20 20.Membunuh diriku

"Kenapa kau baru bilang padaku?." Tanyaku sebal, Dan Marvel hanya menatap sinis.

"Apakah kau tidak bisa mencari-cari lebih dulu sebelum keluar kamar, bahkan pemanas untuk kopi juga ada disini. Kau seharusnya lebih peka terhadap sekitar, jangan hanya berpikir aneh-aneh saja di dalam otakmu itu." Marvel duduk di sofa, dia membiarkan aku memilih apa yang aku inginkan dari balik kulkas.

"Memangnya Apa isi otakku? apa masalahnya isi otakku dengan dirimu?." Aku berkata tidak kalah sinis, mengambil minuman kaleng rasa jeruk. sepertinya akan sangat enak..

"Kau terlalu banyak berpikir, bahkan saat tidur saja kau banyak pikiran. Aku sampai pusing mendengar semua isi kepalamu." Aku hanya dia saja mendengar ucapan Marvel, membuka kaleng tersebut dan minum dengan cepat. rasanya tenggorokanku benar-benar kering sekali, Jika sejak tadi aku menemukan kulkas ini kan, aku tidak perlu repot-repot bertemu adik Marvel yang jahat itu.

Nasibku sial sekali!

Aku menengok ke arah Marvel, dia menatap diriku dari atas hingga bawah. "Apa!?." Tanyaku sedikit kencang, dia hanya tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada, hanya sedikit lucu melihatmu yang sangat Ceroboh sekali sekarang." Kata Marvel.

"Memangnya aku yang dulu bagaimana?." aku sudah menutup kulkas, lalu berjalan ke arah Marvel dan duduk di dekatnya.

"Sangat cerdas dan berhati-hati, tidak banyak omong dan sangat lembut." Mendengar apa yang Marvel katakan, aku langsung mencubit lengannya dengan sebal. Tapi dia tidak mengaduh sakit, dia hanya diam saja.

"Kalau begitu, mungkin aku bukan Istrimu. apalagi Ratu yang mendampingi dirimu, iyakan?." Aku jadi merasa sedih ketika dia berkata aku yang dulu dan yang sekarang berbeda.

"Tapi kau memang istriku, kenapa sekarang kau jadi marah-marah?." Marvel mengubah posisi duduknya, dia menatap mataku dan menunggu diriku mengatakan sesuatu.

"Apa!?." Tanyaku lagi, aku tidak suka matanya yang terus menatap diriku seakan-akan aku ini makanan.

Tunggu dulu, ngomong-ngomong soal makanan. apakah Marvel juga pemakan Tikus?

"Tidak." aku belum bertanya tapi Marvel sudah menjawab

"Apa?." Tanyaku bingung, aku menaikan sebelah alis dan bertanya-tanya kenapa dia bisa tau apa yang aku pikirkan?

Jangan-jangan?

"Kau bisa baca Pikiranku?." satu pertanyaan lolos begitu saja dari bibirku, aku menunggu Marvel mengatakan 'Ya'. Tapi dia hanya tersenyum dan mengancam rambutku yang memang sudah berantakan.

"Ish! Rambutku! Jangan kau acak-acak!." Aku memukul lagi lengannya, lalu mulai merapihkan rambutku menggunakan tangan sendiri.

"Jangan terlalu banyak pikiran, kau itu pemikir yang keras. Tapi pikiranmu kebanyakan sangat konyol, aku sampai bingung kenapa kau bisa menggunakan otak kecilmu itu untuk semua hal yang kau pikirkan." Mendengar apa yang di katakan Marvel, aku sekarang tau. Bahwa Marvel memang bisa membaca pikiran.

Ish! Tidak asik sekali! bagaimana bisa dia tau apa yang aku pikirkan? Sedangkan aku tidak bisa, aku benar-benar kesal dengannya.

"Terserah kau saja! Lagipula kenapa kau yang repot? Ini otakku, suka-suka aku mau di buat apa. apakah ini merugikan dirimu? Jika iya, salahkan saja telingamu yang masih bisa mendengar isi kepalaku." Lagi-lagi aku terpancing emosi saat berbicara dengannya, sebenarnya tidak emosi banget. hanya aku kesal dan merasa tidak nyaman saja dengan situasi yang seperti dalam film drama ini.

"Kau lucu sekali, Sudahlah. Jangan terlalu emosian, kau itu dulu sangat menggemaskan dan selalu manis." Kata Marvel.

