30 CH.30 Ancaman

Semua ini terjadi begitu cepat tanpa aku sadari walau ada peringatan yang jelas terdengar olehku. Tidak kusangka bahwa kehidupanku yang damai ini akan mengalami hal yang tidak pernah aku duga.

Ingat kejadian 31 tahun yang lalu di mana para penyihir Kejahatan Imperial Arkness sudah dimusnahkan? Tidak kusangka setelah waktu selama itu peringatan keras dari tujuh orang tersisa tersebar ke seluruh dunia.

"Tunggu, apa maksudnya ini?"

"Entah juga, jujur aku tidak pernah menyangka bahwa apa yang dihancurkan Kioku 31 tahun lalu tidak semuanya tuntas. Ada tujuh orang dari Imperial Arkness muncul lagi menjadi lebih kuat dan menamakan dirinya 7 Deadly Sins."

Singkat cerita ketika aku sedang berada di dalam kelas akademi Gnelphir, seorang prajurit masuk ke dalam kelasku ketika pelajaran masih berlangsung dan memintaku juga tuan putri Tifaria untuk segera kembali menuju ke istana.

Sesampainya di istana aku langsung diberi tahu tentang kondisi yang memaksa aku dan tuan putri Tifaria untuk kembali. Dan kondisi itulah adalah ancaman dari sisa pasukan Imperial Arkness yang menyebut dirinya dengan 7 Deadly Sins. Ancaman ini berupa surat dan memberi tahu supaya mereka menyerah kepada mereka, atau perang akan terjadi.

Bukti nyata semacam kristal memori juga sudah diberikan kepada kami dan isi kristal memori itu adalah rekaman di mana seluruh dunia sudah digemparkan karena mereka. Monster-monster yang mereka bentuk membunuh para warga di seluruh dunia tanpa ampun. Bahkan para warga pun belum sempat kabur atau melawan mereka.

"Ini kondisi gawat, kita harus segera menanganinya."

"Aku pun sudah tahu, tetapi bagaimana kita bisa mengevakuasi semua penduduk yang ada? Tidak ada tempat persembunyian tertutup di wilayah negara kerajaan ini."

"Kalau aku bilang ada bagaimana? Yang kita perlu lakukan adalah mengumpulkan semua warga yang ada untuk pergi menuju tempat itu."

"Memangnya di mana?"

"Gua Farafa, di mana aku menemukan rahasia tentang Kiraibu Kiera."

Aku tidak bisa menyembunyikan fakta itu lebih lama lagi. Sudah satu tahun lebih sejak aku menemukan kebenaran itu dan tidak ada satu pun yang mengetahuinya. Jujur aku tersiska tidak memberi tahu soal kebenaran yang aku ketahui dari mereka yang berhak mengetahuinya.

"Apa? Ah lupakan soal itu, ceritakan kepada kami tentang itu nanti. Yang penting tujuan utama kita adalah mengevakuasi para warga. Aku tidak tahu kita dibilang beruntung atau tidak, tetapi kita adalah lawan terakhir mereka."

"Anggap saja itu rencana mereka untuk membuat tekanan yang kita rasakan membesar dan menjadikan kita panik sehingga semua tindakan yang kita ambil adalah tindakan gegabah."

"Baiklah, aku akan buat pengumuman dengan segera."

Butuh waktu sekitar 15 menit sampai semua warga mulai mengevakuasi diri, dan membutuhkan waktu kurang lebih satu jam setengah sampai semuanya terevakuasi di gua Farafa dengan tidak tertinggal satu pun. Untung saja aku masih ingat lokasi gua fatamorgana ini. Sekarang hanya tinggal bersiap melawan yang menyatakan diri sebagai 7 Deadly Sins.

"Kalian tunggu saja di sini. Aku akan melihat kondisi di luar. Sekaligus aku membentuk tembok pertahanan di seluruh wilayah negara kerajaan ini."

"Tidak, sebaiknya Keena juga ikut di sini bersama kami."

"Tujuan mereka adalah balas dendam, dan itu terlihat dengan jelas. Hanya aku seorang diri tidak akan begitu berarti."

