyerupai meteor, tetapi yang kali ini bukan bebatuan panas, tetapi sebuah lonceng raksasa. Sedangkan sihir rapalan milik ratu Kioku adalah sebuah pedang air raksasa juga untuk menghancurkan lonceng itu.

Suara dentingan kedua benda besi ini bahkan lebih menyakiti telingaku daripada suara dentingan dua pedang yang saling berbenturan. Ini benar-benar di luar kemampuan manusia normal. Bisa dikatakan yang ada di perang ini setidaknya berada di tingkat monster ke atas.

"Masih belum berhasil juga untuk menyingkirkan tiga orang saja. Ayolah kerahkan semua kemampuan kalian."

"Dimengerti ketua!!"

Begitu perintah ketua mereka dikeluarkan seluruh sihir membanjiri wilayah ini. Mulai dari sihir api Ifrit, sihir es kabut nitrogen, sihir serangan pedang 100 tebasan, sihir hujan bola hitam yang dapat memisah dan meledak, sihir menyerap energi dari puluhan boneka, sihir membekukan wilayah dan memanggil golem es, sihir pemerlambat, dan terakhir sihir ilusi.

"Koshiyu, Keena, bantu aku. In all time may proctection before you, Jinxe."

Walau serangan itu sangatlah tidak masuk akal untuk ditangani, tetapi kami bertiga menahan serangan itu dengan segenap kemampuan kami. Serangan itu terlalu bertubi-tubi dan kalau tidak melindungi diri, maka kemungkinan mati sekejap tidak perlu diragukan.

Sekarang yang perlu kami khawatirkan adalah kalau mereka akan menyerang dari belakang di mana pertahanan kami paling lemah karena fokusnya adalah di depan. Kami bertiga saja sudah sangat direpotkan oleh kemampuan dari enam orang 7 Deadly Sins.

"Inilah akhir untuk kalian bertiga. Selamat tinggal. End of humanity and all life is death, Korona."

Sudah berakhir ya? Memang tidak ada yang bisa kami lakukan saat ini, tiga lawan tujuh sangatlah tidak adil. Seberapa besar kekuatan kami tidak mungkin kemenangan akan bisa kami gapai. Yah setidaknya semua ini berakhir dengan penuh perjuangan yang tidak sia-sia. Semoga ada yang melanjutkan perjuangan kami.

"Sudah berakhir ya?"

"Tidak secepat itu!! Papa, mama, Keena, jangan menyerah!!"

Suara apa itu? Apakah itu suara panggilan dari surga yang sudah hampir menjemput kami? Ah tidak, itu bukan panggilan, itu adalah bantuan. Begitu aku menoleh ke belakang aku melihat ada setidaknya tujuh orang lagi termasuk tiga anak raja Koshiyu dan ratu Kioku di dalamnya. Hah~ kukira hidupku sudah berakhir. Entah kenapa aku senang dan bisa tersenyum dalam kondisi terpojok ini.

"Shiakira!! Namitsu!! Shuruku!! Kenapa kalian datang kemarin!? Pulanglah!"

"Pulang dan mendapati berita bahwa papa, mama, dan Keena mati? Tidak semudah itu. Semuanya ayo kita kalahkan mereka."

"Tentu saja. The Virtue will punish the Sin, Befallen."

Tiba-tiba saja semuanya membentuk diri mereka sebagai dewa dan dewi. Dua pasang sayap putih, aura putih kekuningan, dan cahaya yang terang meliputi mereka membuat semua yang melihatnya kehilangan kontrol akan sihirnya. Dan benar saja, sihir yang tadinya membabi buta kami dan sihir milik ketua 7 Deadly Sins kehilangan kontrol dan balik menyerang mereka sendiri. Inikah yang dinamakan senjata makan tuan?

"Cih sial, padahal hampir saja kami menghabisi tiga orang ini. Malah muncul tujuh orang merepotkan lagi."

"Apa yang harus kita lakukan ketua?"

"Walau jumlah mereka bertambah, tetapi kekuatan kita malah bertambah juga. Ingat kenapa?"

Apa maksud mereka? Ketika jumlah di pihak kami bertambah kekuatan mereka juga bertambah? Aku tidak paham dengan apa yang mereka katakan, bagaimana bisa? Bagaimana ketika lawannya semakin kuat mereka bertambah kuat secara otomatis juga.

"Tentu saja, karena ini. Field of fool face, Area of Sins."

Begitu mereka mengaktifkan sihir itu, tekanan yang kami rasakan setidaknya bertambah sekitar 5 kali lipat. Ternyata mereka tidak menggertak, mereka benar-benar menjadi lebih kuat ketika musuhnya semakin banyak. Kalau seperti ini sih tetap saja kalah dalam kekuatan bukan kuantitas.

"Hahaha, lihat kalian, lemah sekali. Semakin banyak jumlah kalian, semakin kuat kami juga. Semua yang kalian lakukan itu percuma."

"Sayang sekali kami juga punya sihir yang sama. Face the reality and truth, Area of Virtues."

Tunggu, mereka katakan apa? Virtues? Mereka adalah tujuh kebajikan lawan alami tujuh dosa!? Tidak kusangka hal seperti ini akan terjadi. Kalau seperti ini sih tidak perlu kami khawatir lagi.

