3 Bab 3-Laki-laki Misterius

-Terjebak Dendam Masa Lalu-

Seperti pungguk merindukan bulan. Begitu pula dengan Naomi Aurora.

Wanita malang yang menantikan suaminya untuk datang ke rumah mereka. Nyatanya lebih dari tiga hari Alfian tidak menampakan wajahnya.

Laki-laki itu memilih tidak pulang. Mematikan ponselnya agar Naomi tidak bisa menghubungi.

Sakit ... Naomi langsung merasakan sakit luar biasa, seperti teriris sembilu yang sangat tajam.

"Jelaskan!!"

Naomi berteriak kasar. Melempar beberapa barang ketika suaminya datang tepat di hari ke empat.

Naomi marah, kesal dan kecewa. Dia mengamuk untuk pertama kalinya. Sepanjang pernikahan mereka berlangsung.

Alfian tidak menjelaskan apa-apa, dia hanya diam kemudian pergi lagi meninggalkan Naomi yang masih terisak dalam tangisannya.

Naomi nyaris mencegahnya, membawa lengan kekar Alfian untuk menghadapnya lagi. Akan tetapi ia urungn ketika menyadari jika egonya lebih besar.

Suami berselingkuh, hanya itu yang dapat disimpulkan.

Terasa sangat sakit. Kediaman sang suami ia asumsikan sebagai bentuk kejujuran tentang hubungan itu. Dengan mantan pacarnya.

Waktu berjalan cepat. Malam semakin larut, tapi Noomi masih menunggu suaminya pulang. Dia menyesal karena tadi sempat marah-marah. Saat kecemburuan menguasai segalanya, maka penyesalan akan datang belakangan.

Jika Alfian benar-benar berselingkuh, maka ia tidak akan sudi melepaskan sang suami begitu saja pada wanita pelakor yang notaben mantan suaminya dulu saat sekolah menengah. Karena walau bagaimana pun dia sangat menyukai Alfian, Naomi tidak akan melepaskannya.

Angin bertiup kencang, Naomi mendekap tubuhnya sendiri. Tubuhnya masih berdiri, mondar-mandir di ruangan tamu dengan menggigit bibir bawahnya yang mengerut pelan. Perasan Naomi mulai tidak enak ketika hujan lebat langsung turun, listrik tiba-tiba padam, kegelapan langsung menyelimuti rumah kecilnya.

Naomi tersentak kaget. Wanita itu melangkah kecil seraya meraba-raba dingin, menyalakan lilin kecil yang hampir habis, dia lupa membelinya.

Tok .. tok ..

Suara ketukan langsung menyadarkannya, Naomi menoleh, senyuman kecil tersungging di bibirnya. Dia bergegas membukakan pintu, suaminya pasti kehujanan di luar sana.

"Al!!" pekik Naomi.

Ia membukakan pintu masuk, angin kencang dari luar langsung menerobos wajahnya. Terasa dingin dan basah. Beberapa air hujan merembes mengenainya.

Naomi terdiam sejenak, dia melihat siluet suaminya yang basah kuyup. Naomi langsung membuka pintu lebar-lebar, kemudian meletakan lilin kecil di atas meja.

Naomi bergegas mengambil handuk kering agar suaminya tidak terlalu lama kedinginan.

"Al ... aku buatkan teh ya?" Naomi nyaris berniat membawa lilin redup itu ke dapur, tapi lengannya langsung ditahan oleh Alfian.

"Ehmm"

Suara serak suaminya bercampur dengan suara hujan yang membasahi dan menimbulkan suara berisik, tidak jelas. Naomi tidak terlalu memperhatikan gerak gerik Alfian, sampai suaminya itu memeluknya dari belakang. Baju basah Alfian membuatnya menegang, matanya melotot dengan debaran jantung yang memburu luar biasa.

Tubuhnya bergetar tidak jelas ketika helaan nafas panas menerpa kulit lehernya yang telanjang. Naomi merasa dadanya sesak oleh sesuatu yang tidak diketahui.

"Al .." Naomi bergumam tidak jelas ketika merasakan tangan Alfian menyikap bajunya.

Naomi tidak terlalu ingat apa yang terjadi, malam itu untuk pertama kalinya dia berhubungan badan dengan suaminya setelah tepat setahun sudah mereka menikah.

--------

Suara cicitan burung membuat Naomi membuka mata, dia menarik napas panjang setelah melirik ke samping, dan tidak menemukan suaminya. Kasurnya sudah dingin, artinya sang suami sudah lama pergi saat ia masih tertidur nyenyak. Mungkin subuh? pikirnya.

Naomi terdiam, Matanya menyipit, apa Alfian menyesal sudah melakukan hal itu dengannya?