Tanpa menghiraukan mereka lebih lagi aku langsung keluar dari wilayah fatamorgana gua Farafa dan membangun tembok pelindung di seluruh wilayah negara kerajaan Kogaroya ini. Ujung-ujungnya aku harus mensuplai diriku dengan botol pengisi mana sebanyak 5 botol.

Setelah itu aku tidak kembali ke gua Farafa, melainkan menuju rumahku di mana semua peralatanku tersimpan. Aku tidak ingin usahaku selama ini menjadi hancur sia-sia, makanya itu aku langsung memasukkan komputer yang kubuat dan peralatan lainnya ke dalam kalung.

"Hah~ 7 Deadly Sins ya, entah itu gertakan atau mereka memang berniat menghancurkan seluruh dunia."

[Keena, jangan memaksakan dirimu. Keselamatan dirimu sendiri di atas keselamatan orang lain.]

"Hahaha, Kioku lucu sekali mengatakan itu. Bukannya dululah Kioku yang berkorban demi keselamatan satu dunia?"

Jujur walau sebenarnya aku ingin kembali ke dunia asalku, tetapi selama aku ada di sini, menjadi orang terpilih, maka inilah yang harus aku lakukan. Tidak ada yang memberi tahuku tentang tugasku sebagai orang terpilih, tetapi aku tahu bahwa inilah di mana aku harus beraksi melawan kejahatan seperti ratu Kioku dulu melawan mereka.

[Tapi….]

"Tenang saja, dulu Kioku saja melawan begitu banyak musuh saja sanggup. Tujuh orang melawanku yang mampu membuat sihir sendiri apa bedanya dengan Kioku."

Tidak mempedulikan bahwa itu gertakan atau kenyataan, tetapi sekali aku harus berjuang, maka aku akan tetap berjuang. Maka dari itu aku melangkahkan kakiku di luar wilayah perlindunganku dan mengerahkan sihir pelacak. Sihir pelacak yang kugunakan adalah sihir yang sama saat aku menggunakannya untuk melacak keberadaan bumi.

"Sekarang, di mana mereka berada."

Sebenarnya ini rumit juga karena di rekaman yang dikirim itu mereka sama sekali tidak menunjukkan diri mereka. Jadi aku hanya bisa mengandalkan kemampuanku membedakan yang mana tujuh orang itu, yang mana yang bukan.

Memakan waktu sekitar satu jam lebih dan sama sekali tidak ada serangan dari arah mana pun. Juga aku tidak melihat mereka berada di mana pun walau dengan sihir. Dua kemungkinan aku buat, satu mereka menggertak saja, dua mereka sedang bersiap di tempat yang jauh dari sini.

"Sial, ini membuang waktuku saja."

Waktuku memang terbuang, tetapi yang lebih membuatku berpikir keras adalah mempertahankan pelindung ini selagi mencari mereka dengan sihir pelacak. Mengerahkan dua sihir besar sekaligus sangatlah memakan mana dan berulang kali aku harus meneguk botol pengisi mana itu untuk mempertahankan kedua sihir itu.

Namun lewat satu jam lagi pun mereka masih tidak menunjukkan diri. Bahkan bercak mana saja tidak terlihat olehku yang sihirnya bersifat membaca mana juga. Hampir merasa putus asa, aku mengistirahatkan diriku dengan menghentikan pencarian lewat sihir.

"Ke mana mereka sebenarnya? Apa mereka berniat untuk membuatku lelah terlebih dahulu sehingga mereka menjadi mudah melawanku?"

[Jangan paksakan dirimu makanya Keena. Kembalilah ke gua Farafa dan beristirahatlah. Para prajurit dan penyihir lainnya bisa diandalkan juga jadi Keena tidak perlu khawatir.]

"Bukannya aku khawatir, tetapi aku tidak ingin mengorbankan satu nyawa pun di tangan mereka, tidak lagi."

Baru saja aku berbicara dengan ratu Kioku, muncul keempat monster yang waktu itu berniat menyerangku sewaktu di hutan Heiyu. Rupanya mereka berniat membantuku untuk melindungi negara kerajaan ini.

"Kalian berniat untuk membantuku? Terima kasih."

[Tunggangilah Erie elang itu, dia akan membantumu melihat dari atas tanpa membuang-buang mana.]