"Wah wah, 7 Heavenly Virtues ya? Tidak kusangka ada penyeimbang kami di dunia ini. Di mana saja kalian bersembunyi?"

"Tidak seperti kalian, kami tidak pernah bersembunyi, hanya saja kami melakukan keseharian kami. 7 Deadly Sins, perbuatan kalian sudah terlalu berlebihan, hentikan semuanya ini sekarang."

"Jangan memerintahku Humility, aku tidak akan berhenti sampai seluruh balas dendam kami terbayarkan. Assembly the 7 Sins, Death Among Us."

Seketika saja kabut hitam kelam memenuhi wilayah sejauh mata memandang. Ini terlalu berlebihan, kalau tadi perang sudah berada di tingkat atas, ini lebih jauh di atasnya. Pertarungan ini, perang ini sudah berada di tingkat dewa dan setaranya.

Salah mengambil tindakan sekali dan lengah sedikit saja pasti kematian sudah menunggu di depan persis dan tak bisa dihindari. Itulah kenapa aku daritadi diam mengamati saja untuk mengetahui waktu yang tepat untuk mengambil keputusan.

"Kita akhiri semua ini."

"Perbuatan kalian sudah berlebihan, kami akan hentikan kalian dengan paksa. Mama, papa, Keena bantu kami."

"Hahaha… tentu saja. Kita akan melindungi negara kerajaan kita."

Yang selanjutnya aku alami sudah tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Apalagi selain pertarungan yang tiada taranya pecah di antara kami dan 7 Deadly Sins. Namun satu hal yang tidak terduga adalah ternyata kekuatan aku, ratu Kioku, raja Koshiyu, dan 7 Heavenly Virtues tidak lebih dari 7 Deadly Sins. Kemampuan kedua belah pihak seimbang.

Kalau begini yang tersisa adalah menunggu siapa yang akan kelelahan terlebih dahulu dan kehabisan mana. Kemenangan akan pertarungan ini tidak boleh jatuh ke tangan mereka, ke tangan yang salah. Kalau saja kami berhasil dikalahkan, maka dunia Kimino akan lenyap.

[Tes, tes, ada yang bisa mendengarkan suaraku?]

"Hah? Suara apa itu?"

[Ah ada yang mendengarkanku. Nona, apa kau yang meminta bantuan?]

Jangan katakan ini adalah suara dari headsetku. Namun seharusnya dari headsetku hanya akan memberikan peringatan akan datangnya sinyal dari komputer yang diterima jadi aku tidak melewatkan kesempatan itu. Ini sungguh aneh, bagaimana bisa aku menerima suara yang bukan rekaman, tetapi suara asli.

"Kau benar, aku butuh bantuanmu, tetapi jangan sekarang aku sedang berada ditengah pertarungan besar. Aku belum mau kembali ke Terra."

[Kalau begitu biarkan kami membantumu lewat sistem game.]

Seketika itu aku bisa merasakan bahwa server Albheit Online terbuka untuk sekali lagi dan sistem leveling dan semuanya kembali berfungsi. Tidak hanya itu, batasan level yang seharusnya ada di level 100 berubah menjadi level 1000. Level 100 itu setara dengan tingkat 10, jadi dengan ini aku bisa menembus tingkat 100 yang melebihi kemampuan mereka.

"Ini? Benarkah aku bisa menggunakannya?"

[Pertarungan itu besar untukmu nona, gunakanlah semua kemampuanmu.]

"Terima kasih, terima kasih, aku sangat berterima kasih. Aku akan kontak lagi dirimu setelah pertarungan ini selesai."

[Semoga kemenangan berpihak kepadamu.]

Tidak kusangka bahwa sistem game akan kembali pulih seperti semula bahkan menjadi lebih baik dengan batasannya menjadi lebih besar. Tidak hanya itu, levelku juga langsung naik ke level 1000 tanpa perlu hal lain. Mungkin poin pengalaman yang kudapatkan dari berburu sudah memadai untuk mencapai level 1000.

"Kioku, Koshiyu, baru saja aku kembali mendapatkan koneksi dengan dunia asalku. Aku mendapatkan kekuatan 10 kali lipat. Biarkan aku menyelesaikan semuanya ini."

"Aku tidak memaksa dirimu, tetapi silahkan. Pertarungan ini, menangkanlah. Dengan begitu Keena akan kembali ke dunia asal tanpa penyesalan."

"Terima kasih. 7 Deadly Sins, aku akan mengalahkan kalian."

Pembalasan akan cemooh mereka atasku akan kukembalikan kepada mereka berkali-kali lipat. Dengan ini aku akan benar-benar mengakhiri mereka bertujuh tanpa menyisakan apa pun. Aku tidak akan buat kesalahan lagi seperti kejadian Hiro dan Loreu.

"Hoo, dirimu jadi congkak sekali nona. Namun semakin sombong dirimu, semakin kuatlah diriku, akulah Sin Pride."

"Mau dirimu jadi kuat atau tidak kau tetap akan kalah. Terima saja kematianmu."

Next chapter