Naomi menggelengkan kepalanya dengan cepat. Semua hanya perasaan ketakutannya saja. Alfian tidak mungkin menyesal melakukan malam pertama dengan istrinya sendiri.

Naomi langsung duduk dan bergegas membersihkan kamarnya yang seperti kapal pecah akibat pertarungan panasnya dengan sang suami. Wajahnya mendadak memerah namun langsung memucat di saat bersamaan.

Matanya melotot saat menatap jaket hitam yang tergeletak tepat di bawah kakinya di dekat kaki kasur. Perasaan Naomi langsung tidak enak, jeket itu bukan milik suaminya.

'Milik siapa?'

Degh ....

Naomi bangkit berdiri. Wanita itu mematung seketika. Degupan jantung semakin bergemuruh seiring kacaunya pikiran. Kakinya nyaris seperti jelly, tidak dapat menampung beban tubuh.

Naomi berpikir sejenak. Wanita itu menggigit bibir bawahnya, tertekan. Dia bukan tidak sadar jika aroma tubuh laki-laki yang bersamanya tadi malam sedikit berbeda dengan aroma tubuh Alfian, suaminya.

Walaupun tidak pernah berhubungan suami istri sebelumnya tapi Naomi sudah hafal aroma Alfian yang beberapa kali tidur di ranjangnya. Hanya tidur, tapi Naomi mengenali aroma rumput segar, campuran pasta gigi dan kayu manis yang menguar di tubuh Alfian.

Sedangkan aroma laki-laki yang merenggut mahkotanya tadi malam sedikit kuat. Campuran aroma citrus dan musk juga aroma hujan dan mint, serta sedikit aroma alkohol. Naomi sempat curiga, apa Alfian mabuk? Kenapa aromanya berbeda, tapi dia sendiri terlanjur bergairah. Pikirannya tidak mungkin laki-laki yang mencumbunya itu bukan suaminya kan?

Tidak ada orang yang datang ke rumah orang lain di malam hujan lebat dan berpetir.

Naomi memejamkan matanya beberapa saat. Tubuhnya bangkit, membalutkan selimut ke seluruh tubuhnya.

'Dia harus memastikan.' pikir Naomi.

Dia membuka pintu kamar dengan perlahan, mencondongkan kepala ke luar sambil melirik keadaan.

Sunyi ....

Naomi mengerutkan alisnya semakin curiga. Bagaimana jika laki-laki yang mencumbunya tadi malam benar-benar orang asing? Bagaimana jika suaminya mengetahui? Apa dia akan diceraikan?

"Tidak!!"

Naomi bergegas berlarian ke seluruh ruangan. Dapur, ruang tengah, kamar mandi dan juga halaman depan yang bahkan rumputnya masih basah sisa hujan lebat tadi malam.

Degh ...

Tidak ada tanda-tanda suaminya ada di sini. Bahkan mobil yang biasa terparkir di depan juga tidak terlihat.

Naomi semakin pucat. Itu artinya Alfian tidak pernah datang tadi malam.

'Jadi dia memang telah tidur dengan laki-laki asing?'

Degh ...

Naomi mengeling. Dia tersedak ludahnya sendiri, tidak tau harus melakukan apa lagi. Sebelah tangannya menutup mulut. Mencegah pekikan nyaring dan putus asa terdengar.

"Tidak! Ini bohongkan? Tidak mungkin!!"

Naomi menolak mentah-mentah pemikiran itu. Dia tidak tidur dengan laki-laki asing. Dia tidak bercumbu dengan laki-laki asing.

Naomi memukul dadanya. Rasa sesak itu semakin menekannya. Air mata di pelupuk sudah mengenang siap untuk merembes keluar.

Naomi mengeling kasar. Dia terdiam kaku, terduduk di lantai dengan kasar. Isakan pelan mulai terdengar. Tangannya mencengkram selimut yang membalut tubuh telanjangnya.

'Jangan sampai Suaminya tau,' pikiran itu tiba-tiba terlintas di kepalanya.

Naomi langsung bangkit, bergegas ke kamarnya lagi untuk menyembunyikan jaket hitam itu. Membungkusnya dengan rapat ke dalam plastik. Secepatnya akan dibuang jauh-jauh untuk menghilangkan jejak.

Naomi menangis tersedu-sedu. Tubuhnya bersandar di belakang pintu kamar yang tertutup. Meratapi penyesalan tentang malam panas yang dia lakukan tadi malam.

"Maaf ...."

Naomi bergumam beberapa kali pada dirinya sendiri.

Biarlah kejadian malam tadi menjadi rahasia seumur hidupnya.

Bersambung ....

avataravatar
Next chapter