2 Bab 2-Wanita Simpanan

-Terjebak Dendam Masa lalu-

Suara tetesan cairan infus terdengar nyaring dalam kesunyian yang tiba-tiba melanda pada salah satu kamar rumah sakit.

Dinding yang kokoh membalut keheningan yang abadi. Di balik selimut putih itu Naomi masih terbaring lemah di ranjangnya tampak menahan air mata dan isakan kecil.

Sesekali menggigit bibirnya. Ini sudah hari ketiga setelah pagi tahun baru yang sukses membawa kehancuran untuknya.

"Maaf Naomi. Bisakah kau setuju saja. Ini tidak akan menjadi rumit."

Naomi masih menunduk sambil menyembunyikan air mata yang mulai merembes keluar dari pelupuk. Tangannya meremas kuat-kuat selimut rumah sakit yang ia gunakan.

"Kau masih bisa memilikinya nanti, tapi untuk yang satu ini berikan pada Airin." Suara serak Alfian terdengar sayu, laki-laki yang menjadi suaminya itu bergumam, memohon untuk kesekian kalinya.

"Ke-kenapa kalian melakukan ini?" tanya Naomi pelan. Suaranya nyaris tidak terdengar sama sekali.

"Maaf ...."

Lagi ....

Hanya kata itu yang suaminya gumamkan ketika Naomi bertanya alasannya. Seolah tidak penting.

Naomi menekan dadanya, terasa sakit dan tertusuk luar biasa. Wanita itu mendongak. Semuanya terlihat buram dan tidak jelas. Pandangannya mengabur, tampak lelah.

Matanya sakit. Naomi sendiri tidak tau berapa lama ia menangis selama tiga hari ini. Sudah tak terhitung air mata yang ia tumpahkan.

Rasanya sakit. Seperti di masa lalu, terabaikan, terbuang dan tidak diinginkan.

Naomi cemburu, sangat. Perasaannya selalu bergemuruh, sakit, seperti saat itu. Ketika orang-orang mengungkit masalah Airin, sosok masa lalu suaminya yang sangat sempurna.

'Ini tidak adil sangat!!' gumam Naomi dalam hati ia tidak berani mengatakannya setelah mengetahui kebenaran pahit yang menimpanya.

Dia wanita simpanan yang menyedihkan. Wanita bodoh yang mau saja tertipu keadaan.

Naomi tidak tau apa kesalahannya, selama ini dia selalu mengalah, tidak pernah menuntut lebih, dan dia bahkan tidak mengatakan perihal pernikahan mereka pada siapapun termasuk tinggal dalam rumah sederhana. Dia tidak pernah meminta uang bulanan atau pun barang-barang branded seperti kebanyakan istri konglomerat.

Tapi apa yang dia dapat? Semua hanya kebohongan.

"Katakan padaku, apa ada sedikit saja kau menyukaiku? Alfian?" tanya Naomi serak.

Alfian tidak menjawab. Ia duduk di tepian ranjang Naomi. Suara deritan terdengar jelas. Alfian menyentuh pelan rahang istrinya itu agar mendongak menatapnya.

"Lihat aku!"

Alfian menatap wajah Naomi yang pucat tapi masih cantik meskipun dengan mata sembab dan hidung yang berair.

Naomi adalah istri keduanya yang dinikahi diam-diam, wanita polos yatim piatu yang tergila-gila padanya sejak masih di bangku sekolah menengah.

Wanita yang selalu mengirimi surat yang diselipkan di dalam lokernya. Tapi tidak pernah digubris oleh Alfian.

Jahat ... ya karena di dalam hati Alfian hanya ada sosok Airin, istri pertamanya. Wanita yang dinikahi atas dasar cinta yang besar.

Alfian menarik napas panjang, sebelum akhirnya kembali menatap wanita malang itu.

"Dengar Naomi, dia adalah milik kami, aku dan Airin. Kita sudah sepakat tentang itu, " ucap Alfian dengan suara yang serak dan parau. Ia mengingatkan kembali tentang surat perjanjian yang bahkan tidak pernah Naomi tanda tangani dengan sadar.

Alfian menggenggam kedua tangan Naomi yang bergetar hebat, kemudian dia berinisiatif membawa istrinya ke dalam pelukan hangat.

Tangisan kecil langsung menghiasi kamar Naomi. Dia memukul pelan dada bidang suaminya, menyalurkan keputus asaan yang menderanya secara tiba-tiba itu.

"Maaf .... Naomi, aku menyayangimu sungguh."