Saran ratu Kioku pun aku dengar, dan Erie pun mengerti maksudku. Dengan dibawanya aku tinggi di atas langit, aku bisa melihat apa yang ada di sekitarku lebih baik. Dugaanku ternyata tidak salah, memang ada pasukan besar yang cukup jauh di sini dan mulai menyerang ketika aku tidak menggunakan sihir pelacakku. Kemungkinan besar salah satu dari mereka menyadari ini dan menyuruh mundur sehingga aku tidak bisa melacak mereka.

"Sial, energi dan manaku terbuang sia-sia tanpa menyadari ini lebih awal."

[Sebaiknya Keena meminta bantuan ke Koshiyu dan yang lainnya. Jumlah pasukan sebegitu banyak dan tujuh penyihir Kejahatan besar akan sulit Keena lawan sendiri.]

"Aku tahu bahwa tindakanku ini begitu bodoh dan bisa berakibat fatal kalau gagal. Namun aku tidak mau hanya bergantung kepada yang lain untuk hal ini. Aku akan mendatangi mereka."

[Tunggu, sebaiknya Keena kuberikan pecahan kekuatan dewi yang masih tersisa dalamku. Jika tidak terpaksa jangan pakai karena semua kontrol akan kekuatan dewiku sudah kuserahkan kepada tiga anakku.]

Sudah ada bantuan walau kecil dari ratu Kioku saja membuatku sedikit lebih tenang karena dengan ini aku mampu mencapai tingkat LR yang setara dengan monster tingkat 10 walau hanya sebagian kecil saja.

Dengan perintah simpel dariku, Erie langsung terbang menuju arah yang kutunjukkan. Ternyata tiga monster lainnya pun mengikuti ketika melihat kami pergi meninggalkan mereka. Insting berburu mereka mungkin mengatakan begitu.

"Ketemu juga."

Walau sedikit aneh aku turun tanpa diserang oleh mereka dan berhadap-hadapan di depan tujuh orang itu dan pasukan monster yang besar. Tidak kusangka mereka bukan lagi manusia, tetapi mereka sudah menjadi manusia setengah monster.

"Siapa kalian, dan kenapa kalian ingin melakukan semua ini?"

"Kami? Kami adalah orang yang akan menghabisimu tanpa ampun dan mengambil alih dunia ini untuk kami bertujuh saja."

"Hei, hei, Shika-chan, tidak perlu sampai sebegitunya kan? Seolah-olah ini karena kau terlalu banyak berbincang dengan Yotsuyu-chan."

Apa-apaan mereka, seolah-olah mereka memainkanku ketika aku berada di depan mereka sedang bersama dengan mereka. Bahkan mereka menganggapku seolah debu yang tidak perlu diperhatikan sama sekali.

"Hentikan tindakan bodoh kalian, kita harus serius apalagi di depan musuh kita. Dia memang satu, tetapi aku bisa merasakan tekanan yang besar darinya."

"Haruskah aku yang menanganinya Sinclair?"

"Tidak perlu, kurasa Loreu saja sudah cukup untuk ini."

"Kau ingin menyerahkannya kepada gadis yang isinya cuma tidur itu!?"

Lawan yang dikirim untukku adalah gadis yang sedang tidur itu!? Harga diriku hancur karena mereka mengatakan itu di depanku dengan terang-terangan. Walau aku punya tubuh perempuan, aku tetap memiliki harga diri seorang laki-laki.

"Wah wah, rupaya gadis ini merasa harga dirinya diinjak-injak. Baru saja aku merasakan dosa kesombongan darinya."

"Benarkah? Kalau begitu aku ubah pikiranku tentang mengirimkan Loreu adalah ide buruk. Kurasa dengan Loreu saja sudah cukup."

"Benarkan? Hei Yotsuyu, bangunkan tuh Loreu dan biarkan dia melawan gadis itu."

"Kenapa tidak serahkan ke diriku saja? Aku bisa melawan dia dengan mudah."

"Jangan, kasihan dirinya, terlalu lemah."

Aku sudah muak dan tidak terima mereka mengatakan semua yang buruk tentangku. Tidak usah aku menunggu lebih lama lagi, sudah saatnya aku melawan mereka bertujuh sekaligus tanpa ampun sama sekali.

"Kalian semua berisik, aku lawan kalian semua. ReLease."

avataravatar
Next chapter