"Ya, Karena Kami memang berbeda." Jawabku santai, Aku sudah mencoba untuk tidak terlalu berpikir buruk padanya. Untuk saat ini saja.

"Jangan keluar dari kamar ini sendirian, disini semua orang mau membunuh dirimu. Selama mereka memiliki kesempatan itu, aku rasa mereka akan mengincar dirimu selalu." Satu penyataan yang keluar dari mulut Marvel membuat diriku tersedak ludah sendiri. apa katanya?

"Membunuhku? Apa salahku? aku bahkan baru kenal dengan mereka tadi sore, kenapa sekarang aku mau di bunuh? Aneh-aneh saja." aku berdecak sebal, padahal aku mau tenang dan berkata pelan. tapi informasi dari Marvel langsung membuatku Kesal.

Ah.. kasihan sekali diriku, sekarang kebanyakan emosional. aku takut kena darah tinggi dan kena stroke.

"Karena kau istriku, hari pemilihan akan segera tiba. Sebentar lagi aku dan kedua adikku akan dipilih sebagai Raja Salvador. Penerus Tahta yang di pegang ayahku saat ini, aku punya keunggulan di bandingkan dengan mereka. Karena aku sudah memiliki seorang Ratu, Dan mereka belum menemukan pendamping sampai saat ini. Itu kenapa kau akan menjadi incaran mereka, sebelum hari pemilihan." Marvel berkata dengan santai, aku tidak tau apakah dia benar-benar santai saat mengatakan semua ini. atau dia sedang menyembunyikan rasa takutnya?

Matanya memandang ke arah jendela kamar, terlihat dia sedang memandang jauh ke depan sana. Raut wajahnya sangat datar, aku jadi takut sendiri melihat wajah Marvel.

"Lalu? Jika aku Mati? Apa yang akan terjadi?." Tanyaku pelan, aku sebenarnya hanya ingin tau saja. Bukankah aku yang dulu juga Mati? apa karena itu Marvel terlihat biasa saja ketika dia mengatakan aku akan di bunuh oleh keluarganya sendiri?

"kau tidak akan mati semudah itu, Lagipula aku tidak akan membiarkan kau mati lagi. Kau istriku, sudah menjadi tanggungjawab diriku memastikan kau baik-baik saja. Apakah kau takut Mati dan di bunuh?." Marvel kini menatap mataku, aku yang di tanya seperti itu hanya menggelengkan kepala pelan.

"Tidak tau, aku tidak merasa takut. hanya kesal saja, saat tadi adikmu mencekik leherku. aku jadi berpikir Bahwa aku benar-benar kesal padanya, aku ingin sekali memukul kepalanya dan membuatnya kehilangan banyak darah. Entah kenapa hatiku langsung ingin seperti itu. apakah itu sebagian dari rasa takut? Pembelaan diri? Lebih tepatnya keinginan untuk bertahan hidup." tanyaku pada Marvel.

"Kurasa bisa seperti itu, sejak dulu kau selalu kesal dengan adik-adikku. tapi kau selalu Berusaha menjadi Kakak ipar yang baik, sampai pada Akhirnya kau di jebak dan Berakhir tragis." Marvel terlihat sedih ketika mengatakan hal terakhir dari kalimat panjangnya.

Berakhir tragis? Siapa?

Aku?

"Apakah aku meninggal dunia karena mereka? Keluargamu?." Tanyaku penasaran, aku menelisik jauh ke dalam mata Marvel. dia terlihat diam saja saja dan terlihat bingung, tapi aku tetap sabar. aku menunggu sampai dia mengatakan semuanya.

Aku jadi tambah penasaran pada kehidupanku sebelumnya.

"Menurutmu, dari seluruh Keluargaku. siapa yang membunuh dirimu di masa lalu?." Marvel malah balik bertanya, aku yang mendengar hal itu hanya bisa menggelengkan kepala pelan.

"Aku tidak tau, aku baru bertemu dengan mereka tadi sore. Walaupun aku sudah merasa bahwa beberapa orang dari mereka jahat, tapi aku tidak benar-benar bisa Mengetahui siapa yang membunuh diriku di masa lalu. iyakan?." Aku mulai berpikir dengan baik, siapa yang membunuh diriku di masa lalu?

Jika memang salah satu dari mereka, kenapa Marvel terlihat biasa saja? Maksudku, dia memang terlihat kesal saat melihat wajah adik dan ibu tirinya. Tapi kenapa dia tidak membalas dendam atas kematian diriku yang sebelumnya? apakah dia tidak bisa melakukan itu?.

avataravatar
Next chapter