Naomi mendongkrak, "Kalau begitu tolong batalkan niat kalian. Aku tidak mau menyerahkan Angel." Naomi menggeleng cepat, "Aku tidak mau kehilangan putriku, hik ...."

"Naomi."

"Aku tidak bisa berpisah dengan bayiku. Dia hidupku, Al. Please ...."

"Naomi! Naomi! Dengar." Alfian melepaskan pelukannya, mengguncang pundak Naomi dengan lembut, seraya menatapnya.

"Semua akan baik-baik saja. Tidak ada yang akan memisahkan kalian, kau masih bisa melihatnya di beberapa waktu. Airin tidak akan keberatan dengan itu."

Naomi menggeleng. Itu artinya bayinya akan tetap diambil bukan.

Naomi mematung, dadanya masih terasa sesak, padahal dia sudah tau dengan kenyataan itu. Tapi tetap saja luka itu kembali menganga saat suaminya memihak pada wanita bernama Airin itu. Istri pertama yang baru saja Naomi ketahui beberapa hari yang lalu.

Bodoh ....

Sangat Bodoh!

Naomi tidak pernah mengira hal kejam seperti ini akan dialami. Dia juga tidak pernah mengira jika akan berhubungan lagi dengan sosok Airin Sabrina Mattew.

Wanita sempurna yang memiliki segalanya. Kecantikan, tubuh bagus dan juga kekayaan. Orang tuanya adalah pemilik perusahan properti nomor satu di negara ini bahkan merembes ke negara-negara bagian.

Wajar saja jika dulunya Airin berkencan dengan Alfian Adams. Mereka adalah couple goals saat di high school. Pasangan serasi yang membuat orang lain memilih mundur alon-alon termasuk Naomi yang hanya menjadi penggemar rahasia seorang Alfian Adams.

Setelah hari kelulusan Naomi pikir semua sudah berakhir. Ia bisa melanjutkan kehidupannya tanpa bayang-bayang dari laki-laki yang dia sukai.

Waktu terus berlalu sampai pada akhirnya Naomi kembali dipertemukan di sebuah cafe tempat dia biasa mendengarkan sebuah lagu untuk menutupi kerinduan akan masa lalunya.

Pertemuan mereka begitu ajaib, nyaris setiap waktu. Di mana ada dia, di sana ada Naomi.

Alfian beberapa kali mengantarnya ke rumah. Hubungan mereka melesat sangat jauh. Sampai Naomi sendiri tidak pernah curiga dengan pernyataan lamaran yang terkesan buru-buru setelah sebulan berkencan.

Naomi menerimanya, tentu saja. Dia terlalu senang, sangat senang, hatinya berbunga-bunga, dia seperti berada dalam mimpi setelah mendengar permintaan dari laki-laki yang selama ini dikaguminya.

Alfian Adams ....

Sosok itu adalah mimpi terbesarnya. Naomi bahkan tidak pernah mempertanyakan tentang keanehan yang terjadi selama pernikahan mereka.

Alfian terkesan menutupi banyak hal. Suaminya itu bahkan tidak pernah mempertemukannya dengan sang mertua.

Waktu berjalan semakin cepat, Naomi tetap tidak menyinggung Alfian yang jarang pulang dan tidak pernah memperkenalkan statusnya sebagai istri kepada orang tua Alfian ataupun orang luar.

Bahkan sampai detik ini Alfian tidak pernah memberikan nafkah batin padanya, mereka hanya tidur seranjang dan tidak pernah melakukan hal yang lebih jauh selain berpelukan. Naomi tetap sabar dan tidak menyinggung suaminya, meskipun jauh di lubuk hatinya rasa penasaran itu mulai menghantui batinnya.

'Apa ada yang salah dengannya sampai Suaminya enggan menyentuhnya?'

Naomi ingin bertanya langsung tapi enggan. Bahkan di tahun pertama pernikahan mereka, hubungannya tidak terlalu dekat, nyaris asing tanpa bicara terlalu banyak.

Keanehan lain muncul ketika Naomi mendapati suaminya mencium wanita lain di fitting room Mall.

Naomi mengamuk, mencaci maki keduanya di hadapan khalayak ramai. Tapi yang dia dapatkan justru sebaliknya.

Alfian suaminya justru mengakui jika Airin adakah istrinya dan Naomi adalah orang lain.

Tidak terbayang betapa sakitnya perasaan Naomi saat itu. Tapi dia tidak berteriak lagi. Hanya menghembuskan napas memburu dan pergi dari sana dengan pandangan kecewa.

Bersambung ....

avataravatar
Next chapter